A. A. Keunggulan
dan Kelemahan Test
Fakta
dilapangan menunjukan baha tes merupakan alat ukur yang paling banyak digunakan
disekolah untuk mengukur hasil belajar siswa. Ada dua jeni tes yang digunakan
disekolah yaitu tes objektif dan tes uraian. Tes objektif sering digunakan
terutama pada saat penerimaan siswa baru, tes sumati dan Ujian Nasonal (UN)
sedangkan tes uraian sering digunakan pada saat ulangan harian. Pada saat
memilih salah satu jenis tes yang akan digunakan mestinyasudah didahului dengan
pertimbangan mengapa memilih salah satu jenis tes tesebut. Penentuan jenis tes
berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang akan di ukur. Untuk dapat memilih
jens tes yang tepat anda harus paham dengan kelemahan dan keunggulan kedua
jenis tes tersebut.
Perbandingan Antara Tes
Objektif dan Tes Uraian.
No.
|
Unsur
|
Tes Objektif
|
Tes Uraian
|
1.
|
Proses berfikir yang ingin diukur.
|
Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang
proses berfikir tetapi lebih tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir
ingatan, pemahaman, dan penerapan.
|
Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang
proses berpikir tetapi lebih tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir
analisis, sintesis, dan evaluasi.
|
2.
|
Cakupan materi yang ditanyakan
|
Dapat menanyakan banyak materi dalam satu waktu
ujian (sampel materi lebih banyak).
|
Hanya dapat menanyakan sedikit materi (sampel
materi lebih sedikit).
|
3.
|
Waktu penyusunan test
|
Untuk menyusun satu set tes memerlukan waktu cukup
lama.
|
Waktu yang diperlukan untuk menyusun satu set tes
singkat
|
4.
|
Penyusunan pertanyaan
|
Untuk membuat butir soal yang baik relatif sukar.
|
Untuk membuat butir soal yang baik lebih mudah
jika dibandingkan dengan test objektif.
|
5.
|
Pengolahan hasil test
|
Hasil test dapat diolah dengan cepat dan objektif.
Ketetapan hasil pemeriksaan tinggi.
|
Adanya unsur subjektivitas dalam pemeriksaan.
Ketetapan hasil pemeriksaan rendah.
|
6.
|
Jawaban siswa
|
Siswa hanya memilih jawaban yang telah disediakan
oleh penulis soal. Dalam menjawab, siswa hanya mengingat , menginterpretasi,
dan menganalisis ide orang lain.
|
Dalam menjawab, siswa dapat mengemukakan,
mengorganisasikan, menghubungkan, dan menganalisis ide sendiri.
|
7.
|
Pengganggu hasil test
|
Kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan
siswa dalam membaca dan bisa dapat menerka.
|
Kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan
siswa dalam menulis atau bercerita.
|
Dari tabel diatas dapat dilihat
keunggulan tes objektif jika dibandingkan dengan tes uraian sekaligus dapat
pula menemukan kelemahannya. Keunggulan dan kelemahan kedua jenis tes tersebut
antara lain :
1.
Tes
Objektif
Tes Objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal itu memang dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai atau uraian.
Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah
soal yang diajukan jauh lebih banyak dari pada tes uraian. Kadang-kadang untuk
tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal. Tes objektif memiliki
beberapa keunggulan-keunggulan serta kelemahan-kelemahannya, diantaranya
sebagai berikut :
a.
Keunggulan
Tes Objektif
a) Tes
objektif dapat digunakan untuk mengukur proses berfikir rendah sampai dengan
sedang (ingatan, pemahaman, dan penerapan). Bukannya tes objektif tidak dapat
digunakan untuk mengukur prose berpikir tingkat tinggi seperti analisis,
evaluasi, dan kreasi tetapi untuk menulis butir soal yang seperti itu
memerlukan keterampilan sendiri.
b) Dengan
menggunakan tes objektif maka semua atau sebagian besar materi yang telah
diajarkan dapat ditanyakan pada saat ujian. Dengan menanyakan semua materi yang
telah diajarkan maka semua atau sebagian besar tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dalam satuan pembelajaran (SP) ataupun dalam Rencana Pembelajaran
(RP) dapat diukur ketercapaiannya.
c) Dengan
menggunakan test objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan
dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir
soal sudah jelas dan pasti. Dapat juga menggunakan fasilitas komputer untuk
memproses hasil ujian sehingga kecepatan, ketepatan, dan kekonsistenannya dapat
lebih terjamin. Penggunaan fasilitas komputer sangat membantu terutama jika
jumlah peserta tes sangat besar.
