Selasa, 05 Januari 2016

Pengembangan Tes Hasil Belajar



A.               A.  Keunggulan dan Kelemahan Test
Fakta dilapangan menunjukan baha tes merupakan alat ukur yang paling banyak digunakan disekolah untuk mengukur hasil belajar siswa. Ada dua jeni tes yang digunakan disekolah yaitu tes objektif dan tes uraian. Tes objektif sering digunakan terutama pada saat penerimaan siswa baru, tes sumati dan Ujian Nasonal (UN) sedangkan tes uraian sering digunakan pada saat ulangan harian. Pada saat memilih salah satu jenis tes yang akan digunakan mestinyasudah didahului dengan pertimbangan mengapa memilih salah satu jenis tes tesebut. Penentuan jenis tes berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang akan di ukur. Untuk dapat memilih jens tes yang tepat anda harus paham dengan kelemahan dan keunggulan kedua jenis tes tersebut.
Perbandingan Antara Tes Objektif dan Tes Uraian.
No.
Unsur
Tes Objektif
Tes Uraian
1.
Proses berfikir yang ingin diukur.
Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang proses berfikir tetapi lebih tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir ingatan, pemahaman, dan penerapan.
Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang proses berpikir tetapi lebih tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi.
2.
Cakupan materi yang ditanyakan
Dapat menanyakan banyak materi dalam satu waktu ujian (sampel materi lebih banyak).
Hanya dapat menanyakan sedikit materi (sampel materi lebih sedikit).
3.
Waktu penyusunan test
Untuk menyusun satu set tes memerlukan waktu cukup lama.
Waktu yang diperlukan untuk menyusun satu set tes singkat
4.
Penyusunan pertanyaan
Untuk membuat butir soal yang baik relatif sukar.
Untuk membuat butir soal yang baik lebih mudah jika dibandingkan dengan test objektif.
5.
Pengolahan hasil test
Hasil test dapat diolah dengan cepat dan objektif.
Ketetapan hasil pemeriksaan tinggi.
Adanya unsur subjektivitas dalam pemeriksaan.
Ketetapan hasil pemeriksaan rendah.
6.
Jawaban siswa
Siswa hanya memilih jawaban yang telah disediakan oleh penulis soal. Dalam menjawab, siswa hanya mengingat , menginterpretasi, dan menganalisis ide orang lain.
Dalam menjawab, siswa dapat mengemukakan, mengorganisasikan, menghubungkan, dan menganalisis ide sendiri.
7.
Pengganggu hasil test
Kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan siswa dalam membaca dan bisa dapat menerka.
Kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan siswa dalam menulis atau bercerita.
       Dari tabel diatas dapat dilihat keunggulan tes objektif jika dibandingkan dengan tes uraian sekaligus dapat pula menemukan kelemahannya. Keunggulan dan kelemahan kedua jenis tes tersebut antara lain :
1.        Tes Objektif
       Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal itu memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai atau uraian.
       Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dari pada tes uraian. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan  30-40 buah soal. Tes objektif memiliki beberapa keunggulan-keunggulan serta kelemahan-kelemahannya, diantaranya sebagai berikut :


a.        Keunggulan Tes Objektif
a)    Tes objektif dapat digunakan untuk mengukur proses berfikir rendah sampai dengan sedang (ingatan, pemahaman, dan penerapan). Bukannya tes objektif tidak dapat digunakan untuk mengukur prose berpikir tingkat tinggi seperti analisis, evaluasi, dan kreasi tetapi untuk menulis butir soal yang seperti itu memerlukan keterampilan sendiri.
b)   Dengan menggunakan tes objektif maka semua atau sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan pada saat ujian. Dengan menanyakan semua materi yang telah diajarkan maka semua atau sebagian besar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam satuan pembelajaran (SP) ataupun dalam Rencana Pembelajaran (RP) dapat diukur ketercapaiannya.
c)    Dengan menggunakan test objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti. Dapat juga menggunakan fasilitas komputer untuk memproses hasil ujian sehingga kecepatan, ketepatan, dan kekonsistenannya dapat lebih terjamin. Penggunaan fasilitas komputer sangat membantu terutama jika jumlah peserta tes sangat besar.
d)   Dengan test objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal. Dari hasil analisis butir soal maka akan dapat diperoleh informasi tentang karakteristik setiap butir soal maka akan dapat diperoleh informasi tentang karakteristik setiap butir soal seperti tingkat kesukaran, daya beda, efektivitas pengecoh, serta reliabilitasnya set tes.
e)    Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan. Dengan menggunakan tes objektif khususnya pilihan ganda maka kita dapat mengendalikan tingkat kesukaran butir soal hanya dengan mengubah homogenitas alternatif jawaban. Semakin homogen alternatif jawaban yang kita buat maka tingkat kesukaran butir soal akan semakin tinggi. Dan sebaliknya semakin kurang homogenitas alternatif jawaban yang kita buat maka tingkat kesukaran butir soal akan semakin rendah.
f)    Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya. Jika tes objektif di konstruksi dengan baik maka akan memperoleh informasi yang banyak dari respon yang diberikan oleh siswa.

b.        Kelemahan Tes Objektif
a)    Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes uraian, karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
b)   Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja dan sukar mengukur proses mental yang tinggi.
c)    banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d)   “Kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
e)    Kurang ekomonis karena memakan biaya dan kertas yang banyak jika dibandingkan dengan pembuatan essay test.
f)    Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang sesungguhnya.
            Upaya yang dapat ditempuh untuk meminimalkan kelemahan tes objektif antara lain sebagai berikut .
1.        Tulislah butir soal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan diukur. Jika tujuan pembelajaran yang akan diukur adalah ingatan maka tulislah butir soal yang mengukur ingatan. Sebaliknya jika tujuan pembelajaran yang akan diukur menghendaki penerapan maka tulislah butir soal penerapan.
2.        Upaya untuk mengatasi lamanya waktu penulisan butir soal. Untuk menulis satu set tes objektif memang diperlukan waktu yang relatif lebih lama jika dibandingkan dengan menulis satu set tes uraian. Masalah tersebut akan menjadi berkurang jika anda sudah terlatih dengan baik dalam menulis tes objektif. Kesulitan utama dalam mengembangkan tes objektif terutama untuk tes pilihan ganda adalah terletak pada kesulitan untuk menemukan alternatif jawaban yang homogen. Tetapi dengan bekal penguasaan materi yang baik dan latihan yang terus menerus maka masalah tersebut tidak akan menjadi hambatan lagi.
3.        Upaya untuk mengatasi agar kemampuan anak tidak terganggu oleh kemampuan membaca dan menerka. Kemampuan anak akan terganggu oleh kemampuan membaca jika butir soal tersebut tidak dikonstruksi dengan baik. Misalnya pokok soal dan alternatif jawaban dibuat dengan kalimat yang sangat panjang, pokok soal sulit dimengerti, pokok soal dapat diterjemahkan lebih dari satu arti, atau butir soal tidak dituis dengan bahasa indonesia yang baik dan benar. Maslaah ini dapat diatasi dengan cara menulis butir soal yang baik sesuai dengan kaidah penulisan butir soal objektif yang telah ditentukan.
4.        Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan tes uraian karena hanya tes uraianlah yang memberikan kesempatan kepada anak untuk menjawab butir soal sesuai dengan idenya sendiri.

