Filsafat Pendidikan Aliran Progresivisme
Abstrak
Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh
pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan
yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia
itu sendiri. Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha mengembangakan asas
Progressivisme dalam semua realitas, terutama dalam kehidupan adalah tetap
survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat
segala sesuatu dari segi keagungannya. Berhubungan dengan itu progressivisme
kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul
pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.Pendidikan yang bercorak otoriter
ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai tujuan, karena kurang
menghargai dan memberikan tempat semestinya kepada kemampuan-kemampuan tersebut
dalam proses pendidikan. Pada hal semuanya itu ibaratkan motor penggerak
manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan atau progress.
Pendahuluan
Progresivisme
bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri
sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan
dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Selama 20 tahun merupakan suatu
gerakan yang kuat di Amerika Serikat. Banyak guru yang ragu-ragu terhadap
gerakan ini, karena guru telah mempelajari dan memahami filsafat dewey, sebagai
reaksi terhadap filsafat lainnya. Aliran
ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar
di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan
pada guru atau bidang muatan.
Progresivisme
memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari
sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contoh: Progresivisme menolak
pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras,
menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara
pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan mastarakat kepada
generasi muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti.
Dalam
pandangannya progresivisme berpendapat tidak ada teorirealita yang umum.
Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyela. tidak
pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut
progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam
kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah
kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
Biasanya aliran progesifisme ini dihubungkan
dengan pandangan hidup liberal “The liberal road to culture”. yang dimaksudkan
dengan ini ialah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat berikut: fleksibel
(tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu),
corious (ingin mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open-minded
(mempunyai hati terbuka).
Pada tahun 1944 gerakan ini dibubarkan dan memilih ganti
nama menjadi “American Educational Fellowship”. Gerakan progresif mengalami
kemunduran setelah Rusia berhasil meluncurkan satelit pertamanya, yaitu
Sputnik. Selanjutnya cara kerja dari perkumpulan ini lebih menunjukkan
karya-karya individual, seperti George Axtelle, William O.Stanley, Ernest
Bayley, Lawrence B. Thomas, dan Frederick C. Neff.
A. Progresivisme dalam Kajian
Ontologi
Progresivisme
adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Progresivisme yang lahir sekitar abad ke-20 merupakan
filsafat yang bermuara pada aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh
William James (1842-1910) dan John Dewey (1859- 1952), yang menitikberatkan
pada segi manfaat bagi hidup praktis. Filsafat
progressivisme dipengaruhi oleh ide-ide dasar filsafat pragmatisme dimana telah
memberikan konsep dasar dengan azas yang utama yaitu manusia dalam hidupnya
untuk tetap survive terhadap semua tantangan, harus pragmatis memandang sesuatu
dari segi manfaatnya.
Di sini
kita bisa menganggap bahwa filsafat progressivisme merupakan The Liberal Road
of Culture (kebebasan mutlak menuju kearah kebudayaan) maksudnya nilai-nilai
yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka sehingga
menuntut untuk selalu maju bertindak secara konstruktif, inovatif dan
reformatif, aktif serta dinamis. Untuk mencapai perubahan tersebut manusia
harus memiliki pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat: fleksibel,
curious (ingin mengetahui dan menyelidiki), toleran dan open minded.
Filsafat
progressivisme telah memberikan kontribusi yang besar di dunia pendidikan,
dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta
didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna
mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya
tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Berdasarkan
pandangan di atas maka sangat jelas sekali bahwa filsafat progressivisme
bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai
generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.
Ontologi progresivisme mengandung pengertian dan kualitas
evolusionistis yang kuat. Pengalaman diartikan sebagai ciri utamakehidupan, dan
hidup adalah perjuangan, tindakan dan perbuatan. Manusia akan tetap hidup
berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak.
B. Progresivisme dalam Kajian Epistemologi
Pandangan
secara epistemologi, pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip,
proses, kekuasaanyang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi
pengalaman. Pengetahuandiperoleh manusia baik secara langsung melalui
pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun
dengan tidak langsung, melalui catatan (buku-buku, kepustakaan). Pengetahuan
adalah hasil aktivitas tertentu. Dalam epistemologi, rasional berarti suatu
pandangan bahwa akal adalah instrument utama bagi manusia untuk memperoleh
pengetahuan. Empirik adalah sifat pandangan bahwa persepsi indera adalah media
yang memberikan jalan bagi manusia untuk memahami lingkungan. Fakta yang masih
murni saja – yang belum diolah atau disusun – belum merupakan pengetahuan.
Sehingga masih membutuhkan pengorganisasian tertentu dari “bahan-bahan mentah”
tersebut.Makin sering kitamenghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak
pengeluaran kita dalam praktek,maka makin besar persiapan menghadapi
tuntutanmasa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan
realita baru di dalam lingkungan. Jadi dapat kita simpulkan bahwa, aliran ini
berpendapat untuk memperoleh pengetahuan , anak haruslah progress dan dinamis.
Ini bisa diaplikasikan dengan menggunakan metode-metode diantaranya adalah
dengan metode belajar aktif, metode memonitor kegiatan belajar, metode
penelitian ilmiah dan juga pemerintahan pelajar (student government).
C. Progresivisme dalam Kajian
Aksiologi
Dalam kajian aksiologi, nilai timbul
karena manusia mempunyai bahasa yang merupakan awal lahirnya pergaulan.
Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi
yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, dan kecerdasan dari individu.
Nilai benar atau salah, baik atau buruk, dapat dikatakan apabila menunjukkan
kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan.
Pembahasan mengenai nilai adalah
sebagai berikut:
1.
Nilai mempunyai kualitas sosial.
Kualitas tersebut menjadi jelas hakekatnya bila hihubungkan dengan tinjauan
tentang aku. Bahwa orang akan sadar mengenai posisi dirinya di
lingkungan masyarakat.
2.
Nilai yang dimiliki seseorang bukan
hanya nilai intrinsik tapi juga nilai instrumental. Kedua nilai ini saling
bergantung satu sama lain seprti halnya pengetahuan dan kebenaran.
3.
Nilai juga bersifat individual,
karena masyarakat dapat ada karena adanya individu sebagai anggota. Nilai
megenai baik dan buruk merupakan bagian tradisi yang pendukungnya adalah
individu-individu.
Hubungan timbal balik antara nilai
intrinsik dan nilai instrumental menyebabkan adanya sifat perkembangan dan
perubahan pada nilai. Nilai-nilai yang sudah tersimpan sebagai bagian dari
kebudayaan. Nilai untuk diri sendiri dalam arti kebaikan intrinsik dan untuk
lingkungan merupakan kebaikan instrumental. Karena itu nilai bersifat relatif,
temporal, dan dinamis
Daftar Pustaka
Sadulloh Uyoh. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta
PGSD3/D6
No Handphone : 089678106839
Tidak ada komentar:
Posting Komentar