d) Dengan
test objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan
analisis butir soal. Dari hasil analisis butir soal maka akan dapat diperoleh
informasi tentang karakteristik setiap butir soal maka akan dapat diperoleh
informasi tentang karakteristik setiap butir soal seperti tingkat kesukaran,
daya beda, efektivitas pengecoh, serta reliabilitasnya set tes.
e) Tingkat
kesukaran butir soal dapat dikendalikan. Dengan menggunakan tes objektif
khususnya pilihan ganda maka kita dapat mengendalikan tingkat kesukaran butir
soal hanya dengan mengubah homogenitas alternatif jawaban. Semakin homogen
alternatif jawaban yang kita buat maka tingkat kesukaran butir soal akan
semakin tinggi. Dan sebaliknya semakin kurang homogenitas alternatif jawaban
yang kita buat maka tingkat kesukaran butir soal akan semakin rendah.
f)
Informasi yang diperoleh dari tes
objektif lebih kaya. Jika tes objektif di konstruksi dengan baik maka akan
memperoleh informasi yang banyak dari respon yang diberikan oleh siswa.
b.
Kelemahan
Tes Objektif
a) Persiapan
untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes uraian, karena soalnya banyak
dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
b) Soal-soalnya
cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja dan
sukar mengukur proses mental yang tinggi.
c) banyak
kesempatan untuk main untung-untungan.
d) “Kerja
sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
e) Kurang
ekomonis karena memakan biaya dan kertas yang banyak jika dibandingkan dengan
pembuatan essay test.
f) Kurang
memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang sesungguhnya.
Upaya yang dapat ditempuh untuk
meminimalkan kelemahan tes objektif antara lain sebagai berikut .
1.
Tulislah butir soal sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan diukur. Jika tujuan pembelajaran yang akan diukur adalah
ingatan maka tulislah butir soal yang mengukur ingatan. Sebaliknya jika tujuan
pembelajaran yang akan diukur menghendaki penerapan maka tulislah butir soal
penerapan.
2.
Upaya untuk mengatasi lamanya waktu penulisan
butir soal. Untuk menulis satu set tes objektif memang diperlukan waktu yang
relatif lebih lama jika dibandingkan dengan menulis satu set tes uraian.
Masalah tersebut akan menjadi berkurang jika anda sudah terlatih dengan baik
dalam menulis tes objektif. Kesulitan utama dalam mengembangkan tes objektif
terutama untuk tes pilihan ganda adalah terletak pada kesulitan untuk menemukan
alternatif jawaban yang homogen. Tetapi dengan bekal penguasaan materi yang
baik dan latihan yang terus menerus maka masalah tersebut tidak akan menjadi
hambatan lagi.
3.
Upaya untuk mengatasi agar kemampuan
anak tidak terganggu oleh kemampuan membaca dan menerka. Kemampuan anak akan
terganggu oleh kemampuan membaca jika butir soal tersebut tidak dikonstruksi
dengan baik. Misalnya pokok soal dan alternatif jawaban dibuat dengan kalimat
yang sangat panjang, pokok soal sulit dimengerti, pokok soal dapat
diterjemahkan lebih dari satu arti, atau butir soal tidak dituis dengan bahasa
indonesia yang baik dan benar. Maslaah ini dapat diatasi dengan cara menulis
butir soal yang baik sesuai dengan kaidah penulisan butir soal objektif yang
telah ditentukan.
4.
Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan tes uraian karena hanya tes
uraianlah yang memberikan kesempatan kepada anak untuk menjawab butir soal
sesuai dengan idenya sendiri.
2.
Tes
Uraian
Tes bentuk uraian atau essai adalah
sejenis tes kemajuan belajar yang memrlukan jawaban yang bersifat pembahasan
atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata
seperti : uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan
sebagainya.
Soal-soal
bentuk uraian biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal
dalam waktu kira-kira 90 hingga 120 menit. Soal-soal bentuk uraian ini menuntut
kemampuan siswa untuk dapat menghubungkan pengertian-pengertian yang telah
dimiliki. Dengan singkat dapat dijelaskan bahwa tes uraian menuntut kemampuan
siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali dan terutama harus mempunyai
daya kreativitas yang tinggi.
Seperti
tes objektif, tes uraian memiliki beberapa keunggulan serta kelemahan,
diantaranya sebagai berikut :
a.
