Minggu, 28 Desember 2014

Filsafat Pendidikan Aliran Progresivisme



Filsafat Pendidikan Aliran Progresivisme
Abstrak
Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas, terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Berhubungan dengan itu progressivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai tujuan, karena kurang menghargai dan memberikan tempat semestinya kepada kemampuan-kemampuan tersebut dalam proses pendidikan. Pada hal semuanya itu ibaratkan motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan atau progress.

Pendahuluan
Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Selama 20 tahun merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat. Banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini, karena guru telah mempelajari dan memahami filsafat dewey, sebagai reaksi terhadap filsafat lainnya.  Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
            Progresivisme memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contoh: Progresivisme menolak pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras, menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan mastarakat kepada generasi muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti.
            Dalam pandangannya progresivisme berpendapat tidak ada teorirealita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyela. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
             Biasanya aliran progesifisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup liberal “The liberal road to culture”. yang dimaksudkan dengan ini ialah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), corious (ingin mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka).
Pada tahun 1944 gerakan ini dibubarkan dan memilih ganti nama menjadi “American Educational Fellowship”. Gerakan progresif mengalami kemunduran setelah Rusia berhasil meluncurkan satelit pertamanya, yaitu Sputnik. Selanjutnya cara kerja dari perkumpulan ini lebih menunjukkan karya-karya individual, seperti George Axtelle, William O.Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B. Thomas, dan Frederick C. Neff.


A. Progresivisme dalam Kajian Ontologi
            Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.  Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Progresivisme yang lahir sekitar abad ke-20 merupakan filsafat yang bermuara pada aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859- 1952), yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis.            Filsafat progressivisme dipengaruhi oleh ide-ide dasar filsafat pragmatisme dimana telah memberikan konsep dasar dengan azas yang utama yaitu manusia dalam hidupnya untuk tetap survive terhadap semua tantangan, harus pragmatis memandang sesuatu dari segi manfaatnya.
            Di sini kita bisa menganggap bahwa filsafat progressivisme merupakan The Liberal Road of Culture (kebebasan mutlak menuju kearah kebudayaan) maksudnya nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka sehingga menuntut untuk selalu maju bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Untuk mencapai perubahan tersebut manusia harus memiliki pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat: fleksibel, curious (ingin mengetahui dan menyelidiki), toleran dan open minded.
            Filsafat progressivisme telah memberikan kontribusi yang besar di dunia pendidikan, dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Berdasarkan pandangan di atas maka sangat jelas sekali bahwa filsafat progressivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.
Ontologi progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat. Pengalaman diartikan sebagai ciri utamakehidupan, dan hidup adalah perjuangan, tindakan dan perbuatan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak.













B. Progresivisme dalam Kajian Epistemologi
            Pandangan secara epistemologi, pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kekuasaanyang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi pengalaman. Pengetahuandiperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun dengan tidak langsung, melalui catatan (buku-buku, kepustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Dalam epistemologi, rasional berarti suatu pandangan bahwa akal adalah instrument utama bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan. Empirik adalah sifat pandangan bahwa persepsi indera adalah media yang memberikan jalan bagi manusia untuk memahami lingkungan. Fakta yang masih murni saja – yang belum diolah atau disusun – belum merupakan pengetahuan. Sehingga masih membutuhkan pengorganisasian tertentu dari “bahan-bahan mentah” tersebut.Makin sering kitamenghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengeluaran kita dalam praktek,maka makin besar persiapan menghadapi tuntutanmasa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan. Jadi dapat kita simpulkan bahwa, aliran ini berpendapat untuk memperoleh pengetahuan , anak haruslah progress dan dinamis. Ini bisa diaplikasikan dengan menggunakan metode-metode diantaranya adalah dengan metode belajar aktif, metode memonitor kegiatan belajar, metode penelitian ilmiah dan juga pemerintahan pelajar (student government).


















C. Progresivisme dalam Kajian Aksiologi
Dalam kajian aksiologi, nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa yang merupakan awal lahirnya pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, dan kecerdasan dari individu. Nilai benar atau salah, baik atau buruk, dapat dikatakan apabila menunjukkan kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan.
Pembahasan mengenai nilai adalah sebagai berikut:
1.    Nilai mempunyai kualitas sosial. Kualitas tersebut menjadi jelas hakekatnya bila hihubungkan dengan tinjauan tentang aku. Bahwa orang akan sadar mengenai posisi dirinya di lingkungan masyarakat.
2.    Nilai yang dimiliki seseorang bukan hanya nilai intrinsik tapi juga nilai instrumental. Kedua nilai ini saling bergantung satu sama lain seprti halnya pengetahuan dan kebenaran.
3.    Nilai juga bersifat individual, karena masyarakat dapat ada karena adanya individu sebagai anggota. Nilai megenai baik dan buruk merupakan bagian tradisi yang pendukungnya adalah individu-individu.
Hubungan timbal balik antara nilai intrinsik dan nilai instrumental menyebabkan adanya sifat perkembangan dan perubahan pada nilai. Nilai-nilai yang sudah tersimpan sebagai bagian dari kebudayaan. Nilai untuk diri sendiri dalam arti kebaikan intrinsik dan untuk lingkungan merupakan kebaikan instrumental. Karena itu nilai bersifat relatif, temporal, dan dinamis

Daftar Pustaka
Sadulloh Uyoh. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta

PGSD3/D6
No Handphone : 089678106839

Tidak ada komentar:

Posting Komentar