Sabtu, 13 Desember 2014

Aliran Filsafat Progresivisme "Guru Sebagai Fasilitator Untuk Mengembangkan Minat dan Bakat Peserta Didik"


              Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.  Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Filsafat progressivisme telah memberikan kontribusi yang besar di dunia pendidikan, dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. 
            Berdasarkan pandangan di atas maka sangat jelas sekali bahwa filsafat progresivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.
            Ada juga Pengetahuan Menurut Aliran Progresivisme, Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kekuasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi pengalaman. Pengetahuan juga diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun dengan tidak langsung, melalui catatan buku-buku, kepustakaan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu.
            Jadi, makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengeluaran kita dalam praktek, maka makin besar persiapan menghadapi tuntutan masa depan dan pengetahuan juga harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan.
            Pandangan pendidikan progresivisme menghendaki yang progresif. Tujuan pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus. Pendidikan hendaklah bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik untuk diterima saja, melainkan yang lebih penting daripada itu adalah melatih kemampuan berpikir dengan memberikan stimuli-stimuli.
            Jadi jika Progresivisme diterapkan didunia pendidikan, progresnya anak didik akan diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangkan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Maka sangat jelas sekali bahwa filsafat progressivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.
            Aliran Progresivisme dapat dikatakan telah berbuat banyak dalam mengadakan rekonstruksi di dalam pendidikan modern dalam abad XX. Progresivisme banyak meletakkan tekanan dalam masalah kebebasan dan kemerdekaan kepada peserta didik dan menentang keras pendidikan tradisional, yang biasanya menentukan materi pembelajaran tanpa memperhatikan kebutuhan dan minat peserta didik.
            Menurut George R. Knight, pemikiran progresivisme banyak sekali dipengaruhi oleh pragmatisme-nya John Dewey dan Psikoanalisis-nya Sigmund Freud yang menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif.
            Menurut aliran ini, peserta didik dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga dia diberi kesempatan untuk menetukan harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan sebagai penasehat, penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Disini, guru bukanlah satu-satunya orang yang paling tahu.
            Dengan demikian, pendidikan harus berpusat pada peserta didik (child centered), tidak tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual. Pendidikan progresivisme juga tidak menggunakan hukuman fisik atau menakut-nakuti sebagai pembentuk sikap disiplin.
            Untuk memenuhi kriteria guru sebagai fasilitator, ada beberapa pendapat yang menyebutkan batasan-batasan yang harus dimiliki guru tersebut yaitu sebagai berikut :
            Menurut E.Mulyasa (2008) ada tujuh sikap yang harus dimiliki guru, seperti yang diidentifikasi Rogers (dalam Knowles, 1984) berikut ini:
  1. Tidak berlebih mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang terbuka.
  2. Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya.
  3. Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun.
  4. Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pelajaran.
  5. Dapat menerima komentar balik (feedback), baik yang bersifat positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya.
  6. Toleran terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran.
  7. Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.
            Guru juga bisa menjadi agen penting dalam menolong peserta didik untuk mengembangkan potensi akademik maupun non-akademiknya semaksimal mungkin. Guru yang progres itu menyajikan bahan belajar yang terbaik dan membuat siswa berperan dalam menyumbangkan karya, ilmu mereka untuk masyarakat. Guru yang progres itu harus menekankan para siswa untuk menggapai cita- cita tertinggi yang mampu ia raih dari minat dan bakatnya, karena untuk menunjukkan jalan bagi siswa untuk mencapai yang terbaik dalam hidupnya.
            Progresivisme juga mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan dengan sifat kreatif dan dinamis, anak didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan probema-problemanya.
            Jhon Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi, Artinya disini sebagai proses pertumbuhan dimana anak didik itu dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya dan bisa menerapkannya atau mengembangkannya di kegatan sehari-hari mereka.
            Ada beberapa pandangan filsafat progresivisme, antara lain :
1. Tujuan Pendidikan
            Tujuan Pendidikan bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang demokratis.
            Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
2. Kurikulum
            Kurikulum menempatkan subjek peserta didik pada titik sumbu sekolah (child-centered). Kemudian mereka berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek peserta didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar anak didik.
3. Metode
            Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya adalah; (1) Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya; (2) Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut; (3) Metode Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep; (4) Pemerintahan Pelajar, Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelejar dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah; (5) Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak; (6) Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
4. Peranan Guru (Pendidik)
            Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai berikut:
       ·    Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan kelancaran proses belajar sendiri siswa.
       ·    Motivator, orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri.
       ·    Konselor, orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap siswa. Dengan demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya dengan baik.
            Jadi dapat kita simpulkan bahwa, aliran ini berpendapat untuk memperoleh pengetahuan anak haruslah progress dan dinamis. Ini bisa diaplikasikan dengan menggunakan metode-metode diantaranya adalah dengan metode belajar aktif, metode memonitor kegiatan belajar, metode penelitian ilmiah dan juga pemerintahan pelajar (student government). Dengan demikian, pendidikan harus berpusat pada peserta didik (child centered), tidak tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual. Pendidikan progresivisme juga tidak menggunakan hukuman fisik atau menakut-nakuti sebagai pembentuk sikap disiplin. Dan dalam aliran progresivisme ini guru hanya menjadi sebagai fasilitator saja, maksudnya tidak banyak menggunakan metode ceramah.






Daftar Pustaka
Sadulloh Uyoh. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar