Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Filsafat progressivisme telah memberikan kontribusi yang besar di dunia pendidikan, dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.
Berdasarkan
pandangan di atas maka sangat jelas sekali bahwa filsafat progresivisme
bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai
generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.
Ada
juga Pengetahuan Menurut Aliran Progresivisme, Pengetahuan adalah informasi,
fakta, hukum prinsip, proses, kekuasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai
hasil proses interaksi pengalaman. Pengetahuan juga diperoleh manusia baik
secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam
lingkungan hidupnya, ataupun dengan tidak langsung, melalui catatan buku-buku,
kepustakaan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu.
Jadi,
makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengeluaran
kita dalam praktek, maka makin besar persiapan menghadapi tuntutan masa depan
dan pengetahuan juga harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di
dalam lingkungan.
Pandangan
pendidikan progresivisme menghendaki yang progresif. Tujuan pendidikan
hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus.
Pendidikan hendaklah bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik
untuk diterima saja, melainkan yang lebih penting daripada itu adalah melatih
kemampuan berpikir dengan memberikan stimuli-stimuli.
Jadi
jika Progresivisme diterapkan didunia pendidikan, progresnya anak didik akan
diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangkan
bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat
oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Maka sangat jelas sekali bahwa
filsafat progressivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas
dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban
baru.
Aliran
Progresivisme dapat dikatakan telah berbuat banyak dalam mengadakan
rekonstruksi di dalam pendidikan modern dalam abad XX. Progresivisme banyak meletakkan
tekanan dalam masalah kebebasan dan kemerdekaan kepada peserta didik dan
menentang keras pendidikan tradisional, yang biasanya menentukan materi
pembelajaran tanpa memperhatikan kebutuhan dan minat peserta didik.
Menurut George R. Knight, pemikiran
progresivisme banyak sekali dipengaruhi oleh pragmatisme-nya John Dewey dan
Psikoanalisis-nya Sigmund Freud yang menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk
berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga
peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif.
Menurut aliran ini, peserta didik
dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga dia diberi kesempatan untuk
menetukan harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan sebagai
penasehat, penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Disini, guru bukanlah
satu-satunya orang yang paling tahu.
Dengan demikian, pendidikan harus
berpusat pada peserta didik (child centered), tidak tergantung pada text book
atau metode pengajaran tekstual. Pendidikan progresivisme juga tidak
menggunakan hukuman fisik atau menakut-nakuti sebagai pembentuk sikap disiplin.
Untuk memenuhi kriteria guru sebagai
fasilitator, ada beberapa pendapat yang menyebutkan batasan-batasan yang harus
dimiliki guru tersebut yaitu sebagai berikut :
Menurut E.Mulyasa (2008) ada tujuh
sikap yang harus dimiliki guru, seperti yang diidentifikasi Rogers (dalam
Knowles, 1984) berikut ini:
- Tidak berlebih mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang terbuka.
- Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya.
- Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun.
- Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pelajaran.
- Dapat menerima komentar balik (feedback), baik yang bersifat positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya.
- Toleran terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran.
- Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.
Guru juga bisa menjadi agen penting dalam menolong
peserta didik untuk mengembangkan potensi akademik maupun non-akademiknya
semaksimal mungkin. Guru yang progres itu menyajikan bahan belajar yang terbaik
dan membuat siswa berperan dalam menyumbangkan karya, ilmu mereka untuk
masyarakat. Guru yang progres itu harus menekankan para siswa untuk menggapai
cita- cita tertinggi yang mampu ia raih dari minat dan bakatnya, karena untuk
menunjukkan jalan bagi siswa untuk mencapai yang terbaik dalam hidupnya.
Progresivisme juga mempunyai konsep
bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan
suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan anak didik
memiliki potensi akal dan kecerdasan dengan sifat kreatif dan dinamis, anak
didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan probema-problemanya.
Jhon Dewey memandang bahwa
pendidikan sebagai proses dan sosialisasi, Artinya disini sebagai proses
pertumbuhan dimana anak didik itu dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman
lingkungan sekitarnya dan bisa menerapkannya atau mengembangkannya di kegatan
sehari-hari mereka.
Ada beberapa pandangan filsafat progresivisme, antara
lain :
1. Tujuan
Pendidikan
Tujuan Pendidikan bertujuan agar
peserta didik memilki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan
juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang
demokratis.
Tujuan keseluruhan pendidikan
sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara
sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat
dan minat setiap anak.
2.
Kurikulum
Kurikulum menempatkan subjek peserta
didik pada titik sumbu sekolah (child-centered). Kemudian mereka berupaya
mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan,
kepentingan, dan inisiatif subjek peserta didik. Jadi, ketertarikan anak adalah
titik tolak bagi pengalaman belajar anak didik.
3.
Metode
Metode
pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya
adalah; (1) Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif lebih berupa
penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses
belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya;
(2) Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan anak belajar
sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya
memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut; (3) Metode Penelitian Ilmiah,
Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang
tertuju pada penyusunan konsep; (4) Pemerintahan Pelajar, Pendidikan progresif
memperkenalkan pemerintahan pelejar dalam kehidupan sekolah dalam rangka
demokratisasi dalam kehidupan sekolah; (5) Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga,
Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan
keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak
untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan
anak; (6) Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak
hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun dan
pengembangan gagasan baru pendidikan.
4. Peranan
Guru (Pendidik)
Guru dalam melakukan tugasnya
mempunyai peranan sebagai berikut:
· Fasilitator, orang yang menyediakan
diri untuk memberikna jalan kelancaran proses belajar sendiri siswa.
· Motivator, orang yang mampu
membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri.
· Konselor, orang yang membantu siswa
menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap
siswa. Dengan demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang
karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta
kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya dengan baik.
Jadi
dapat kita simpulkan bahwa, aliran ini berpendapat untuk memperoleh pengetahuan
anak haruslah progress dan dinamis. Ini bisa diaplikasikan dengan menggunakan
metode-metode diantaranya adalah dengan metode belajar aktif, metode memonitor
kegiatan belajar, metode penelitian ilmiah dan juga pemerintahan pelajar
(student government). Dengan
demikian, pendidikan harus berpusat pada peserta didik (child centered), tidak
tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual. Pendidikan
progresivisme juga tidak menggunakan hukuman fisik atau menakut-nakuti sebagai
pembentuk sikap disiplin. Dan dalam aliran progresivisme ini guru hanya menjadi
sebagai fasilitator saja, maksudnya tidak banyak menggunakan metode ceramah.
Daftar
Pustaka
Sadulloh Uyoh. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar