Minggu, 28 Desember 2014

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan


  1. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.com/2014/12/aliran-filsafat-progresivisme-guru.html
  2. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.com/2014/12/mengenal-pemikiran-rng-ronggowarsito.html
  3. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.com/2014/12/this-is-banner.html
  4. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.com/2014/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
  5. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.com/2014/12/objek-kajian-filsafat-ilmu.html
  6. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.com/2014/12/filsafat-pendidikan-aliran-progresivisme.html
  7. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.com/2014/12/aliran-eksistensialisme-pengaruh.html
  8. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.com/2014/12/powerpoint-guru-sebagai-fasilitator.html
  9. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2015/01/sejarah-dan-arti-lambang-negara.html
  10. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2015/01/masjid-agung-tanara.html 
  11.  http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/makalah-prinsip-prinsip-penggunaan.html
  12. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/proses-terbentuknya-manusia-dalam.html 
  13. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/pendikan-islam-berbasis-multikultural.html 
  14. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/menyelamatkan-bahasa-daerah-melalui.html 
  15. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/pendidikan-karakter-yang-berhubungan.html 
  16. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/sejarah-bilangan-matematika.html 
  17. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/konsep-teman-sebaya-dalam-pendidikan.html 
  18. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/perkembangan-peserta-didik-sd.html 
  19. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/filsafat-idealisme-dalam-lingkup-remaja.html 
  20. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/anak-cerdas-istimewa-berbakat-istimewa.html 
  21. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/masyarakat-abad-21.html 
  22. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/perkembangan-masa-kanak-kanak-awal.html 
  23. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/bahasa-dan-duniaku.html 
  24. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/puisi-kegiatan-ku.html 
  25. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/pendidikan-berbasis-masyarakat.html 
  26. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/undang-undang-sistem-pendidikan-nasional.html 
  27. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/guru-profesional-dan-bermartabat.html 
  28. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/pengembangan-tes-hasil-belajar.html 
  29. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/pembelajaran-di-sekolah-dasar.html 
  30. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/sejarah-untirta-berdasarkan-studi.html 
  31. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/sejarah-banten.html 
  32. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/di-indonesia-peringatan-hari-guru.html 
  33. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/sejarah-bilangan-matematika.html 
  34. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/sejarah-peringatan-hari-ibu-22-desember.html 
  35. http://ulfadwiyuliawati.blogspot.co.id/2016/01/sejarah-proklamasi-kemerdekaan-indonesia.html 
  36.  

  • Judul Tugas yang sudah dibuat

  1. Aliran Filsafat Progresivisme "Guru Sebagai Fasilitator Untuk Mengembangkan Minat dan Bakat Peserta Didik"

  2.  Mengenal Pemikiran R.Ng Ronggowarsito

  3. This is Banner 

  4. Tugas Filsafat, Analisis Asal Usul Kota Kelahiran. 

  5. Objek Kajian Filsafat Ilmu

  6. Filsafat Pendidikan Aliran Progresivisme

  7. Aliran Eksistensialisme “Pengaruh Eksistensialisme dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan” 

  8. PowerPoint Guru Sebagai Fasilitator untuk Mengembangkan Minat dan Bakat Peserta Didik 
  9. Sejarah dan Arti Lambang Negara Indonesia 
  10.  Masjid Agung Tanara
  11. Proses Terbentuknya Manusia dalam Kandungan Menurut Islam
  12. PENDIKAN ISLAM BERBASIS MULTIKULTURAL
  13. Menyelamatkan Bahasa Daerah Melalui Pengajaran
  14. Pendidikan Karakter yang Berhubungan dengan Pembelajaran Matematika
  15. Makalah Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
  16. Sejarah Bilangan Matematika
  17. Konsep Teman Sebaya dalam Pendidikan 
  18. Perkembangan Peserta Didik SD  
  19. Filsafat Idealisme dalam Lingkup Remaja  
  20. Anak Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa  
  21. Masyarakat Abad 21  
  22. Perkembangan Masa Kanak-Kanak Awal  
  23. BAHASA DAN DUNIAKU  
  24. Puisi "Kegiatan Ku"  
  25. Pendidikan Berbasis Masyarakat  
  26. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
  27. Guru Profesional dan Bermartabat
  28. Pengembangan Tes Hasil Belajar
  29. Pembelajaran Di Sekolah Dasar
  30. Sejarah Untirta Berdasarkan Studi Pustaka
  31. Sejarah Banten 
  32. Sejarah Bilangan Matematika 
  33. Sejarah Peringatan Hari Guru Nasional  
  34. Sejarah Peringatan Hari Ibu 22 Desember 
  35. Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 

 

 

 

 

 




PowerPoint Guru Sebagai Fasilitator untuk Mengembangkan Minat dan Bakat Peserta Didik

http://www.slideshare.net/ulfadwiyulia/guru-sebagai-fasilitator-untuk-mengembangkan-minat-dan-bakat-43058433

Aliran Eksistensialisme “Pengaruh Eksistensialisme dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan”


     eksistensialisme tidak mudah dirumuskan, karena di dalamnya terdapat beberapa aliran yang berbeda, bahkan kaum eksistensialis sendiri tidak sepakat mengenai rumusan apa sebenarnya eksistensialisme itu. Namun demikian, ada sesuatu yang menjadi kesamaan dalam aliran ini, yaitu memfokuskan pada cara keberadaan manusia di dunia ini. Namun, untuk memberikan sedikit gambaran tentang eksistensialisme ini, maka berikut akan di paparkan pengertiannya. Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari bahasa Latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar tentang dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam ini dalam bahasa Jerman disebut dasein (da artinya di sana, sein artinya berada).
           
            Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa cara berada manusia itu menunjukkan bahwa ia merupakan kesatuan dengan alam jasmani, ia satu susunan dengan alam jasmani, manusia selalu mengkonstruksi dirinya, jadi ia tidak pernah selesai. Dengan demikian, manusia selalu dalam keadaan belum selesai, yang masih dalam proses menjadi; ia selalu sedang ini atau sedang itu.
            Kalangan Eksistensialisme “terganggu” akan apa yang mereka dapatkan pada kemapanan pendidikan. Mereka dengan segera menegaskan bahwa banyak dari apa yang disebut pendidikan sebenarnya tidaklah apa – apa kecuali propaganda yang digunakan untuk memikat audiens. Mereka juga mengungkapkan bahwa banyak dari apa yang dewasa ini dianggap pendidikan sejati adalah sesuatu yang membahayakan, karena ia menyiapkan peserta didik untuk konsumerisme atau menjadikannya sebagai tenaga penggerak dalam mesin teknologi industrial dan birokrasi modern. Bukan malah mengembangkan individualitas dan kreativitas, keluh kalangan eksistensialis, banyak pendidikan justru memusnahkan sifat – sifat kemanusiaan yang pokok tadi. Menurut aliran eksistensialisme, tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Memberikan bekal pengalaman yang luas dan komprehensif kepada para siswa dalam semua bentuk kehidupan.
           