2.        Tes Uraian
       Tes bentuk uraian atau essai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memrlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti : uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Soal-soal bentuk uraian biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 hingga 120 menit. Soal-soal bentuk uraian ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dijelaskan bahwa tes uraian menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
Seperti tes objektif, tes uraian memiliki beberapa keunggulan serta kelemahan, diantaranya sebagai berikut :
a.        Keunggulan Tes Uraian
a)    Bagi guru, menyusun tes uraian sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
b)   Siswa mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi hati atau buah pikirannya.
c)    Melatih mengeluarkan buah pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur (melatih kreasi dan fantasi).
d)   Lebih ekonomis, hemat karena tidak memerlukan kertas yang terlalu banyak untuk membuat soal tes, dapat didiktekan atau ditulis di papan tulis.
e)    Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.
f)    Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
b.        Kelemahan Tes Uraian
a)    Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilaian.
b)   Waktu untuk mengoreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
c)    Baik buruk tulisannya dan panjang pendeknya jawaban yang tidak sama mudah menimbulkan evaluasi dan penskoran (scoring) yang tidak atau kurang objektif.
d)   Karakteristik pembuatan tes uraian yang berbeda-beda bagi setiap guru dapat menimbulkan salah pengertian bagi siswa.
       Pemberian skor yang kurang objektif dan konsisten dapat disebabkan karena beberapa hal sebagai berikut :
1.        Adanya Hallo effect
2.        Adanya Efek Bawaan (Carry Over Effect)
Carry over effect merupakan kondisi dimana pada saat anda memeriksa jawaban tes uraian siswa, efek atau kondisi tersebut masih terbawa dan mempengaruhi anda pada saat anda memeriksa jawaban yang terjadi pada saat anda memeriksa butir soal nomor satu ke butir anda memeriksa hasil jawaban siswa satu ke jawaban siswa berikutnya.
3.        Efek Urutan Pemeriksaan (Order Effect)
Bracht, Coffman, dan Kurfman ; Goldsalk, dkk seperti dikutip oleh Hopkins dkk (1990) menemukan bahwa hasil tes siswa yang diperiksa di awa cenderung diberi skor lebih tinggi dari hasil tes siswa yang diperiksa mendekati akhir.
4.        Pengaruh Penggunaan Bahasa
Beberapa peneliti seperti Scannell dan Marshall; Marshall dan Powers; Chase seperti dikutip oleh Hopkins, dkk (1990) menemukan bahwa pada saat memeriksa jawaban tes uraian siswa ternyata skor yang diberikan berdasarkan kualitas isi jawaban siswa tetapi juga dipengaruhi oleh penggunaan bahasa, kesalahan ejaan, pembentukan kalimat, kesalahan tanda baca, dan kesalahan struktur kalimat.
5.        Pengaruh Tulisan Tangan
Baik dan buruknya tulisan tangan siswa ternyata mempunyai kontidusi yang signifikan terhadap skor yang diperoleh siswa seperti ditemukan oleh Shephered’s dalam Hopkins, dkk (1990), Kualitas tulisan yang bagus cenderung diberi skor tinggi dari pada kualitas tulisan tangan yang jelek.
       Beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk meminimalkan kelemahan tes uraian antara lain sebagai berikut :
1.        Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang ditanyakan saat ujian. Jika anda mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan tes uraian maka siswa akan menjawab tes tersebut dengan menuliskan jawabannya dalam bentuk tulisan. Waktu yang diperlukan untuk menjawab tes tersebut sangat bergantung kepada ragam tes uraian yang anda gunakan serta kemampuan siswa dalam menuangkan ide atau gagasannya dalam bentuk tulisan.
2.        Upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pemeriksa. Dalam memeriksa hasil tes uraian siswa, masuknya unsur subjektivitas pemeriksa (guru) harus ditekan seminima mungkin. Upaya yang dapat ditempuh untuk menekan adalah dengan memeriksa hasil ujian tanpa nama.
3.        Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa. Agar hasil pemeriksaan tes uraian yang anda lakukan dapat lebih objektif dan konsisten maka lakukan pemeriksaan dengan cara sebagai berikut : a) gunakan tes uraian terbatas. Dengan tes uraian terbatas maka jawban yang diinginkan dari butir soal tersebut lebih jelas. b) gunakan dua pemeriksa untuk memeriksa setiap hasil test siswa. Dengan menggunakan dua pemeriksaan maka unsur subjektivitas pemeriksaan dapat  diminimalkan. c) sepakat tentang cara pemberian skor dengan pemeriksa kedua. d) lakukan uji coba pemeriksaan.
4.        Upaya untuk mengurangi hallo effect. Cara yang paling mudah untuk menhindari adanya hallo effect adalah dengan menghilangkan atau menutup nama peserta tes.
5.        Upaya untuk menghindari Carry Over Effect. Untuk mengurangi efek bawaan dapat anda tempuh dengan cara memeriksa jawaban soal nomor 1 untuk keseluruhan siswa baru kemudian memeriksa jawaban soal nomor 2 juga untuk ke seluruh siswa begitu seterusnya sampai jawaban butir soa terakhir.
6.        Upaya untuk menghindari Order Effect. Order Effect cenderung terjadi jika pemeriksa sudah lelah sehingga ia tidak konsisten  lagi dalam memberi skor. Untuk itu berhentilah memeriksa jika anda sudah merasa lelah dalam memeriksa.