Keunggulan
Tes Uraian
a) Bagi
guru, menyusun tes uraian sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
b) Siswa
mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi hati atau buah
pikirannya.
c) Melatih
mengeluarkan buah pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur
(melatih kreasi dan fantasi).
d) Lebih
ekonomis, hemat karena tidak memerlukan kertas yang terlalu banyak untuk
membuat soal tes, dapat didiktekan atau ditulis di papan tulis.
e) Dapat
diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.
f) Tidak
memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
b.
Kelemahan
Tes Uraian
a) Pemeriksaannya
lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari
penilaian.
b) Waktu
untuk mengoreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
c) Baik
buruk tulisannya dan panjang pendeknya jawaban yang tidak sama mudah
menimbulkan evaluasi dan penskoran (scoring) yang tidak atau kurang objektif.
d) Karakteristik
pembuatan tes uraian yang berbeda-beda bagi setiap guru dapat menimbulkan salah
pengertian bagi siswa.
Pemberian skor yang kurang objektif dan
konsisten dapat disebabkan karena beberapa hal sebagai berikut :
1.
Adanya Hallo effect
2.
Adanya Efek Bawaan (Carry Over Effect)
Carry over effect merupakan kondisi dimana pada saat
anda memeriksa jawaban tes uraian siswa, efek atau kondisi tersebut masih
terbawa dan mempengaruhi anda pada saat anda memeriksa jawaban yang terjadi
pada saat anda memeriksa butir soal nomor satu ke butir anda memeriksa hasil
jawaban siswa satu ke jawaban siswa berikutnya.
3.
Efek Urutan Pemeriksaan (Order Effect)
Bracht, Coffman, dan Kurfman ; Goldsalk, dkk seperti
dikutip oleh Hopkins dkk (1990) menemukan bahwa hasil tes siswa yang diperiksa
di awa cenderung diberi skor lebih tinggi dari hasil tes siswa yang diperiksa
mendekati akhir.
4.
Pengaruh Penggunaan Bahasa
Beberapa peneliti seperti Scannell dan Marshall;
Marshall dan Powers; Chase seperti dikutip oleh Hopkins, dkk (1990) menemukan
bahwa pada saat memeriksa jawaban tes uraian siswa ternyata skor yang diberikan
berdasarkan kualitas isi jawaban siswa tetapi juga dipengaruhi oleh penggunaan
bahasa, kesalahan ejaan, pembentukan kalimat, kesalahan tanda baca, dan
kesalahan struktur kalimat.
5.
Pengaruh Tulisan Tangan
Baik dan buruknya tulisan tangan siswa ternyata
mempunyai kontidusi yang signifikan terhadap skor yang diperoleh siswa seperti
ditemukan oleh Shephered’s dalam Hopkins, dkk (1990), Kualitas tulisan yang
bagus cenderung diberi skor tinggi dari pada kualitas tulisan tangan yang
jelek.
Beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk
meminimalkan kelemahan tes uraian antara lain sebagai berikut :
1.
Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel
materi yang ditanyakan saat ujian. Jika anda mengukur hasil belajar siswa
dengan menggunakan tes uraian maka siswa akan menjawab tes tersebut dengan
menuliskan jawabannya dalam bentuk tulisan. Waktu yang diperlukan untuk
menjawab tes tersebut sangat bergantung kepada ragam tes uraian yang anda
gunakan serta kemampuan siswa dalam menuangkan ide atau gagasannya dalam bentuk
tulisan.
2.
Upaya untuk mengurangi unsur
subjektivitas pemeriksa. Dalam memeriksa hasil tes uraian siswa, masuknya unsur
subjektivitas pemeriksa (guru) harus ditekan seminima mungkin. Upaya yang dapat
ditempuh untuk menekan adalah dengan memeriksa hasil ujian tanpa nama.
3.
Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam
memeriksa hasil tes siswa. Agar hasil pemeriksaan tes uraian yang anda lakukan
dapat lebih objektif dan konsisten maka lakukan pemeriksaan dengan cara sebagai
berikut : a) gunakan tes uraian terbatas. Dengan tes uraian terbatas maka
jawban yang diinginkan dari butir soal tersebut lebih jelas. b) gunakan dua
pemeriksa untuk memeriksa setiap hasil test siswa. Dengan menggunakan dua
pemeriksaan maka unsur subjektivitas pemeriksaan dapat diminimalkan. c) sepakat tentang cara
pemberian skor dengan pemeriksa kedua. d) lakukan uji coba pemeriksaan.
4.
Upaya untuk mengurangi hallo effect.
Cara yang paling mudah untuk menhindari adanya hallo effect adalah dengan
menghilangkan atau menutup nama peserta tes.
5.
Upaya untuk menghindari Carry Over
Effect. Untuk mengurangi efek bawaan dapat anda tempuh dengan cara memeriksa
jawaban soal nomor 1 untuk keseluruhan siswa baru kemudian memeriksa jawaban
soal nomor 2 juga untuk ke seluruh siswa begitu seterusnya sampai jawaban butir
soa terakhir.
6.
Upaya untuk menghindari Order Effect.
Order Effect cenderung terjadi jika pemeriksa sudah lelah sehingga ia tidak
konsisten lagi dalam memberi skor. Untuk
itu berhentilah memeriksa jika anda sudah merasa lelah dalam memeriksa.
B.
Pengembangan Tes
1.
Pengembangan Tes Bentuk Uraian
Menurut
sejarah yang ada lebih dahulu adalah bentuk uraian. Mengingat bentuk uraian ini
banyak kelemahanny, maka para pakar pendidikan, kurikulum dan psikologi
berusaha untuk menyusun tes dalam bentuk yang lain, yaitu tes objektif.
Meskipun demikian tidak berarti bentuk uraian ditinggalkan sama sekali bentuk
uraian dapat digunakan mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur
oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik
untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya
sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Bentuk
uraian sering juga disebut bentuk subjective karena dalam pelaksanaan sering
dipengaruhi oleh faktor subjectivitas guru. Dilihat dari luas sempitnya materi
yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk,
yaitu uraian terbatas (Restricted respons items) dan uraian bebas (Extended
respons items).
1)
Uraian
terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas
ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya.
Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada
pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan
batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
Contoh :
a. Jelaskan bagaimana prosedur operasional
pesawat komputer ?
b. Sebutkan 5 komponen dalam sistem komputer !
2)
Uraian
Bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk
menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas
mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu setiap
peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru
tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban.
Contoh :
a. Bagaimana perkembangan komputer di indonesia,
jelaskan dengan singkat !
b. Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan !
2.
Pengembangan Tes Bentuk Objektif
Tes objektiv sering juga disebut tes dikotomi
(dichokomously scored items) karena jawabannya anatara benar atau salah dan
scornya antara 1 atau 0. Tes objektiv menuntut peserta didik untuk memilih
jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang telah disediakan,
memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang
belum sempurna. Tes objektiv sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut
proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat, mengenal,
pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip. Tes objektiv terdiri atas beberapa
bentuk yaitu benar salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi atau
jawaban singkat.
1)
Benar-Salah
( True-Fals or Yes-No)
Bentuk tes benar
salah adalah pernyataan yang mengndung dua kemungkinan dua jawaban, yaitu benar
atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan pilihannya mengenai
pertanyaan-pertanyaan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk
mengerjakan soal. Salah satu fungsi bentuk soal dalam benar-salah adalah untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara faktor dan pendapat.
Agar soal dapat berfungsi dengan baik maka materi yang ditanyakan hendaknya
homogen dari segi isi. Dalam penyusunan soal bentuk benar salah tidak hanya
menggunakan kalimat pertannyaan atau pernyataan, tetapi juga dalam bentuk
gambar, tabel, dan diagram.
Contoh :
Lingkarilah huruf B
jika pernyataan dibawah ini benar dan S jika salah.
1.
B-S :
Ikan bernafas dengan insang.
2.
B-S :
Luas 4 persegi panjang kali lebar
3.
B-S :
Logam jika dipanaskan akan memuai
Kelebihan-kelebihan
tes bentuk B-S antara lain : (a) mudah disusun dan disampaikan karena itu
banyak digunakan,(b) dapat mencakup materi yang lebih luas namun tidak semua
materi tidak dapat di ukur dengan bentuk benar-salah, (c) dapat dinilai dengan
cepat dan objektiv (d) banyak digunakan untuk mengukur fakta-fakta dan
prinsip-prinsip. Adapun kelemahan dari tes bentuk benar-salah antara lain :
a)
Ada
kecenderungaa peserta didik mencawab coba-coba
b)
Pada
umumnya memiliki derajat dan faliditas dan rehabilitasnya rendah kecuali jika
itemnya banyak.
c)
Sering
terjadi kekaburan karena itu sukar untuk menyusun item yang benar-benar jelas.
d)
Terbatasnya
mengukur aspek pengetahuan.