            Eksistensialisme menyatakan bahwa kurikulum ideal adalah kurikulum yang memberikan kebebasan individual yang luas bagi para siswa agar mereka mampu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, melaksanakan pencarian-pencarian mereka sendiri, dan menarik kesimpulan-kesimpulan mereka sendiri. Dengan kata lain yang diutamakan adalah kurikulum liberal, yang merupakan landasan bagi kebebasan manusia.
Menurut eksistensialisme, mata pelajaran merupakan materi di mana individu akan dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Menurut aliran ini, semua mata pelajaran memiliki kedudukan yang sama. Karena setiap anak membutuhkan mata palajaran yang berbeda untuk membantu menemukan dirinya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pegembangan Kurikulum
Dalam Sukmadinata (2006 : 158), ada tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu :
v  Perguruan Tinggi
v  Masyarakat
v  Sistem nilai
1. Pergururan Tinggi
            Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum sekolah. Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan. Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.
            Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana.
2. Masyarakat
            Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat di masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.
            Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.
3. Sistem Nilai
            Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.
            Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi pebagai nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :
·         Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat
·         Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
·         Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
·         Menghargai nlai-nilai kelompok lain
·         Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada
            Berdasarkan analisis kami, bukan hanya 3 (tiga) faktor yang dikemukan oleh Sukmadinata (2006) saja, yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum. Salah satunya landasan pengembangan kurikulum itu sendiri. Landasan pengembangan kurikulum sangat mempengaruhi pengembangan kurikulum karena bila landasannya berupa maka akan mempengaruhi pengembangan kurikulum.
            Setelah membandingkan konten filosofis yang tergambar di dalam filsafat perenialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan rekonstruk-sionisme dengan rumusan tekstual landasan filosofi Kurikulum 2013 di atas, dapat kita tarik suatu simpulan bahwa Kurikulum 2013 secara filosofis bersifat ekliktik. Kurikulum ini tampak mengodifikasi nilai-nilai ideal yang terkandung di dalam empat filsafat pendidikan itu, dan mengeliminasi muatan-muatan yang bersifat negatif dan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki bangsa Indonesia yang bersumber utama pada nilai-nilai luhur Pancasila dan ciri pribadi bangsa yang sesungguhnya memiliki keragaman potensi ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan zaman.
Perlu digarisbawahi di sini bahwa ekliktisme Kurikulum 2013 tidak terbatas pada empat filsafat itu, tetapi juga termasuk filsafat-filsafat lain yang memuat kandungan nilai yang baik dan relevan. Lebih jauh bahkan ekliktisme itu juga melibatkan berbagai nilai dan norma yang ada di dalam keragaman sistem budaya dalam pengertian yang luan yang ada di dunia ini, termasuk di dalamnya nilai-nilai religiositas yang terkandung di dalam keragaman agama.
DAFTAR PUSTAKA

Filsafat Pendidikan Aliran Progresivisme



Filsafat Pendidikan Aliran Progresivisme
Abstrak
Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas, terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Berhubungan dengan itu progressivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai tujuan, karena kurang menghargai dan memberikan tempat semestinya kepada kemampuan-kemampuan tersebut dalam proses pendidikan. Pada hal semuanya itu ibaratkan motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan atau progress.

Pendahuluan
Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Selama 20 tahun merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat. Banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini, karena guru telah mempelajari dan memahami filsafat dewey, sebagai reaksi terhadap filsafat lainnya.  Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
            Progresivisme memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contoh: Progresivisme menolak pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras, menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan mastarakat kepada generasi muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti.
            Dalam pandangannya progresivisme berpendapat tidak ada teorirealita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyela. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
             Biasanya aliran progesifisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup liberal “The liberal road to culture”. yang dimaksudkan dengan ini ialah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), corious (ingin mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka).
Pada tahun 1944 gerakan ini dibubarkan dan memilih ganti nama menjadi “American Educational Fellowship”. Gerakan progresif mengalami kemunduran setelah Rusia berhasil meluncurkan satelit pertamanya, yaitu Sputnik. Selanjutnya cara kerja dari perkumpulan ini lebih menunjukkan karya-karya individual, seperti George Axtelle, William O.Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B. Thomas, dan Frederick C. Neff.


A. Progresivisme dalam Kajian Ontologi
            Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.  Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Progresivisme yang lahir sekitar abad ke-20 merupakan filsafat yang bermuara pada aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859- 1952), yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis.            Filsafat progressivisme dipengaruhi oleh ide-ide dasar filsafat pragmatisme dimana telah memberikan konsep dasar dengan azas yang utama yaitu manusia dalam hidupnya untuk tetap survive terhadap semua tantangan, harus pragmatis memandang sesuatu dari segi manfaatnya.
            Di sini kita bisa menganggap bahwa filsafat progressivisme merupakan The Liberal Road of Culture (kebebasan mutlak menuju kearah kebudayaan) maksudnya nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka sehingga menuntut untuk selalu maju bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Untuk mencapai perubahan tersebut manusia harus memiliki pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat: fleksibel, curious (ingin mengetahui dan menyelidiki), toleran dan open minded.
            Filsafat progressivisme telah memberikan kontribusi yang besar di dunia pendidikan, dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Berdasarkan pandangan di atas maka sangat jelas sekali bahwa filsafat progressivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.
Ontologi progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat. Pengalaman diartikan sebagai ciri utamakehidupan, dan hidup adalah perjuangan, tindakan dan perbuatan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak.