B.       Pengembangan Tes
1.      Pengembangan Tes Bentuk Uraian
Menurut sejarah yang ada lebih dahulu adalah bentuk uraian. Mengingat bentuk uraian ini banyak kelemahanny, maka para pakar pendidikan, kurikulum dan psikologi berusaha untuk menyusun tes dalam bentuk yang lain, yaitu tes objektif. Meskipun demikian tidak berarti bentuk uraian ditinggalkan sama sekali bentuk uraian dapat digunakan mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjective karena dalam pelaksanaan sering dipengaruhi oleh faktor subjectivitas guru. Dilihat dari luas sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (Restricted respons items) dan uraian bebas (Extended respons items).
1)        Uraian terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
Contoh :
a.       Jelaskan bagaimana prosedur operasional pesawat komputer ?
b.      Sebutkan 5 komponen dalam sistem komputer !

2)        Uraian Bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban.
Contoh :
a.       Bagaimana perkembangan komputer di indonesia, jelaskan dengan singkat !
b.      Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan !

2.        Pengembangan Tes Bentuk Objektif
Tes objektiv sering juga disebut tes dikotomi (dichokomously scored items) karena jawabannya anatara benar atau salah dan scornya antara 1 atau 0. Tes objektiv menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektiv sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat, mengenal, pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip. Tes objektiv terdiri atas beberapa bentuk yaitu benar salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban singkat.
1)        Benar-Salah ( True-Fals or Yes-No)
Bentuk tes benar salah adalah pernyataan yang mengndung dua kemungkinan dua jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan pilihannya mengenai pertanyaan-pertanyaan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsi bentuk soal dalam benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara faktor dan pendapat. Agar soal dapat berfungsi dengan baik maka materi yang ditanyakan hendaknya homogen dari segi isi. Dalam penyusunan soal bentuk benar salah tidak hanya menggunakan kalimat pertannyaan atau pernyataan, tetapi juga dalam bentuk gambar, tabel, dan diagram.
Contoh :
Lingkarilah huruf B jika pernyataan dibawah ini benar dan S jika salah.
1.         B-S : Ikan bernafas dengan insang.
2.         B-S : Luas 4 persegi panjang kali lebar
3.         B-S : Logam jika dipanaskan akan memuai

Kelebihan-kelebihan tes bentuk B-S antara lain : (a) mudah disusun dan disampaikan karena itu banyak digunakan,(b) dapat mencakup materi yang lebih luas namun tidak semua materi tidak dapat di ukur dengan bentuk benar-salah, (c) dapat dinilai dengan cepat dan objektiv (d) banyak digunakan untuk mengukur fakta-fakta dan prinsip-prinsip. Adapun kelemahan dari tes bentuk benar-salah antara lain :
a)         Ada kecenderungaa peserta didik mencawab coba-coba
b)        Pada umumnya memiliki derajat dan faliditas dan rehabilitasnya rendah kecuali jika itemnya banyak.
c)         Sering terjadi kekaburan karena itu sukar untuk menyusun item yang benar-benar jelas.
d)        Terbatasnya mengukur aspek pengetahuan.