2) Pilihan Ganda
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan
mengukur hasil belajar yang lebih komplek dan berkenaan dengan aspek ingatan,
pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan
ganda terdri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok
persoalan berbentuk pertannyaan dan dapat pula berbentuk pernyataan yang belum
sempurna yang biasa disebut stem, sedangkan pilihan jawaban berbentuk
perkataan, bilangan tau kalimat dan sering disebut options. Pilihanjawaban
terdiri atas jawaban yang benar atau yang paling benar, selanjutnya disebut
kunci jawaban dan kemungkinan jawaban yang salah dinakan pengecoh tetapi
memungkinkan seseorang memilihnya apabila tidak menguasi materi yang ditanyakan
dalam soal.
Menurut gronlund (1981)” alternatif jawaban
tidak baik dibandingkan dengan yang lainnya. Makin banyak alternatif jawaban
oknum kecil kemungkinan peserta didik menerka”. Adapun kemampuan yang dapat di
ukur oleh bentuk soal pilihan ganda antara lain mengenal istilah,fakta,
prinsip,metode, prosedur. Mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip,
menafsirkan hubungan sebab-akibat dan menilai metode prosedur.
Ada beberapa jenis pilihan tes bentuk pilihan
ganda yaitu :
1.
Distracters
yaitu setiap pertannyaan atau pernyataan mempunyai bebrapa pilihan jawaban yang
salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar. Contoh : berbagai
komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi disebut ...
a.
Program
b.
Sistem
c.
Data
d.
Central
processing unit
e.
Operation
2.
Analisis
hubungan-hubungan anatara hal, yaitu bentuk soal yang dapat digunakan untuk
melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara pernyataan
dan alasan sebab-akibat.
Contoh: pada soal dibawah ini terdapat kalimat yang
terdiri atas pernyataan dan alasan. Pilihan jawaban :
a.
Jika
pernyataan benar, alasan benar, dan alasan merupakan sebab dari pernyataan.
b.
Jika
pernyataan benar, alasan benar, tetapi alasan bukan merupaka bukan sebab dari pernyataan.
c.
Jika
pernyataan benar, tetapi alasan salah.
d.
Jika
pernyataan salah tetapi alasan benar.
e.
Jika
pernyataan salah dan alasan salah.
Soal :
Presiden Republik
Indonesia tinggal diJakarta SEBAB jakarta merupakan ibu kota republik
indonesia.
Penjelasan :
1)
“Presiden
Republik Indonesia tinggal di jakarta” merupakan pernyataan yang benar.
2)
“Jakarta
merupakan ibukota republik indonesia” merupakan alasan yang benar dan merupakan
sebab dari penyataan.
Jawaban : jadi, jawaban yang betul adalah A.
3.
Variasi
Negatif, yaitu setiap pertanyaan atau penyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang benar, tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah.
Tugas peserta didik adalah memilih jawab yang salah tersebut. Contoh : berikut
ini merupakan gerakan dasar mouse, kecuali ....
a.
Menunjuk
b.
Mengklik
c.
Menghapus
d.
Menggeser
4.
Variasi
berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya benar tetapi
ada satu jawaban yang paling benar, tetapi tugas peserta didik adalah memilih
jawaban yang paling benar. Contoh : Peserta didik hendaknya menghormati ....
a.
Sesama
teman
b.
Guru-gururnya
c.
Orang
tuanya
d.
Teman,
guru, dan orang tuanya
5.
Variasi
yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberapa
kemungkinan jawaban-jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik mencari
satu kemungkinan jawaban yang benar dan melengkapinya. Contoh : Surat
Al-Fatihah disebut juga Sab’ul matsani. Artinya .....
a.
5 ayat
yang di baca .....
b.
6 ayat
yang dibaca......
c.
7 ayat
yang dibaca......
d.
8 ayat
yang dibaca......
3)
Menjodohkan
(Matching)
Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya
masih merupakan bentuk pilihan ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan ganda
adalah pilihan ganda terdiri atas stem dan options, kemudian peserta didik
tinggal memilih salah satu options yang dianggap paling tepat, sedangkan bentuk
menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan
kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan yaitu menunjukkan kumpulan jawaban.
Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik
dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan
kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal.
Contoh :
Petunjuk dibawah ini
terdapat dua daftar yaitu daftar A dan daftar B. Tiap-tiap kata yang terdapat
pada daftar A mempunyai pasangannya masing-masing pada daftar B. Guru harus
mencari pasangan-pasangan itu. Tulislah nomor kata yang guru pilih itu di depan
pasangannya masing-masing.