B. Progresivisme dalam Kajian Epistemologi
            Pandangan secara epistemologi, pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kekuasaanyang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi pengalaman. Pengetahuandiperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun dengan tidak langsung, melalui catatan (buku-buku, kepustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Dalam epistemologi, rasional berarti suatu pandangan bahwa akal adalah instrument utama bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan. Empirik adalah sifat pandangan bahwa persepsi indera adalah media yang memberikan jalan bagi manusia untuk memahami lingkungan. Fakta yang masih murni saja – yang belum diolah atau disusun – belum merupakan pengetahuan. Sehingga masih membutuhkan pengorganisasian tertentu dari “bahan-bahan mentah” tersebut.Makin sering kitamenghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengeluaran kita dalam praktek,maka makin besar persiapan menghadapi tuntutanmasa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan. Jadi dapat kita simpulkan bahwa, aliran ini berpendapat untuk memperoleh pengetahuan , anak haruslah progress dan dinamis. Ini bisa diaplikasikan dengan menggunakan metode-metode diantaranya adalah dengan metode belajar aktif, metode memonitor kegiatan belajar, metode penelitian ilmiah dan juga pemerintahan pelajar (student government).


















C. Progresivisme dalam Kajian Aksiologi
Dalam kajian aksiologi, nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa yang merupakan awal lahirnya pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, dan kecerdasan dari individu. Nilai benar atau salah, baik atau buruk, dapat dikatakan apabila menunjukkan kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan.
Pembahasan mengenai nilai adalah sebagai berikut:
1.    Nilai mempunyai kualitas sosial. Kualitas tersebut menjadi jelas hakekatnya bila hihubungkan dengan tinjauan tentang aku. Bahwa orang akan sadar mengenai posisi dirinya di lingkungan masyarakat.
2.    Nilai yang dimiliki seseorang bukan hanya nilai intrinsik tapi juga nilai instrumental. Kedua nilai ini saling bergantung satu sama lain seprti halnya pengetahuan dan kebenaran.
3.    Nilai juga bersifat individual, karena masyarakat dapat ada karena adanya individu sebagai anggota. Nilai megenai baik dan buruk merupakan bagian tradisi yang pendukungnya adalah individu-individu.
Hubungan timbal balik antara nilai intrinsik dan nilai instrumental menyebabkan adanya sifat perkembangan dan perubahan pada nilai. Nilai-nilai yang sudah tersimpan sebagai bagian dari kebudayaan. Nilai untuk diri sendiri dalam arti kebaikan intrinsik dan untuk lingkungan merupakan kebaikan instrumental. Karena itu nilai bersifat relatif, temporal, dan dinamis

Daftar Pustaka
Sadulloh Uyoh. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta

PGSD3/D6
No Handphone : 089678106839

Jumat, 19 Desember 2014

Mengenal Pemikiran R.Ng Ronggowarsito


 
Museum Ronggowarsito, Jl. Abdulrahman Saleh no.1
Semarang 50149
Dari karya-karya Ronggowarsito, akan kelihatan bahwa pemikirannya banyak dipengaruhi oleh kepustakaan Islam kejawen, tradisi dan kepustakaan Jawa.  Pembahasan dan pemikiran Ronggowarsito, terpusat untuk merumuskan kembali pokok-pokok pemikiran yang terdapat dalam perbendaharaan kepustakaan Jawa dan Islam kejawen. Sehingga karya-karya Ronggowarsito pada umumnya mencerminkan perpaduan antara alam pikiran Jawa dengan ajaran Agama Islam. Karena kehidupan Ronggowarsito dan pujangga-pujangga Jawa pada umumnya berada dalam kedua lingkungan kebudayaan tersebut, sesudah zaman kerajaan Jawa-Islam. Walaupun pada hari-hari tuanya Ronggowarsito banyak bergaul dengan sarjana-sarjana Belanda yang mempunyai perhatian terhadap bahasa dan kebudayaan Jawa, seperti dengan C.F. Winter, Cohen Stuart dan sebagainya. Tetapi, pergaulan ini tidak banyak memberi bekas dalam pemikiran Ronggowarsito.
Ronggowarsito yang hidup semenjak tahun 1802 sampai tahun 1873, dengan sendirinya mengalami berbagai macam pergolakan dan perubahan-perubahan suasana politik dalam lingkungan istana.  Setiap perubahan sikap politik dalam hubungan dengan pemerintahan kolonial Belanda, langsung atau tidak langsung pasti mempengaruhi kedudukan pejabat-pejabat istana.
Karena melihat korupsi yang terjadi di istana dan masyarakat, serta berbagai tindakan amoral dan keadaan yang memprihatinkan di masyarakatnya, Ronggowarsito yang berperan sebagai pujangga istana serta penyambung lidah rakyat kemudian menuliskan keadaan zamannya tersebut dalam bentuk karya sastra.
Menurut Ronggowarsito, ada tiga macam pembagian zaman. Yakni zaman edan atau Kalatidha yaitu ditandai dengan adanya pola pikir yang salah. Hal ini diungkapkan dalam Serat Kalatidha sebagai berikut:
Amenangi jaman edan/ewuh aya ing pambudi/melu edan nora tahan/yen tan melu anglakoni/boya kaduman melik/kaliren wekasanipun/dilalah karsa Allah/begja-begjane kang lali/luwih begja kang eling lawan waspada.
Artinya:
Mengalami zaman gila, serba sulit dalam pemikiran, ikut menggila tidak tahan, kalau tidak ikut (menggila), tidak (akan) mendapat bagian, akhirnya (mungkin) kelaparan, (tetapi) takdir kehendak Allah, sebahagia-bahagianya (orang) yang lupa, (masih) bahagia yang sadar dan waspada.
Kemudian akan diiukuti oleh Zaman Kalabendu yaitu moralitas semakin merosot disebabkan oleh pola pikir yang salah. Hal ini terdapat dalam Serat Sabda Jati sebagai berikut:
Para janma jaman pakewuh, kasudranira andadi,
daurune saya ndarung,
keh tyas mirong murang margi,
kasetyan wus ora katon.
Orang-orang dalam zaman pakewuh (edan), kerendahan budinya makin menjadi-jadi, kekacauan bertambah, banyak orang berhati sesat (buruk), melanggar peraturan yang benar, kesetiaan sudah tiada terlihat.
Yen kang uning marang sajatining kawruh,
kewuhan sajroning ati yen tan niru ora arus,
uripe kaesi-esi,
yen nirua dadi asor.
Bagi orang yang tahu akan kebenaran, dalam hati terasa ewuh (bingung), apabila tidak turut berbuat sesat, hidupnya akan menjadi merana, kalau ikut menjadi rendah budi pekertinya.
Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung,
anggelar sakalir-kalir,
kalamun temen tinemu,
kabegjane anekani,
kemurahaning Hyang Manon.
Tindakan seperti itu, berarti tak percaya akan kemurahan dan kekuasaan Tuhan, yang menciptakan segala-galanya. Apabila memohon dengan bersungguh hati, pasti mendapat anugerah dari kemurahan Tuhan.
Anuhoni kabeh kang duwe panyuwun,
yen temen-temen sayekti,
Allah aparing pitulung,
nora kurang sandhang bukti,
saciptanira kalakon.
Tuhan mengabulkan semua permohonan, apabila disertai kesungguhan, Allah pasti memberi pertolongan, tidak akan kekurangan makan serta pakaian. Segala yang diingini akan terlaksana.
Lalu kemudian akan muncul Zaman Kalasuba atau zaman keemasan. Datangnya masa keemasan sebagai akhir kalabendu, terdapat dalam Serat Jakalodhang, sebagai berikut:
Sangkalane maksih nunggal jamanipun,
neng sajroning madya akir,
Wiku sapta ngesthi ratu,
ngadil pari marmeng dasih,
ing kono karsaning Manon.
Ciri waktu pada zaman itu, yakni pada pertengahan, dengan ciri tahun; wiku sapta ngesthi ratu. Itulah masa keadilan dan kemakmuran yang merata, demikian kehendak Tuhan.
Tinemune wong ngantuk anemu kethuk,
malenuk samargi-margi,
marmane bungah kang nemu,
marga jroning kethuk isi,
kancana sosotya abyor.
Waktu itu orang yang sedang mengantuk, sambil duduk saja mendapat kethuk (menemukan benda). Kethuk itu terdapat di sepanjang jalan-jalan. Orang yang mendapat riang-gembira, lantaran di dalamnya berisi emas permata yang bergemerlapan.