2)      Pilihan Ganda
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan mengukur hasil belajar yang lebih komplek dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan berbentuk pertannyaan dan dapat pula berbentuk pernyataan yang belum sempurna yang biasa disebut stem, sedangkan pilihan jawaban berbentuk perkataan, bilangan tau kalimat dan sering disebut options. Pilihanjawaban terdiri atas jawaban yang benar atau yang paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban yang salah dinakan pengecoh tetapi memungkinkan seseorang memilihnya apabila tidak menguasi materi yang ditanyakan dalam soal.
Menurut gronlund (1981)” alternatif jawaban tidak baik dibandingkan dengan yang lainnya. Makin banyak alternatif jawaban oknum kecil kemungkinan peserta didik menerka”. Adapun kemampuan yang dapat di ukur oleh bentuk soal pilihan ganda antara lain mengenal istilah,fakta, prinsip,metode, prosedur. Mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip, menafsirkan hubungan sebab-akibat dan menilai metode prosedur.
Ada beberapa jenis pilihan tes bentuk pilihan ganda yaitu :
1.        Distracters yaitu setiap pertannyaan atau pernyataan mempunyai bebrapa pilihan jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar. Contoh : berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi disebut ...
a.         Program
b.        Sistem
c.         Data
d.        Central processing unit
e.         Operation

2.        Analisis hubungan-hubungan anatara hal, yaitu bentuk soal yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara pernyataan dan alasan sebab-akibat.
Contoh:  pada soal dibawah ini terdapat kalimat yang terdiri atas pernyataan dan alasan. Pilihan jawaban :
a.         Jika pernyataan benar, alasan benar, dan alasan merupakan sebab dari pernyataan.
b.         Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi alasan bukan merupaka bukan sebab dari pernyataan.
c.         Jika pernyataan benar, tetapi alasan salah.
d.        Jika pernyataan salah tetapi alasan benar.
e.         Jika pernyataan salah dan alasan salah.

Soal :
Presiden Republik Indonesia tinggal diJakarta SEBAB jakarta merupakan ibu kota republik indonesia.
Penjelasan :
1)        “Presiden Republik Indonesia tinggal di jakarta” merupakan pernyataan yang benar.
2)        “Jakarta merupakan ibukota republik indonesia” merupakan alasan yang benar dan merupakan sebab dari penyataan.
Jawaban : jadi, jawaban yang betul adalah A.                                              
3.        Variasi Negatif, yaitu setiap pertanyaan atau penyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang benar, tetapi disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah. Tugas peserta didik adalah memilih jawab yang salah tersebut. Contoh : berikut ini merupakan gerakan dasar mouse, kecuali ....
a.         Menunjuk
b.        Mengklik
c.         Menghapus
d.        Menggeser

4.        Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya benar tetapi ada satu jawaban yang paling benar, tetapi tugas peserta didik adalah memilih jawaban yang paling benar. Contoh : Peserta didik hendaknya menghormati ....
a.         Sesama teman
b.        Guru-gururnya
c.         Orang tuanya
d.        Teman, guru, dan orang tuanya

5.        Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban-jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik mencari satu kemungkinan jawaban yang benar dan melengkapinya. Contoh : Surat Al-Fatihah disebut juga Sab’ul matsani. Artinya .....
a.         5 ayat yang di baca .....
b.        6 ayat yang dibaca......
c.         7 ayat yang dibaca......
d.        8 ayat yang dibaca......