Daftar A Daftar B
. . . . . . . .
.Chart 1. Chart
. . . . . . . .
.Wizard 2. Sumbu
. . . . . . . .
.Plot 3. Insert
. . . . . . . . Grid 4.
Area
. . . . . . . .
..Text 5. Garis
6. Font
7. Add
Kebaikan soal berbentuk menjodohkan, antar
lain : (a) relatif mudah disusun, (b) penskorannya mudah , objektif, dan cepat,
(c) dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemuannya, sebab dan
akibatnya, dan definisinya, (d) materi test cukup luas. Adapun kelemahan soal
bentuk menjodohkan, yaitu (a) ada kecenderungan untuk menekankan ingatan saja,
(b) kurang baik untuk menilai pengertian guna membuat penafsiran.
C.
Perencanaan Test
Beberapa hal penting
yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes antara lain :
1.
Pemilihan
sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi yang akan ditulis
butir soalnya hendaknya dilakukan dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Pilihlah sampel materi yang secara representatif dapat mewakili
semua materi yang telah diajarkan selama proses pembelajaran. Semakin banyak
sampel materi yang dapat ditanyakan maka semakin banyak pula tujuan
pembelajaran yang akan dapat kita ukur. Dasar pertimbangan yang dipergunakan
dalam pemilihan sampel materi adalah dasar pertimbangan keahlian (expert
judgement).
2.
Jenis
tes yang akan digunakan pemilihan jenis tes berhubungan erat dengan jumlah
sampel materi yang dapat di ukur, tingkat kognitif yang akan di ukur, jumlah
peserta tes, serta jumlah butir soal yang akan dibuat.
3.
Jenjang
kemampuan berfikir yang ingin di uji. Setiap mata pelajaran mempunyai penekanan
kemampuan yang berbeda dalam pengembangan proses berfikir siswa. Dengan demikian tunjang kemampuan berfikir
yang akan di uji pun berbeda-beda. Jika tujuan suatu mata pelajaran lebih menekankan
pada pengembangan proses berfikir analisis, evaluasi, dan kreasi maka butir
soal yang digunakan dalam ujian harus dapat mengukur kemampuan tersebut
demikian juga sebaliknya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kumpulan butir
soal yang akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur proses berfikir yang
relevan dengan proses berfikir yang dikembangkan selama proses pembelajaran.
Dalam hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh bloom
dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh krathwool (2001) adalah ingatan
(C1) pemahaman (C2) penerapan (C3) analisis (C4) evaluasi C5) dan kreasi (C6).
4.
Ragam
tes yang digunakan. Untuk tes objektif dapat dipilih tes B-S, tes menjodohkan
atau tes pilih ganda. Selanjutnya tes pilihan ganda dapat dipilah lagi menjadi
: melengkapi pilihan (ragam A), hubungan antar hal (ragam B), analisis kasus
(ragam C) ganda kompleks (ragam D) dan membaca diagram, tabel, grafik (ragam
E). Sedangkan dalam tes uraian dapat dipilih tes uraian terbatas atau tes
uraian terbuka.
5.
Sebaran
tingkat kesukaran soal. Pada umumnya ahli pengukuran sepakat bahwa butir soal
dapat memberikan informasi kepada guru yang besar adalah butir soal yang
tingkat kesukarannya sedang atau harga disekitar 0,5. Dalam menentukan sebaran
tingkat kesukaran butir soal untuk ujian harus mempertimbangkan interpretasi
hasil tes mana yang akan dipergunakan. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan
dalam menginterpretasikan hasil tes. Pertama pendekatan penilaian acuan
kriteria atau patokan dan kedua adalah pendekatan penilaian acuan norma.
6.
Waktu yang
disediakan untuk pelaksanaan ujian. Lamanya waktu ujian merupakan faktor
pembatas yang harus diperhatikan dalam mebuat perencanaan tes. Lamanya waktu
ujian akan membawa konsekuensi kepada butir soal yang harus dibuat. Jumlah
butir soal yang akan di ujikan harus diperkirakan agar dapat diselesaikan dalam
waktu 90 menit.
7.
Jumlah
butir soal. Penetuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujian
tergantung pada beberapa hal antara lain tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, ragam soal yang akan digunakan, proses berfikir yang ingin di ukur dan
sebaran tingkat kesukaran dalam set tes tersebut.
terimakasih membantu sekali
BalasHapusTERIMAKASIH,,,SANGAT BERMANFAAT DAN MEMBANTU
BalasHapusTerimakasih. sangat bermanfaat
BalasHapus