3)        Menjodohkan (Matching)
       Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan ganda adalah pilihan ganda terdiri atas stem dan options, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu options yang dianggap paling tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan yaitu menunjukkan kumpulan jawaban. Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal.
Contoh :
Petunjuk dibawah ini terdapat dua daftar yaitu daftar A dan daftar B. Tiap-tiap kata yang terdapat pada daftar A mempunyai pasangannya masing-masing pada daftar B. Guru harus mencari pasangan-pasangan itu. Tulislah nomor kata yang guru pilih itu di depan pasangannya masing-masing.
Daftar A                                  Daftar B
. . . . . . . . .Chart                      1.  Chart
. . . . . . . . .Wizard                   2.  Sumbu
. . . . . . . . .Plot                         3.  Insert
. . .  . . . . . Grid                        4.  Area
. . . . . . . . ..Text                       5.  Garis
6.      Font
7.      Add
Kebaikan soal berbentuk menjodohkan, antar lain : (a) relatif mudah disusun, (b) penskorannya mudah , objektif, dan cepat, (c) dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemuannya, sebab dan akibatnya, dan definisinya, (d) materi test cukup luas. Adapun kelemahan soal bentuk menjodohkan, yaitu (a) ada kecenderungan untuk menekankan ingatan saja, (b) kurang baik untuk menilai pengertian guna membuat penafsiran.
C.      Perencanaan Test
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes antara lain :
1.        Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi yang akan ditulis butir soalnya hendaknya dilakukan dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pilihlah sampel materi yang secara representatif dapat mewakili semua materi yang telah diajarkan selama proses pembelajaran. Semakin banyak sampel materi yang dapat ditanyakan maka semakin banyak pula tujuan pembelajaran yang akan dapat kita ukur. Dasar pertimbangan yang dipergunakan dalam pemilihan sampel materi adalah dasar pertimbangan keahlian (expert judgement).
2.        Jenis tes yang akan digunakan pemilihan jenis tes berhubungan erat dengan jumlah sampel materi yang dapat di ukur, tingkat kognitif yang akan di ukur, jumlah peserta tes, serta jumlah butir soal yang akan dibuat.
3.        Jenjang kemampuan berfikir yang ingin di uji. Setiap mata pelajaran mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda dalam pengembangan proses berfikir siswa.  Dengan demikian tunjang kemampuan berfikir yang akan di uji pun berbeda-beda. Jika tujuan suatu mata pelajaran lebih menekankan pada pengembangan proses berfikir analisis, evaluasi, dan kreasi maka butir soal yang digunakan dalam ujian harus dapat mengukur kemampuan tersebut demikian juga sebaliknya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kumpulan butir soal yang akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur proses berfikir yang relevan dengan proses berfikir yang dikembangkan selama proses pembelajaran. Dalam hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh krathwool (2001) adalah ingatan (C1) pemahaman (C2) penerapan (C3) analisis (C4) evaluasi C5) dan kreasi (C6).
4.        Ragam tes yang digunakan. Untuk tes objektif dapat dipilih tes B-S, tes menjodohkan atau tes pilih ganda. Selanjutnya tes pilihan ganda dapat dipilah lagi menjadi : melengkapi pilihan (ragam A), hubungan antar hal (ragam B), analisis kasus (ragam C) ganda kompleks (ragam D) dan membaca diagram, tabel, grafik (ragam E). Sedangkan dalam tes uraian dapat dipilih tes uraian terbatas atau tes uraian terbuka.
5.        Sebaran tingkat kesukaran soal. Pada umumnya ahli pengukuran sepakat bahwa butir soal dapat memberikan informasi kepada guru yang besar adalah butir soal yang tingkat kesukarannya sedang atau harga disekitar 0,5. Dalam menentukan sebaran tingkat kesukaran butir soal untuk ujian harus mempertimbangkan interpretasi hasil tes mana yang akan dipergunakan. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menginterpretasikan hasil tes. Pertama pendekatan penilaian acuan kriteria atau patokan dan kedua adalah pendekatan penilaian acuan norma.
6.        Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan ujian. Lamanya waktu ujian merupakan faktor pembatas yang harus diperhatikan dalam mebuat perencanaan tes. Lamanya waktu ujian akan membawa konsekuensi kepada butir soal yang harus dibuat. Jumlah butir soal yang akan di ujikan harus diperkirakan agar dapat diselesaikan dalam waktu 90 menit.
7.        Jumlah butir soal. Penetuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujian tergantung pada beberapa hal antara lain tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ragam soal yang akan digunakan, proses berfikir yang ingin di ukur dan sebaran tingkat kesukaran dalam set tes tersebut.

3 komentar: