A. Pengertian Perkembangan
Objek piskologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Para ahli psikologi juga tertarik akan masalah seberapa jauhkah perkembangan manusia tadi di pengaruhi oleh perkembangan masyarakatnya ( Van den Berg, 1989: Muchow, 1962). Mengenal hal yang terakhir ini akan sering kita jumpai kembali dalam tulisan ini, namun perhatian psikologi perkembangan yang utama tertuju pada perkembangan manusianya sebagai person. Masyarakat merupakan tempat berkembangnya person tadi.
Pengertian
perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak
begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang
bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali ( Werner, 1969). Dalam “pertumbuhan”
ada sementara ahli psikologi yang tidak membedakan antara perkembangan dan
pertumbuhan; bahkan ada yang lebih mengutamakan pertumbuhan. Hal ini mungkin
untuk menunjukkan bahwa orang yang berkembang tadi bertambah kemampuannya dalam
berbagai hal, lebih mengalami diferensiasi dan pada tingkat yang lebih tinggi,
lebih mengalami integrasi. Dalam tulisan ini, maka istilah pertumbuhan khusus
dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dn fungsi fisik
yang murni. Menurut banyak ahli psikologi dna para penulis sendiri, maka
istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala
psikologis yang muncul.
Pertumbuhan
fisik memang mempengaruhi perkembangan psikis, mislanya bertambahnya fungsi
otak memungkinkan anak dapat tertawa, berjalan, berbicara, dan sebagainya. Mampu
untuk berfungsi dalam suatu nivo yang lebih tinggi karena pengaruh pengetahuan,
disebut pemasakan. Misalnya sebelum pendidikan kebersihan dapat dimuali, maka
urat daging pembuangan harus selesai pertumbuhannya, harus sudah masak terlebih
dahulu. Meskipun dapat dikatakan mengenai belajar berjalan, namun harus ada
pemasakan beberapa fungsi lebih dahulu, sebelum belajarnya ttadi mungkin
dilaksanakan.
Perkembangan
juga berkaitan dengan belajar khususnya mengenai isi proses perkembangan: apa
yang berkembang berkaitan dengan perilaku belajar. Disamping itu juga bagaimana
hal sesuatu dipelajari, misalnya apakah melalui memorisasi (menghafalkan) atau
mengerti hubungan, ikut menentukan perkembangan (Knoers, 1985). Dengana
demikian perkembangan dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang
menuju kearah suatu organisasi pada tinggkat integrasi yang lebih tinggi,
berdasarkan pertumbuhan, pemasakan dan belajar. Terjadilah suatu organisasi
atau struktur tingkah laku yang lebih tinggi.
Pengertian
lebih tinggi berarti bahwa tingkah laku tadi mempunyai lebih banyak
diferensiasi, yaitu bahwa tingkah laku tersebut tidak hanya lebih luas,
melainkan mengandung kemungkinan yang lebih banyak. Pengertian organisasi atau
struktur berarti bahwa diantara tingkah laku tadi ada saling berhubungan yang
bersifat khas dan menunjukkan kekhususan seseorang pada suatu tingkat umur
tertentu. Suatu definisi yang relevan dikemukakan oleh Monks sebagai berikut: “Perkembangan
psikologis merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat
individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi aktual
dan terwujud. Umur kalender disini bukan merupakan suatu variable yang bebas,
melainkan merupakan suatu dimensi waktu untuk mengatur bahan-bahan (data) yang
ada”.
B. Perkembangan Masa Anak-anak Awal
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan anak ( Young Children) dalam uraian selanjutnya digunakan kata “anak-anak” yang menunjuk pada pengertian anak yang masih kanak-kanak. Masa kanak-kanak sering kali dianggap tidak ada akhirnya sewaktu mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yakni pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi melainkan “orang-orang dewasa”. Masa kanak-kanak dimulai setelah melaewati masa bayi yang penuh ketergantungan yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Setelah anak matang secara seksual, maka ia disebut remaja.
Selama
periode yang panjang ini secara kasar sebelas tahun wanita dan dua belas tahun
untuk pria terjadilah sejumlah perubahan yang mencolok bagi secara fisik maupun
psikologis. Karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai hal-hal tertentu
pada usia tertentu itu berbeda daripada usia yang lain, maka anak pada awal
masa kanak-kanak agak berbeda dengan anak pada akhir periode ini.
Pada
saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi lagi
menjadi dua periode yang berbeda awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal
berlangsung dari umur 2-6 tahun. Dan periode akhir dari 6-tiba saatnya anak
matang secara seksual.dengan demikian awal masa kanak-kanak dimulai sebagai
penutup masa bayi usia dimana ketergantungan secara praktis sudah dilewati,
diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir disekitar usia masuk sekolah
dasar.
Garis
pemisah antara awal dan akhir, masa kanak-kanak penting karena dua alasan
berikut. Pertama, pemisahan ini khususnya digunakan untuk anak-anak yang belum
mencapai usia wajib belajar diperlakukan sangat berbeda dari anak yang sudah
masuk sekolah. Perlakuaan yang diterima anak-anak dan harapan kelompok social
yang mempengaruhi perlakuan apa yang akan diberikan menentukan dimana garis
pemisah itu harus ditegaskan.
Alasan
kedua mengapa begitu penting garis pemisah antara awal dan akhir masa
kanak-kanak pada usia enam tahun itu adalah efek dari factor-faktor social,
bukan oleh factor-faktor fisik. Relative hanya terdapat sedikit perbedaan dalam
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak-anak antara sebelum dan sesudah usia 6
tahun. Misalnya anak-anak usia 5 tahun tidak berbeda secara nyata dari mereka
yang berusia 7 tahun.
Sebaiknya,
didalam kebudayaan secara hukum menuntut bahwa anak-anak harus mulai mengikuti
pendidikan formal pada usia 6 tahun, tekanan dan harapan social memegang
peranan penting dalam menentukan perbedaan antara anak-anak yang belum dan yang
sudah tiba masanya memasuki pendidikan sekolah. Kalau usia formal sekolah
setahun sebelumnya berarti garis pemisah antara awal dan akhir masa kanak-kank
dalah lima tahun, kalau setahun sesudahnya, berarti garis pemisahnya 7 tahun.
Tekanan
dan harapan baru yang mengikuti usia formal sekolah menyebabkan perubahan pola
perilaku, minat dna nilai. Akibatnya, anak-anak menjadi manusia yang “berbeda”
dari sebelumnya. Perbedaan ini menyangkut aspek psikologis, bukan psikoma
sehingga pemisahan dalam rentang usia yang panjang ini menjadi dua bagian,
yakni mas aawal dan akhir kanak-kanak dapat dibenarkan.
a. Ciri-ciri awal masa kanak-kanak
Salah
satu ciri tertentu masa bayi merupakan cirri khas yang membedakannya dengan
periode-periode lain dalam rentang kehidupan, demikian pula halnya dengan cirri
tertentu dari periode awal masa kanak-kanak. Ciri ini tercermin dalam sebutan
yang biasanya diberikan oleh para orangtua, pendidik, dan ahli psikologi.
b. Sebutan yang digunakan orangtua
Sebagian
besar orangtua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengundang
masalah atau usia sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan
umumnya berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa
kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada
masalah perawatan fisik masa bayi.
Alasan
mengapa masalah perilaku lebih sering terjadi diawal masa kanak ialah karena
anak muda sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut
kebebasan yanag pada umumnya kurang berhasil. Lagi pula, anak yang lebih muda
sering kali bandel, keras kepala tidak menurut negativistis dan melawan. Sering
kali marah tanpa alasan. Pada malam hari terganggu oleh mimpi buruk dan pada
siang hari ada rasa takut yang tidak rasional, dan merasa cemburu.
Karena
berbagai masalah tersebut, maka bagi orangtua pda umumnya masa awal kanak-kanak
tampaknya merupakan usia yang kurang menarik dibandingan masa
bayi.ketergantungan bayi yang sangat mengundang kasih saying para orangtua dan
kakak-kakaknya, sekarang berubah, anak tidak mau ditolong dan cenderung menolak
ungkapan kasih sayang mereka. Lagi pula hanya beberapa orang anak yang lebih
muda saja yang manis seperti bayi, sehingga membuat anak dalam periode ini
kurang menarik.
Sering
kali orangtua menganggap masa awal anak-anak sebagai usia mainan karena anak
muda menghabiskan sebagian waktu juga bermain dengan mainannya.
c. Keterampilan khusus awal masa kanak-kanak
Keterampilan
yang dipelajari anak muda belia bergantung sebagian pada kesiapan kematangan
terutama pada kesempatan yang diberikan untuk mempelajari bimbingan yang
diperoleh dalam menguasai keterampilan ini secara cepat dan efisien. Telah
dilaporkan bahwa anak dari lingkungan yang buruk umumnya lebih cepat dan lebih
banyak menguasai keterampilan dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari
lingkungan yang lebih baik. hal ini tidak disebabkan karena ia lebih cepat
matang melainkan karena orangtuanya terlampau sibuk sehingga tidak sempat
menjaga terus menerus bila mana tidak diperlukan lagi (19,27,30).
d. Keterampilan umum ini dapat dibagi kedalam dua kelompok besar yaitu
keterampilan tangan dan keterampilan kaki.
a.
Keterampilan
tangan
Keterampilan
tangan adalah keterampialn dlam makan dan berpakaian sendiri yang dimulai pada
masa bayi disempurnakan dalam awal masa kanak-kanak. Kemajuan terbesar dalam
keterampilan berpakaian umumnya antara usia 1,5 dan 3,5 tahun menyisir rambut
dan mandi merupakan keterampilan yang mudah dilakukan dalam periode ini. Pada
saat anak-anak mencapai usia taman kanak-kanak, mereka sudah harus dapat mandi
dan berpakaian sendiri, mengikat tali sepatu dna menyisir rambut dengan sedikit
bantuan atau tanppa bantuan sama sekali.
Antara
usia 5 dan 6 tahun sebagian besar anak-anak sudah pandai melempar dan menangkap
bola. Mereka dapat menggunakan gunting, dapat membentuk tanah liat, membuat
kue-kue dan menjahit. Dengan crayon, pensil, dan cat anak-anak dapat mewarnai
gambar, menggambar atau mengecat gambarnya sendiri dan dapat menggambar orang.
b.
Keterampilan
kaki
Keterampilan
kaki adalah sekali anak dapat berjalan, ia mengalihkan perhatian untuk
mempelajari gerakan-gerakan yang menggunakan kaki. Pada usia 5 atau 6 tahun, ia
belajar melompat dna berlari cepat. Mereka juga sudah dapat memanjat. Antara
usia tiga dan empat, naik sepeda roda tiga dan berenang dapat dipelajari.
Keterampilan kaki lain yang dikuasai anak-anak adalah lompat tali, keseimbangan
tubuh dlam berjalan diatas dinding atau pagar, sepatu roda, bermain sepatu es
dan menari.
e. Kemajuan berbicara dalam awal masa kanak-kanak
Pada
saat anak-anak berusia dua tahun, kebanyakan bentuk-bentuk komunikasi prabicara
yang tadinya sangat bermanfaat dalam masa bayi telah ditinggalkan. Anak-anak
tidak lagi mengoceh dan tangis mereka sudah sangat berkurang. Ia mungkin
menggunakan isyarat, terutama sebagai pelengkap bagi pembicaraan untuk
menekankan arti kata-kata yang diucapkan dan bukan sebagai pengganti bicara.
Tetapi anak-anak terus berkomunikasi dengan orang-orang lain dengan ungkapan-ungkapan
emosi yang secara keseluruhan lebih diterima secara social dna tidak terlalu
dianggap “seperti bayi” daripada bentuk-bentuk prabicara lainnya.
Selama
masa awal kanak-kanak, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar
berbicara. Hal ini disebabkan karena dua hal. Pertama, belajar berbicara
meruakan sarana pokok dalam sosialisasi. Anak-anak yang lebih mudah
berkomunikasi dengan teman sebaya, lebih mudah diterima sebagai anggota
kelompok daripada anak yang kemampuan berkomunikasinya terbatas. Anak-anak yang
mengikuti kegiatan prasekolah akan mengalami rintangan baik dalam hal social
maupun pendidikan kecuali bila ia pandai bicara seperti teman-teman
sekelasnya.
Kedua,
belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Anak-anak yang
tidka dapat mengemukakan keinginan dan kebutuhannya, atau yang tidak dapat
berusaha agar dimengerti oranglain cenderung diperlukan sebagai bayi dan tidak
berhasil memperoleh kemandirian yang diinginkan.
Untuk
meningkatkan komunikasi, anak-anak terus menguasai dua tugas pokok yang
merupakan unsure penting dalam belajar berbicara seperti telah ditunjukkan
dalam bab terdahulu. Pertama mereka harus meningkatkan kemampuan untuk mengerti
apa yang dikatakan orang lain. Kedua mereka harus meningkatkan kemampuan
berbicaranya sehingga dapat dimengerti oranglain.
f. Emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak
1.
Amarah
Penyebab
amarah yang palinng umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak
tercapainya keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Anak
mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis,
berteriak, menggeretak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
2.
Takut
Pembiasaan,
peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan
penting dalam menimbulkan rasa takut. Seperti cerita-cerita, gambar-gambar,
acara radio dan televisi dan film-film dengan unsur yang mekutkan. Pada mulanya
reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik. Kemudia menjadi lebih khusus
seperti lari, menghindar, dan bersembunyi, menangis dan menghindari situasi
yang menakutkan.
3.
Cemburu
Anak
menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih kepada
orang lain didalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Anak yang lebih
muda dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau menunjukkan dengan
kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti mengompol, pur-pura sakit atau
menjadi nakal. Perilaku ini semua bertujuan untuk menarik perhatian.
4.
Ingin
tahu
Anak
mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai
tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk
penjelajahan sensomotorik kemudia sebagai akibat dari tekanan social dan
hukuman ia bereaksi dengan bertanya.
5.
Iri
hati
Anak-anak
sering iri hari mengenai kemampuan ataubarang yang dimiliki orang lain. Iri
hati ini diungkapkan dengan berbagai macam cara, yang paling umum adalah
mengeluh tentang barangnya sendiri. Dengan mengunkapkan keinginan untuk
memiliki barang seperti dimiliki oranglain. Atau dengan mengambil benda-benda
yang menimbulkan iri hati.
6.
Gembira
Anak-anak
merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba
atau yang tidak diharapakan, bencana yang rian, membohongi oranglain dan
berhasil melakukan tugas yang dianggap suit. Anak mengungkapkan kegembiraannya
dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, atau memeluk
benda atau orang yang membuatnya bahagia.
7.
Sedih
Anak-anak
merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dicintai atau yang dianggap
penting bagi dirinya, apakah itu orang, binatang atau benda mati seperti
mainan. Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan
kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.
8.
Kasih
sayang
Anak-anak
mencintai orang, binatang atau benda yang menyenangkannya. Ia mengungkapkan
kasih saying secara lisan bila sudah besar tetapi ketika masih kecil anak
menyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk dan mencium objek kasih
sayangnya.
g. Pola perilaku social dan tidak social pada masa kanak-kanak awal
a.
Pola
social
1.
Meniru
Agar
sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia
kagumi.
2.
Persaingan
Keinginan
untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain sudah tampak pada usia empat
tahun. Ini di mulai dari rumah dan kemudian berkembang dalam bermain dengan
anak diluar rumah.
3.
Kerjasama
Pada
akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan kelompok mulai berkembang
dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung bersamaan dengan
meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain.
4.
Simpati
Karena
simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan emosi orang lain
maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum tiga tahun. semakin banyak kontak
bermain semakin cepat simpati akan berkembang.
5.
Empati
Seperti
halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi
orang-orang lain tetapi di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk
membayangkan diri sendiri di tepat orang lain. Relative hanya sedikit anak yang
dappat melakukan hal ini sampai masa anak-anak awal berakhir.
6.
Hubungan
social
Menjelang
berakhirnya awal masa kanak-kanak dukungan dari teman-teman menjadi lebih
penting daripada persetujuan orang-orang dewasa. Anak bertanggapan bahwa
perilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara untuk memperoleh dukungan
dari teman-teman sebaya.
7.
Membagi
Dari
pegalaman bersama orang-oorang lain, anak megetahui bahwa salah satu cara untuk
memperoleh persetujuan social adalah dengan membagi miliknya terutama mainan
untuk anak-anak lain. Lambat laun sifat mementingkan diri sendiri berubah
menjadi sifat murah hati.
8.
Perilaku
akrab
Anak
yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan yang hangat , erat, dan
persona dengan orang lain berangsur-angsur memberikan kasih saying kepada orang
di luar rumah, seperti guru taman indria atau benda-benda mati seperti mainan
kegemarannya atau bahkan selimut benda-benda ini di sebut objek kesayangan.
b.
Pola
tidak social
1.
Negativisme
Negativisme
atau melawan otoritas orang dewasa, mencapai puncaknya antara usia tiga dan
empat tahun dan kemudian menurun. Perlawanan fisik lambat laun berubah fisik
menjadi perlawanan verbal dan pura-pura tidak mendengar atau tidak mengerti
permintaan orang dewasa.
2.
Agresif
Perilaku
agresif meningkatkan antara usia dua dan empat tahun dan kemudian menurun.
Serangan-serangan fisik mulai diganti dengan serangan-serangan verbal dalam
bentuk memaki-maki atau menyalahkan orang lain.
3.
Perilaku
berkuasa
Perilaku
berkuasa atau merajai mulai sekitar usia tiga tahun dan semakin meniingkat
dengan bertambah banyaknya kesempatan
untuk kontak social . anak perempuan cenderung lebih merajai daripada anak
laki-laki.
4.
Memikirkan
diri sendiri
Karena
cakrawala social anak terutama terbatas dirumah, maka anak sering kali
memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri. Dengan meluasnya cakrawala lambat
laun perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi perilaku murah hati
masih sangat sedikit.
5.
Mementingkan
diri sendiri
Seperti
halnya perilaku memikirkan diri sendiri, perilaku mementingkan diri sendiri lambat laun diganti
oleh minat dan perhatian kepad orang –orang lain. Cepatnya perubahan ini
bergantung pada banyaknya kontak dengan orang-orang di luar rumah dan berapa
besar keinginan mereka untuk diterima oleh teman-teman.
6.
Merusak
Ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak
benda-benda disekitarnya, tidak perduli miliknya sendiri atau milik orang lain.
Semakin hebat amarahnya, semakin luas tindakan merusaknya.
7.
Pertentangan seks
Sampai empat tahun anak laki-laki dan prempuan bermain
bersama-sama dengan baik. Setelah itu anak laki-laki mengalami tekanan sosial
yang tidak menghendaki aktivitas bermain yang dianggap sebagai “benci”. Banyak
anak laki-laki yang berperilaku agresif yang melawan anak perempuan.
8.
Prasangka
Sebagian besar anak prasekolah lebih suka bermain dengan
teman-teman yang berasal dari ras yang sama, tetapi mereka jarang menolak
bermain dengan anak-anak ras lain. Prasangka sosial timbul pertama-tama dari
prasangka agama atau sosial ekonomi, tetapi lebih lambat dari prasangka seks.
h. Bentuk perilaku Awal dalam berbagai
Situasi Sosial
Bentuk
perilaku sosial yang paling penting untuk penyesuaian sosial yang berhasil
tampak dan mulai berkembang dalam periode ini. Dalam tahun-tahun pertama masa
kanak-kanak bentuk penyesuaian sosial ini belum sedemikian berkembang sehingga
belum memungkinkan anak selalu untuk berhasil dalam bergaul dengan
teman-temannya. Namun periode ini merupakan tahap perkembangan yang kritis
karena pada masa inilah dasar sikap sosial dan pola perilaku sosial dibentuk.
i. Pola bermain awal masa kanak-kanak
1. Bermain dengan mainan
Pada permulaan masa awal kanak-kanak, bermain dengan
mainan merupakan bentuk yang dominan. Minat bermain dengan mainan mulai agak
berkurang pada akhir awal masa kanak-kanak pada saat anak tidak lagi dapat
membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat-sifat hidup seperti yang
dikhayalkan sebelumnya.
2. Dramatiasi
Sekitar usia tiga tahun dramatiasi terdiri dari permainan
dengan meniru pengalaman-pengalaman hidup, kemudian anak-anak bermain permainan
pura-pura dengan teman-temannya seperti polisi dan perampok, indian-indian atau
penjaga toko, berdasarkan cerita-cerita yang dibacakan kepada mereka atau
berdasarkan acara-acara film dan televisi yang mereka lihat.
3. Konstruksi
Anak-anak membuat bentuk-bentuk dengan balok-balok,
pasir, lumpur, tanah liat, manik-manik, cat, pasta, gunting, dan krayon.
Sebagian besar konstruksi yang dibuat merupakan tiruan dari apa yang dilihatnya
dalam kehidupan sehari-hari atau dari layar televisi dan bioskop.
4. Permainan
Dalam tahun keempat anak mulai lebih menyukai permainan
yang dimainkan bersama teman-teman sebaya daripada dengan orang-orang dewasa.
Permainan ini dapat terdiri dari beberapa permainan dan melibatkan beberapa
peraturan permainan yang menguji keterampilan seperti melempar dan menangkap
bola juga populer.
5. Membaca
Anak-anak senang dibacakan dan melihat gambar-gambar dari
buku. Yang sangat menarik adalah dongeng-dongeng, nyanyian anak-anak,
cerita-cerita tentang hewan dan kejadian sehari-hari.
6. Film, radio, dan televisi
Anak-anak jarang melihat bioskop, tetapi ia senang film kartun,
film tentang binatang dan film rumah tentang anggota-anggota keluarga.
Anak-anak juga senang mendengarkan radio, tetapi lebih senang melihat
televisi.ia senang melihat acara anak-anak yang lebih besar dan juga acara
untuk anak-anak prasekolah. Ia mengalami situasi rumah yang aman sehingga
biasanya tidak merasa takut kalau ada unsur-unsur yang menakutkan dalam acara
televisi tersebut.
j. Perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak
Perkembangan
moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam tingat yang rendah. Hal ini
disebabkan karena perkembangan intelektual anak-anak belum mencapai titik
dimana ia dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang
benar dan salah. Ia juga tidak mempunyai dorongan untuk mengikuti
peraturan-peraturan karena tidak mengerti manfaatnya sebagai anggota kelompok
sosial.
k. Kategori konsep umum yang berkembang selama masa awal kanak-kanak
1. Kehidupan
Anak-anak cenderung memberikan sifat yang hidup keada
benda-benda mati seperti boneka dan boneka hewan. Orang dewasa mendorong hal
ini dengan menunjukkan persamaan antara benda hidup dan benda mati seperti
bentuk awan yang menyerupai anjing atau kuda.
2. Kematian
Anak-anak cenderung menghubungkan kematian dengan sesuatu
yang pergi tetapi biasanya tidak dapat mengerti apa makna kematian.
3. Fungsi tubuh
Anak-anak sebagi kelompok mempunyai konsep mengenai
fungsi tubuh dan kelahiran yang kurang tepat. Hal ini berlaku sampai anak masuk
sekolah meskipun pada saatnya kesalahan konsep ini akan diperbaiki melalui
pelajaran mengenai kesehatan dan pendidikan seks.
4. Ruang
Anak usia empat tahun dapt menaksir jarak yang dekat
secara tepat tetapi kemampuan untuk menaksir jarak yang jauh belum berkembang
sampai masa akhir kanak-kanak.
5. Berat
Sebelum anak-anak belajar bahwa beda-benda yang berada
mempunyai berat yang berbeda, jarang terjadi bahwa sebelum usia sekolah,
anak-anak memperkirakan berat benda sesuai dengan besarnya benda.
6. Bilangan
Anak-anak yang mengikuti taman indria atau taman
kanak-kanak biasanya mengerti bilangan sampai lima. Konsep mengenai bilangan di
atas 5 masih sangat samra-samar.
7. Waktu
Anak-anak belum mengerti tentang lamanya waktu, misalnya
berapa lamanya satu jam itu. mereka juga belum dapat memperkirakan waktu
menurut kegiatan-kegiatan mereka sendiri. Kebanyakan anak usia empat atau lima
tahun mengerti tentang hari-hari dalam satu minggu dan pada usia enam tahun
mengerti bulan, tahun, dan musim.
8. Diri sendiri
Pada usia tiga tahun kebanyakan anak-anak mengerti jenis
kelamin, nama lengkap dan nama berbagai anggota tubuhnya. Pada saat ia mulai
bermain dengan anak-anak lain. Konsep diri mulai mencakup fakta mengenai
kemampuan dan rasnya namun belum mencakup tingkat sosial ekonominya.
9. Kesadaran sosial
Sebelum awal masa kanak-kanak berakhir, kebanyakan
anak-anak dapat membentuk pendapat tentang orang lain, apakah seseorang itu
“baik” atau “jahat”, “pandai” atau “bodoh” misalnya.
10. Keindahan
Kebanyakan anak muda lebih menyukai musik dengan nada
atau irama yang pasti dan ia senang dengan bentuk-bentuk yang sederhana,
warna-warna yang cerah dan mencolok.
11. Kelucuan
Yang sering dianggap lucu adalah wajah-wajah lucu adalah
wajah-wajah lucu yang dibuatnya sendiri atau orang lain, perilaku yang kurang
dapat diterima secara sosial dan kelakar mengenai binatang piaraan. Permainan
kata-kata juga dianggap lucu.
l. JENIS DISIPLIN YANG DIGUNAKAN PADA
AWAL MASA KANAK-KANAK
Ø Disiplin
Otoriter
Ini
merupakan bentuk disiplin tredisional dan yang berdasarkan pada ungkapan kuno
yang mengatakan bahwa “menghemat cambukan berarti memanjakan anak.” Dalam
disiplin yang bersifat otoriter, orang tua dan pengasuh yang lain menetapkan
peraturan-peraturan dan memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi
peraturan-peraturan tersebut. Tidak ada usaha untuk menjelaskan pada anak,
mengapa ia harus patuh dan padanya ia tidak diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat tentang adil tidaknya peraturan-peraturanatau apakah
peraturan-peraturan itu masuk akal atau tidak. Kalau anak itu tidak mengikuti
peraturan, ia akan dihukum yang sering kali kejam dan keras dan yang dianggap
sebagai cara untuk mencegah pelanggaran peraturan dimasa mendatang. Alasan
mengapa pelanggaran oleh anak tidak pernah peraturan oleh anak tidak pernah
dipertimbangkan adalah bahwa ia mengetahui peraturan itu dan sengaja
melanggarnya, juga tidak perlu diberikan hadiah karena telah mematuhi
peraturan. Hal ini dianggap sebagai kewajibannya dan tiap pemberian hadiah
dipandang dapat mendorong anak untuk mengharapkan sogokan agar melakukan
sesuatu yang diwajibkan masyarakat.
Ø Disiplin
yang lemah
Disiplin
yang lemah berkembang sebagai proses terhadap disiplin otoriter yang dialami
oleh banyak orang dewasa dalam masa kanak-kanaknya. Filsafat yang mendasari
teknik disiplin ini adalah bahwa melalui akibat dari perbuatannya sendiri anak
akan belajar bagaimana berperilaku secara social. Dengan demikian anak tidak
diajarkan peraturan-peraturan, ia tidak dihukum karena sengaja melanggar
peraturan, juga tidak ada hadiah bagi anak yang berperilaku social baik. Banyak
orang dewasa saat ini yang cendurung meninggalkan bentuk disiplin itu karena
tidak berhasil memenuhi tiga unsure penting dari disiplin.
Ø Disiplin
Demokratis
Kecenderungan
untuk menyenangi disiplin yang berdasarkan prinsip-prinsip demokratis sekarang
meningkat. Prinsip demikian menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa
peraturan-peraturan dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya
sendiri bila ia menganggap bbahwa peraturan itu tidak adil. Sekali pun anak
masih sangat muda tetapi daripadanya tidak diharapkan perilaku patuh yang
buta-butaan. Diusahakan agar anak
mengerti apa arti peraturan-peraturan dan mengapa kelompok social
mengharapkan anak mematuhi peraturan-peratura itu. Dalam disiplin yang
demokratis hukuman “disesuaikan dengan kejahatan” dalam arti diusahakan agar
hukuman yang diberikan berhubungan dengan kesalahan perbuatannya, tidak lagi
diberi hukuman badan. Penghargaan terhadap usaha-usaha untuk menyesuaikan
dengan harapan social yang tercakup dalam peraturan-peraturan diperlihatkan
melalui pemberian hadiah terutama dalam bentuk pujian dan pengakuan social.
m. PENGARUH DISIPLIN PADA ANAK-ANAK
Ø Pengaruh
pada Perilaku
Anak
yang orang tuanya lemah akan mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan
hak-hak orang lain, agresif dan tidak social. Anak yang mengalami disiplin yang
keras, otoriter, akan sangat patuh bila dihadapkan orang-orang dewasa, namun
agresif dalam hubungannya dengan
teman-teman sebayanya. Anak yang dibesarkan dibawah disipin yang
demokratis belajar mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan
hak-hak orang lain.
Ø Pengaruh
pada Sikap
Anak
yang orang tuanya melaksanakan disiplin otoriter maupun disiplin yang lemah
cenderung membenci orang-orang yang berkuasa. Anak yang mengalami disiplin yang
otoriter merasa diperlakukan tidak adil; anak yang orang tuanya lemah merasa
bahwa orang tua seharusnya memperingatkan bahwa tidak semua orang dewasa mau
menerima perilaku yang tidak disiplin. Disiplin yang tidak demokratis dapat
menyebabkan kemarahan sementara tetapi bukan kebencian. Sikap-sikap yang
terbentuk sebagai akibat dari metode pendidikan anak cenderung menetap dan
bersifat umum, tertuju kepada semua orang yang berkuasa.
Ø Pengaruh
pada Kepribadian
Semakin
banyak hukuman fisik digunakan, semakin anak cenderung menadi cemberut, karena
kepala dan negativistic. Ini mengakibatkan penyesuaian pribadi dan social yang
buruk, yang juga merupakan cirri khas dari anak yang dibesarkan dengan disiplin
yang lemah. Anak yang dibesarkan
dibawah disiplin yang demokratis akan mempunyai penyesuaian pribadi dan
penyesuaian social yang terbaik.
n. BEBERAPA KONDISI PENTING YANG MENDUKUNG KEBAHAGIAN DALAM AWAL MASA
KANAK-KANAK
·
Kesehatan
yang baik yang memungkinkan anak menikamati apapun yang ia lakukan dan berhasil
dalam melakukannya.
·
Lingkungan
yang merangsang dimana anak memperoleh kesempatan untuk menggunakan
kemampuannya semaksimal mungkin.
·
Perilakunya
yang kekanak-kanakan dan menggangu diterima oleh orang tua dan bimbingan orang
tua dalam belajar berprilaku secara social.
·
Kebijaksanaan
dalam menegakkan disiplin yang terencana dan dilaksanakan secara konsisten.
Dengan demikian anak mengerti apa yang diharapkan dari padanya dan mencegah
anak merasa bahwa ia dihukum secara tidak adil.
·
Mengembangkan
ekspresi-ekspresi kasih saying yang wajar, seperti yang menunjukkan rasa bangga
terhadap prestasi anak dan meluangkan waktu bersama anak, melakukan hal-hal
yang ingin dilakukan.
·
Harapan-harapan
yang realistis, sesuai dengan kemampuan anak sehingga anak memperoleh
kesempatan yang wajar untuk meraih sukses, dan dengan demikian mendorong konsep
diri yang baik.
·
Mengembankan
ekspresi-ekspresi kasih saying yang wajar, seperti menunjukkan rasa bangga
terhadap prestasi anak dan meluangkan waktu bersama anak, melakukan hal-hal
yang ingin dilakukan.
·
Harapan-harapan
yang realistis, sesuai dengan kemampuan anak sehingga anak memperoleh
kesempatan yang wajar untuk meraih sukses, dan dengan demikian mendorong konsep
diri yang baik.
·
Mendorong
kreativitas dalam bermain dan mendalami cemooh atau kritik yang tidak perlu
yang dapat mengurangi semangat anak untuk mencoba kreatif.
·
Diterima
oleh saudara-saudara kandung dan teman bermain sehingga anak dapat mengembagkan
sikap yang baik terhadap berbagai kegiatan social. Ini dapat didorong oleh
bimbingan dalam hal bagaimana menyesuaikan dengan orang lain dan oleh adanya
panutan yang baik dirumah untuk ditiru.
·
Suasana
gembira dan bahagia diruma sehingga anak akan berusaha untuk mempertahankan
suasana ini.
·
Prestasi
dalam kegiatan yang penting bagi anak dan dihargai oleh kelompok dengan siapa
anak mengidentifikasikan diri.
C. Jenis-jenis
Perkembangan Pada Masa Anak-anak Awal
a. Perkembangan
fisik
Umur
2-6 tahun adalah anak usia dini (early
childhood) atau tahun-tahun prasekolah atau masa menjalani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), baik formal
maupun nonformal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan
dan pengebangan yang di tujukan kepada sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun. Memang, hingga kini masih banyak anak-anak Indonesia yang memasuki PAUD
karena aneka alasan dan keterjangkauan. Kegiatan itu dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan nrohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Di
dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa PAUD
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur
pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak(TK), raudatul athfal (RA), atau
bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformalberbentuk
kelompok bermain(KB), Taman Penitipan Anak(TPA), atau bentuk lain yang
sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Seperti
bayi dan balita, anak-anak prasekolahtumbuh dengan cepat,baik secara fisik
maupun kognitif. Dengan perubahan yang
cepat itu, bukan tidak mungkin seorang yang tadinya gemuk pendek dan hamper
tidak dapat berbicara tiba-tiba menjadi seorang anak yang lebih tinggi dan
ramping yang mampu berbicara secara baik dan lancer. Terutama terlihat pada
anak usia dini adalah kenyataan bahwa perkembangannya benar-benar terintegrasi
baik secara biologis, psikologis, maupun perubahan social yang terjadi saat ini
(serta sepanjang sisa masa hidup) yang saling terkait..
Meskipun
perkembangan fisik pada anak-anak prasekolah sangat dramatis, perkembangan itu
cenderung lebih lambat dan lebih stabildibandingkan dengan masa bayi. Beberapa
pengaruh penting pada perkembangan fisik selama masa prasekolah adalah
perubahan kemampuan otak, keterampilan motorik kasar dan halus, serta kesehatan
anak.
a.
Perubahan
fisik
Ketika
masih bayi anak-anak begitu banyak berlemak. Pada usia ini, anak-anak mulai
kehilangan lemak bayi atau kegemukan mereka, yaitu sekitar usia 3 tahun. Anak
balita segera tumbuh lebih ramping dan lebih atletis. Badan dan kaki anak
tumbuh, sementara bentuk otot-otot perut berubah dan mengalami pengetatan. Pada
tahap awal kehidupan, anak laki-laki cenderung memiliki masa otot lebih
dibandingkan dengan perempuan. Proporsi fisik anak-anak prasekolah juga terus
berubah, dengan besar kepala mereka yang masih tidak proporsional, tapi kurang
begitu tampak dibandingkan dengan pada masa balita.tinggi dan berat badan anak
pada usia 2-6 tahun, seperti juga ketika mereka sudah dewasa berbeda tergantung
pada status social ekonomi,gizi, kesehatan dan factor keturunan.
b.
Perkembangan
otak
Perkembangan
otak dan system saraf pada anak usia dini juga terus berlangsung dramatis. Otak
dan system syaraf anak-anak berkembang lebih baik, disertai dengan perkembangan
perilaku dan kognitif yang lebih kompleks. Otak manusia terdiri dari dua
bagian, yaitu belahan otak kanan dan otak kiri yang bersifat lateral.
Lateralisasai mengacu pada lokalisasi berbagai macam fungsi, kompetensi dan
keterampilan dalam salah satu atau kedua belahan otak. Secara khusus, bahasa,
menulis, logika,dan keterampilan matematika tampaknya terletak di belahan otak
kiri; sedangkan kreativita, fantasi artistik, dan keterampilan music tampaknya
terletak di belahan otak kanan. Meskipun belahan mungkin memiliki fungsi yang
terpisah, masa otak ini hamper selalu mengkoordinasikan fungsi dan bekerjasama.
Kedua
belahan otak berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Belahan otak kiri
berkembang lebih penuh pada anak usia dini (umur 2-6 tahun) dan belahan otak
kanan lebih lengkap dalam pengembangan masa kanak-kanak tengah (usia 7hingga 11
tahun ). Otak kiri mendominasi awal
perkembangan dan lebih lama. Inilah yang mungkin bisa menjelaskan
mengapa anak-anak mampu mengakuisisi bahasa sangat dini dan cepat. Aspek lain
dari perkembangan otak adalah kidal atau preferensi untuk menggunakan satu
tangan lebih dominan daripada yang lain atau handedness. Kapasitas tangan
tampaknya sangat dibentuk leh masa kanak-kanak menengah.
Sekitar
90 persen dari populasi umum adalaah” kidal”atau preferensi menggunakan satu
tangan leih dominan dari pada yang lain, sedangkan sisanya adalah orang yang
tidak menunjukkan preferensi satu tangan lebih dominan dibandingkan dengan yang
lain atau ambidextrous. Orang disebut ambidextrous jika dia tidak menunjukkan
preferensi kekuatan tangan yang satu di atas kekuatan tangan yang satu diatas
kekuatan tangan yang lain. Biasanya, ambidextrous dikaitkan dengan dominasi
otak kiri dan handedness dengan dominasi otak kanan.
c.
Keterampilan
motorik
Keterampilan
motorik (motor skills) terdiri dari dua jenis, yaitu keterampilan motorik
kasar(gross motor skills) dan keterampilan motorik halus (fine motor skills).
Keterampilan motorik adalah kemampuan fisik atau keterampilan motorik kasar
yang meliputi berjalan, melompat, meloncat, berputar, melempar, menyeimbangkan,
dan menari yang melibatkan penggunaan gerakan tubuh besar. Keterampilan motorik
halus meliputi menggambar, menulis dan mengikat tali sepatu, dan aktivitas yang
melibatkan penggunaan gerakan tubuh kecil. Kedua keterampilan motorik kasar dan
halus berkembang dan di sempurnakan pada anak usia dini. Namun demikian,
keterampilan motorik halus berkembang dan di sempurnakan pada anak usia dini.
Namun demikian, keterampilan motorik halus berkembang lebih lambat pada
anak-anak prasekolah.
Jika
kita membandingkan kemampuan berjalan anak pada usia 2 tahun dan 6 tahun,
misalnya, mungkin kita akan melihat keterampilan berjalan itu tidaklah berbeda.
Tentu saja, perbedaan ini lebih mencolok ketika membandingkan dua tahun
memiliki kesulitan menangkap konsep sebelum mulai mencoba atau menyelesaikan
tugas.
Teori
belajar observasional (observational learning theory) yang di kembangkan oleh
Albert Bandura dapat diterapkan pada pembelajaran keterampilan motorik kasar
dan halus bagi anak prasekolah . bandura menyatakan bahwa setelah anak-anak
secara biologis mampu belajar perilaku tertentu, mereka harus melakukan hal
berikut dalam rangka untuk mengembangkan keterampilan barunya:
a)
Mengamati
perilaku orang lain,
b)
Membentuk
citra mental dari perilaku itu,
c)
Meniru
perilaku tersebut,
d)
Praktik
perilaku, dan
e)
Termotivasi
untuk mengulangi perilaku tersebut.
Dengan kata lain, anak-anak harus siap, memiliki kesempatan yang
memadai, dan tertarik untuk mengembangkan keterampilan motorik. Dengan cirri
ini anak akan menjadi kompeten pada keterampilan-keterampilan yang ingin atau
akan di akuisisi.
d.
Kesehatan
Anak-anak
prasekolah umumnya cukup sehat, tetapi mungkin sebagian mengalami
masalah-masalah medis. Penyakit ringan khas yang biasanya di derita berlangsung
tidak lebih dari 14 hari, termasuk pilek, batuk, dan sakit perut. Penyakit
pernapasan paling umum di derita oleh anak-anak pada usia ini karena paru-paru
mereka memang masih rentan. Kebanyakan penyakit anak biasanya tidak memerlukan
perhatian dokter atau perawat. Selain itu, penyakit ringan dapat membantu
anak-anak untuk belajar menghadapi
keterampilan, khususnya bagaimana menghadapi keterampilan, khususnya bagaimana
menghadapi ketidaknyamanan fisik dan marabahaya.
Penyakit
ringan juga dapat membantu anak-anak belajar empati atau belajar cara memahami
ketidaknyamanan dan penderitaan orang lain. Sebaliknya, penyakit utama dari
anak usia dini, yang parah dan berlangsung lebih lama dari 14 hari , termasuk
influenza, radang paru-paru, kanker, dan lain-lain. Selain masalah fisik,
anak-anak menderita penyakit jangka panjang memiliki hambatan psikologis yang
signifikan untuk mengatasinya, termasuk memperlambat perkembangan, kecemasan,
dan rasa sakit. Selain itu, anak-anak yang menderita sakit harus belajar
mengatasi stress dirumah tangga, depresi dan potensi kerugian perawat mereka.
b. Perkembangan Kognitif
Usia
prasekolah memberikan contoh luar biasa
bagaimana anak-anak memainkan peran aktif dalam pengembangan kognitif mereka
sendiri, khususnya dalam upaya memahami, menjelaskan mengorganisasikan,
memanipulasi, membangun, dan memprediksi. Anak-anak muda juga melihat pola
dalam objek dan peristiwa dunia dan kemudian berusaha mengatur pola-pola untuk
menjelaskan dunia itu. Pada saat yang sama, anak-anak prasekolah memiliki
keterbatasan kognitif. Anak-anak prasekolah mengalami kesulitan mengendalikan
perhatian mereka sendiri dan fungsi memori, bingung dalam menampilkan diri,
dangkal dengan realitas, dan fokus pada satu aspek pengalamanpada suatu waktu.
Anak-anak prasekolah cenderung membuat kesalahan lintas budaya yang sama karena
kemampuan kognitif yang belum matang.
Menurut Piaget perkembangan kognitif
terjadi antara umur 2 dan 7 tahun sebagai tahap praoperasional. Pada tahap ini,
anak-anak meningkatkan penggunaan bahasa dan symbol lainnya, mereka meniru
perilaku dan permainan orang dewasa. Anak-anak mengembangakan daya tarik dengan
bahasa atau kata-kata baik dan buruk .
anak-anak juga memainkan permainan membuat percaya: menggunakan kotak kosong
sebagai mobil, bermain dalam keluarga dengan saudara, dan memelihara
persahabatan imajiner. Piaget juga menggambarkan tahap praoperasional dalam hal
apa yang anak-anak tidak bisa lakukan.
Setelah melewati masa
praoperasional, anak memasuki fase operasional. Piaget menggunakan istilah
operasional untuk mengacu pada kemampuan reversible, bahwa anak-anak belum
berkembang. Dengan revesible, piaget menyebut tindakan mental atau fisik yang
bisa berulang atau menggunakan cara lain yang mirip, yang berarti bahwa mereka
dapat menggunakan dilebih dari satu cara atau arah. Menambahkan (3+3 = 6) dan
mengurangkan (6-3 = 3) adalah contoh dari tindakan revesible. Anak-anak pada
tahap ini, menurut pendapat piaget, membuat pemikiran magis berdasarkan
kemampuan dan persepsi indra mereka sendiri dan mudah disesatkan. Anak-anak
terlibat dalam pemikiran magis, misalnya, ketika berbicara dengan orang tua
mereka melalui telepon dan kemudian meminta hadiah, mengharapkan untuk
memperoleh hadiah melalui pembicaraan telepon itu.
Piaget percaya bahwa kemampuan
kognitif anak-anak prasekolah dibatasi oleh egosentrisme aau ketidakmampuan
untuk membedakan antara titik pandang mereka sendiri dan sudut pandang orang
lain. Kapasitas egosentris jelas pada semua tahap perkembangan kognitif, tetapi
egosentrisme sangat jeas pada tahun-tahun prasekolah. Anak-anak kecil akhirnya
mengatasi bentuk egosentrisme awal ketika belajar bahwa orang lain memiliki
pandangan perasaan, dan keinginan yang berbeda. Kemudian, anak-anak bisa
menafsirkan motif orang lain dan menggunakan mereka untuk berkomunikasi saling
member interpretasi dank arena itu lebih efektif dengan orang lain.
Akhirnya, anak-anak prasekolah belajar
untuk menyesuaikan irama vocal merek, nada, dan keceptan untuk mencocokannya
dengan para pendengar. Karena aktivitas komunikasi saling membutuhkan antar
pihak dan anak-anak prasekolah masih egosentris, mereka dapat terjerumus ke
dalam pidato ekosentris (nonmutual), bahkan melahirkan masa frustasi. Dengan
kata lain, anak-anak (dan orang dewasa) dapat mundur ke pola perilaku
sebelumnya ketika sumber daya kognitif mereka stress dan kewalahan.
Piaget menunjukkan bahwa anak-anak
belum menguasai klasifikasi atau kemampuan mengelompokkan agar sesuai dengan
fitur. Juga mereka belum menguasai serial keteraturan (serial ordering) atau
kemampuan mengelompokkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang logis.
Piaaget juga percaya bahwa anak-anak tidak dapat memahami konservasi
(conservation) atau konsep bahwa sifat fisik dan penampilan tetap konstan dan
akhirnya mengubah bentuk. Anak-anak kecil memiliki pemahaman bahwa zat yang
sama-sama cair dituangkan kedalam wadah dengan berbagai bentuk, tetap sama.
Menurut Piaget, ketika anak-anak mengembangkan kemmapuan kognitif untuk
konservasi atau pelestarian (sekitar usia tujuh tahun), anak-anak pindah
ketahap pengembangan berikutnya, yaitu operasi konkret.
Penelitian saat ini menunjukkan
bahwa anak-anak tidak seperti apa yang dikemukakan oleh piaget sebagai fase
operasional, magis, atau egsentris. Dalam mempelajari penggunaan simbol-simbol
anak-anak berfikir representasi. Renne Baillargeon dalam penilitiannya
menemukan bahwa anak-anak prasekolah seusia 2,5 tahun dapat menerapkan berfikir
mental reversible. Penelitian Baillargeon melibatkan percobaan berikut: dua
objek bantal merah besar dan bantal merah miniatur disembunyikan diruangan
besar dan sebuah replica miniature ruangan, masing-masing ditampilkan; dimana
bantal miniature disembunyikan diruang miniature; ternyata seorang anak
menempatkan bantal besar yang sesuai di ruang besar. Baillargeon menyarankan
bahwa kemampuan tersebut adalah indikasi pemikirn simbolis, dimana objek tidka
hanya merupakan objek itu sendiri, melain juga terkait dengan objek lain.
Berbeda dengan teori Piaget mengenai
egosentrisme masa kanak-kanak, studi yang sama menunjukkan bahwa anak-anak
dapat dan melakukan sesuatu berkaitan dengna kerangka acuan oranglain. Anak
berusia dua atau tiga tahun, misalnya, telah menunjukkan kemampuan untuk
memodifikasi lisan mereka dalam upaya berkomunikasi dengan lebih jelas dengan
anak-anak muda. Peneliti John Flavell menyarankan bahwa kemajuan anak
prasekolah melalui dua tahap empati atau berbagi perspektif. Pada tingkat
pertama, sekitaar usia 2 sampai 3 tahun, anak memahami bahwa orang lain
memiliki pengalaman mereka sendiri. Pada tingkat kedua, sekitar umur empat
sampai lima, anak-anak menafsirkan oengalaman oranglain, termasuk fikiran dn
perasaan mereka. Pergeseran dalam perspektif ini adlah indikasi perubahan
kognitif: pada tingkat pertama, anak berfokus pada penamilan, pada tingkat
kedua pada realitas saat mereka memahaminya. Oleh karena itu, anak-anak muda
mengembangkan kognisi social (social cognition) atau mengetahui dunia social
mereka, namun mungkin belum menghasilkan pemahaman.
Khusus anak berusia 5 tahun,
tertarik pada bagaimana fikiran mereka dn fikiran orang lain bekerja. Anak-anak
akhirnya membentuk sebuah teori fikiran (theory of mind), kesadaran, dan
pemahaman tentang state of thinking lain serta tindakan yang menyertainya.
Anak-anak kemudia dapat memprediksi bagaimana oranglain akan berfikir dan
bereaksi, terutama berdasarkan pengalaman mereka sendiri di dunianya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, khusus anak yang berusia 2 sampai 5 tahun
jelas menunjukkan bahwa piaget salah mengasumsikan bahwa anak-anak
praoperasional hanya berfikiran secara harfiah. Bahkan, anak-anak dapat
berfikir logis memproyeksikan diri sendiri ke dalam situasi oranglain, dna
menafsirkan lingkungannya. Jadi, untuk sementara kualitas kognitif tahap
praoperasional versi piaget mungkin berlkau bagi beberapa atau bahkan banyak
anak, sifat-sifat ini tidak berlaku untuk semua anak.
a.
Ingatan
Memori adalah kemampuan untuk
menyandikan, mempertahankan, dna mengingat kembali informasi yang diperoleh
dari waktu ke waktu. Anak-anak harus belajar mengkodekan objek, orang, dan
tempat-tempat; kemudian bisa mengingatnya dengan memori jangka panjang.
Anak-anak kecil bisa mengingat seperti halnya anak-anak lain, dan orang dewasa.
Selain itu, anak-anak ini lebih baik daripada sekedar pengakuan mengingat
memori. Para peneliti menduga beberapa kemungkinan penyebab perkembangan ini.
Salah stu penjelasan yang relevan adalah bahwa anak-anak praseklah mungkin
kekurangan dalam aspek tertentu dari perkembangan otak yang diperlukan untuk
kemampuan memori dibandingkan dengan orang dewasa. Bahwa anak-anak prasekolah
tidak memiliki kemampuan numerik yang sama dan jenis pengalaman menarik pada
pengolahan informasi sebagaimana dimiliki oleh orang dewasa. Mereka cenderung
kurang perhatian selektif (selective attention), yang berarti ia lebih mudah
terganggu. Pada sisi lain anak-anak tidak memiliki kualitas dan kkuantitas yang
sama, serta strategi mnemonic efektif sebagai orang dewasa.
Anak-anak prasekolah menunjukkan
minat yang intens dalam belajar keterampilan dan mengembangkan inisiatif.
Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang melekat tentang dunianya, yang menuntut
kebutuhan untuk belajr sebqanyak dan secepat mungkin. Bebrapa anak muda mungkin
menjadi frustasi ketika beajar tidak terjadi secepataau seefisien yang
diinginkan. Ketika situasi belajar terstruktur anak-anak mungkin berhasil
menetapkan tujuan cukup terjangkau dan memberikan bimbingan dna dukungan mereka
bis sngat matang dalam kemmapuan memproses informasi.
b.
Bahasa
Kemmapuan bahsa juga terus mengalami
perbaikan selama anak uisa dini. Bhasa merupakan hasil dari ekmampuaan seorang
anak untuk menggunakan dan memaknai symbol-simbol, sesuai dengan tingkat
penalaran mereka. Jadi, seagai otak mnusia mengembangkan dan memperoleh
kapasitas untuk berfikir representasional, anak-anak juga memperoleh dan
memperbaiki kemmapuan bahasa. Beberapa peneliti, seperti Roger Brown, telah
mengukur perkembangan bahasa dengan jumlah rata-rata kata dalam kalimat yang
dikuasai oleh anak. Semakin banyak anak menggunakan kata-kata dalam kalimat,
semakin canggih perkembangan bahsa anak. Brown berkesimpulan bahwa bahasa
berkembang secara bertahap berurutan: ujaran, frasa dengan nada, kalimat
sederhana dan kalimat kompleks. Menurut Brown sintaks dasar tidak sepenuhnya
disadari oleh anak sampai sekitar usia 10 tahun.
Pada fase prsekolah anak-anak
belajar banyak kata-kata baru. Orangtua, saudara, teman sebaya, guru, dan media
memberikan kesempatan bagi anak-anak prasekolah untuk meningkatkan kosa-kata
mereka. Dengan demikian makin muncul keyakinan bahwa perolehan bahasa terjadi
dalam konteks social dna budaya. Tentu saja, guru orangtua, dan ornag dewasa
lainnya harus mengajari anak-anak bagaimna berfikir dan bertindak dengan cara
yang diterima secara social. Anak-anak belajar tentang masyarakat sekaligus
belajar tentang bahsa atau sebaliknya. Nilai-niai, norma, folkways (aturan
perilaku informal yang dapat diterima), dan adat istiadat (aturan formal dari
perilaku yang dapat diterima) yang dikirim oleh orang tua dan orang lain
menunjukkan bagaimana penggunaan kata-kata.
Dibanyak negara, bebrapa anak muda
adalah bilingual, atau dapat berbicara lebih dari satu bahasa. Anak-anak
belajar dua bhasa secara bersamaan, biasanya sebagai akibat dari tumbuh dengn
orangtua yang berbicara dua bahasa bahasa kedua di rumah. Banyak dari anak-anak
bilingual dapat berbicara lancer dengan dua bhasa pada usia empat tahun.
Beberapa anak belajar berbicara dialek etnis atau variasi bahasa, sebelum
mereka belajar bahasa inggris standar. Memang, ketika berbicara mengenai dialek
etnis merebak perdebatan mengenai apakah dialek etnis harus dianggap atau tidak
sama dengan niai untuk bahasa konvensional.
Sebagai contoh, beberapa guru
percaya bahwa dialek seperti Ebonics (bahasa inggris warga kulit hitam) dan
Spanglish (bahasa inggris Spanyol) harus diajarkan di kelas bahasa inggris
amerika teradisional banyak guru yang khawatir bahwa Ebonics dan Spanglish
menempatkan anak-anak beresiko tidak menguasi bahas Inggris standar yang pada
gilirannya menempatkan mereka pada posisi yang kurang menguntungkan dalam
mempersiapkan untuk kuliah dan dunia\
kerja.
c. Perkembangan Psikososial
1.
Konsep Diri dan Perkembangan Kognitif
Self
Concept adalah gambaran total dari diri kita. Self concept itu sendiri adalah
sesuatu yang kita percayai mengenai siapa kita atau dengan kata lain adalah
gambaran total dari kemampuan kita dan sifat-sifat kita. Self concept adalah
gambaran deskripsi dan evaluasi mental dari kemampuan dan sifat seseorang.
Perasaan
mengenai self concept itu sendiri juga memiliki aspek-aspek sosial : anak-anak
menganggap self-image mereka itu sebagai penilaian orang lain terhadap mereka.
Gambaran diri menjadi sebuah fokus pada masa kanak-kanak sebagaimana anak-anak
mengembangkan kewaspadaan diri mereka. Self-concept menjadi lebih jelas ketika
mereka memiliki kemampuan kognitif dan peningkatan dalam tugas perkembangan
mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa.
a.
Changes in Self Defenition : The 5 to 7
shifts
Perkembangan
self-concept terjadi seiring dengan perubahan pada self-defenition, yaitu
serangkaian karakteristik dimana anak-anak menggambarkan diri mereka sendiri.
Pada
umur antara 5 sampai 7 tahun, pernyataan mengenai gambaran diri pada anak-anak
itu termasuk pada tahap single representation, yaitu tahap pertama dari teori
Piaget dimana anak-anak menggambarkan diri mereka secara individual, satu
dimensi, dan terpotong-potong dan tidak memiliki kaitan ciri-ciri pada setap
pernyataannya. Hal ini terjadi karena anak-anak masih memiliki kapasitas memory
yang terbatas sehingga dia tidak dapat membedakan setiap aspek dirinya pada
suatu waktu. Dan dia tidak dapat membedakan antara Real self yaitu dirinya
sendiri, dan ideal self yaitu bagaimana seharusnya dirinya itu. Pada umur
sekitar 5 atau 6 tahun, anak-anak mulai bisa menrangkaikan setiap kalimat
dengan sebuah hubungan yang ada pada dirinya. Tahap ini disebut dengan
representational mappings yaitu hubungan yang logis antara gambaran dirinya.
Dan tahap yang ketiga adalah representational systems yang merupakan tahap pada
masa kanak-kanak tengah, dimana anak-anak mulai mengintegrasikan berbagai
fitur-fitur spesifik pada dirinya menjadi sebuah hal yang umum yang merupakan
konsep multidimensi.
Contohnya
seperti “Saya bermain dengan baik di hoki, tetapi saya tidak terlalu cocok di
aritmatika”.
b.
Cultural Differences in Self Description
Penelitian
mengatakan bahwa budaya mempengaruhi konsep diri anak-anak. Orangtua
mengajarkan melalui pembicaraan sehari-hari, ide-ide budaya, dan kepercayaan
tentang bagaimana mendefenisikan diri. Contohnya, orang tua Cina cenderung
meningkatkan aspek interdependent yang mana merupakan perilaku yang pantas dan
memiliki sense of belonging yang tinggi terhadap komunitas. Orangtua Amerika
Eropa cenderung meningkatkan aspek Independent yang mana merupakan sisi
individualitas, ekspresi diri, dan self-esteem. Perbedaan nilai-nilai budaya
itu mempengaruhi anak-anak untuk menerima diri mereka sendiri dalam setiap
budaya. Studi banding terhadap 180 anak prasekolah Eropa Amerika dan Cina, anak
TK dan anak kelas 2 Sekolah Dasar (Wang, 2004) menemukan bahwa anak-anak
menyerap gaya budaya yang berbeda tentang self-defenition pada usia 3 sampai 4 tahun,
dan berkembang seiring usia. Anak-anak Eropa Amerika cenderung mendeskripsikan
mereka dalam hal atribut pribadi dan kepercayaan, sebagaimana anak Cina lebih
membicarakan tentang kategori sosial dan lebih berhubungan dengan orang lain.
Harga
Diri (Self-Esteem)
Harga
diri adalah penilaian yang dibuat seseorang tentang kelayakan dirinya yang
didasari oleh kemampuan kognitif yang tumbuh untuk menjelaskan diri seseorang.
Perubahan Perkembangan dalam Harga Diri
Dalam sebuah
studi di Belgia (Verschueren, Buyck, dan Marcoen, 2001), para periset mengukur
representasi diri anak usia 5 tahun dengan menggunakan dua pengukuran yaitu :
1.
Self Perception Profile for Children (persepsi spesifik mengenai penampilan)
2.
Puppet Interview (interview dengan menggunakan boneka)
Ketergantungan Harga Diri : Pola “Ketidakberdayaan”
Anak yang
memiliki harga diri yang tinggi memiliki motivasi diri untuk sukses, sedangkan
anak yang memiliki harga diri yang rendah akan memiliki emosi yang negatif dan
cenderung pasrah pada keadaan dimana mereka menemukan kesulitan. Pola
“ketidakberdayaan” ini tergantung oleh pola asuh dan keadaan lingkungan.
Misalnya dalam menegur anak kita harus menggunakan kata-kata yang tidak menyakitkan.
Pemahaman dan Pengaturan Emosi
Pada
masa awal kanak-kanak, memahami dan mengatur emosi dapat membantu kompetensi
sosial anak. Hal ini sangat berpengaruh dalam mengatur perilaku dan persaan
mereka bahkan akan mempengaruhi tipe permainan yang akan mereka mainkan.
Hubungan dalam keluarga sangat mempengaruhi perkembangan pemahaman emosi. Pada
masa awal kanak-kanak ini mereka mampu memahami bahwa emosi berrkaitan dengan
pengalaman dan keinginan meskipun demikian mereka belum memiliki pemahaman yang
penuh mengenai emosi seperti kebanggaan dan mereka mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan emosi yang bertentangan.
Emosi
yang Diarahkan pada Diri Sendiri
Emosi
yang diarahkan pada diri sendiri itu seperti rasa bersalah, rasa bangga, aib
dan menerima perilaku yang ditetapkan orangtua. Anak pada usia 4 sampai 5 tahun
tidak akan mengetahui dan menyadari akan rasa bangga atau malu, sedangkan anak
yang berusia 5 sampai 6 tahun akan mengetahui bahwa orang disekitar
mereka merasakan bangga atau malu terhadap tindakkan mereka. Anak yang
berumur 6 sampai 7 tahun juga akan dapat merasakan malu atau bangga terhadap
diri mereka sendiri meskipun tanpa adanya penilaian secara langsung dari orang
lain.
Emosi-Emosi
yang Bersamaan
Anak
kecil akan merasa kebingungan untuk memahami perasaan mereka dalam mengalami
reaksi emosi yang berbeda pada saat bersamaan. Perbedaan dalam memahami emosi
ini terjadi pada anak usia 3 tahun. Anak pada usia 3 tahun dapat membedakan
ekspresi senang dan ekspresi sedih.
ERIKSON
: INITIATIVE VS GUILT
Inisiatif
vs rasa bersalah merupakan tahap ketiga dalam perkembangan psikososial. Pada
tahap ini jika anak dalam melakukan sesuatu dan diberi tanggapan yang positif
dari orang disekitarnya maka inisiatif akan muncul, tetapi jika anak melakukan
sesuatu hal dan mendapat respon negatif dari orang sekitar maka rasa bersalah
akan muncul.
c.
GENDER
Gender
identity adalah kesadaran seseorang akan jiwa mereka kearah perempuan atau
kelaku-lakian. Gender merupakan aspek penting dalam mengembangkan konsep diri.
1.
Perbedaan Gender
Perbedaan
gender berbeda dengan perbedaan jenis kelamin. Perbedaan gender merupakan
perbedaan psikososial antara laki-laki dan perempuan, sedangkan perbedaan jenis
kelamin merupakan perbedaan fisik antara pria dan wanita. Perbedaan utama pada
gender berada pada perilaku yang lebih agresif dari anak laki-laki ketimbang
anak perempuan. Secara psikososial anak perempuan lebih bersifat empatik dan
suka menolong. Pada masa kanak-kanak awal, dan juga pada masa praremaja dan
remaja, anak perempuan cenderung mengggunakan bahasa yang lebih responsif
daripada anak laki-laki.
Skore
test kecerdasan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antar gender. Namun,
dalam hal kemampuan spesifik anak pereempuan cenderung lebih baik dalam
kemampuan verbal, sedangkan laki-laki cenderung lebih baik dalam hal penalaran
sains.
Sebagai
batita anak laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan yang sama untuk
melakukan perilaku-perilaku tertentu seperti memukul,mengigit, tantrum, dan
memiliki kemungkingan untuk menunjukkan tempramen yang “sulit”. Tapi, perilaku
ini akan bertahan sampai masa remaja, ketika anak perempuan lebih rentan mengalami
kecemasan dan depresi. Hal yang paling penting adalah bahwa perbedaan gender
ini hanya valid pada kelompok besar anak.
2.
Berbagai Sudut Pandang Perkembangan Gender
Perbedaan
gender disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman dan pengharapan sosial yang
ditemui anak laki-laki dan perempuan sejak mereka lahir. Pengalaman-pengalaman
ini berhubungan dengan tiga aspek identitas gender :
1.
Peran Gender (gender roles) : peran kepribadian yang dianggap sesuai
oleh suatu budaya terhadap laki-laki atau perempuan.
2.
Penipean Gender (gender typing) : proses dilekatkannya peran gender
terhadap anak-anak. Biasanya terjadi pada masa awal kanak-kanak dan setiap
anak-anak memiliki peran gender yang berbeda.
3.
Stereotip Gender (gender stereotypes) : Tanggapan yang sudah melekat
tentang perbedaan prilaku peran pria dan wanita. Misalnya, semua perempuan
dianggap pasif dan bergantung, sedangkan semua laki-laki dianggap agresif dan
mandiri.
Empat
sudut pandang perkembangan gender :
1.
Pendekatan Biologis
Faktanya pada
usia 5tahun, otak anak laki-laki lebih besar sepuluh persen dibandingkan anak
perempuan, hal ini disebabkan karena anak laki-laki memiliki gray matter
yang lebih banyak pada korteks serebrum, sedangkan anak perempuan memiliki
kepadatan neuron yang lebih tinggi. Perbedaan ini berhubungan dengan kelancaran
bahasa, karena anak perempuan memiliki corpus callosum yang lebih
besar, koordinasi yang lebih baik antara otak kiri dan otak kanan mungkin dapat
menjelaskan kenapa anak perempuan memiliki kemampuan verbal yang lebih tinggi.
2.
Pendekatan Psikoanalisis
Pada usia empat
tahun biasanya anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar yang
menyebabkan anak-anak lebih sering bertanya. Proses ini menurut Freud adalah
proses identifikasi (identification). Identifikasi dalam teori aliran
Freud merupakan proses dimana anak mengadopsi sekumpulan karakteristik
keyakinan, sikap, nilai, dan prilaku dari orangtua dengan jenis kelamin yang
sama. Tahap ini merupakan perkembangan kepribadian yang penting pada masa
kanak-kanak awal.
3.
Pendekatan Kognitif
Dalam teori ini
pembentukan gender seorang anak dilakukan berdasarkan pencarian aktif dari si
anak akan petunjuk mengenai gender dalam dunia sosial mereka. Menurut Kohlberg,
gender yang diperoleh tergantung pada konstanta gender atau sering disebut
konstanta kategori jenis kelamin. Konstanta gender merupakan kesadaran anak
bahwa jenis kelaminnya akan selalu tetap. Konstanta gender tumbuh dalam tiga
tahap: identitas, stabilitas, dan konsistensi gender.
4.
Pendekatan Berdasarkan Sosialisasi
Dalam teori
pendekatan sosialisasi, anak memperoleh peran gender dari pengamatan mereka
terhadap orangtua, guru, teman sebaya, dan institusi masyarakat. Pembentukan
peran gender diperoleh dari :
a.
Pengaruh keluarga
b.
Pengaruh teman sebaya
c.
Pengaruh budaya
d. BERMAIN :
Urusan pada Masa Kanak-Kanak Awal
Bermain
merupakan hal yang penting bagi anak karena melalui bermain, dapat merangsang
indera anak, belajar menggunakan otot-otot mereka, mengoordinasikan gerakan dan
penglihatan, memperoleh penguasaan tubuh, dan memperoleh keterampilan baru.
1.
Tingkat Kognitif dari Permainan
Piaget
mengidentifikasikan tiga permainan, yaitu :
1.
Permainan fungsional (functional play) dimana melibatkan pergerakan otot
yang berulang-ulang secara aktif.
2.
Permainan konstruktif (contructive play) dimana menggunakan benda untuk
membuat rumah-rumahan atau krayon untuk menggambar.
3.
Permainan pura-pura (pretend play) dimana melibatkan orang-orang atau
situasi khayalan. Biasanya permainan ini juga disebut permainan khayalan,
drama, atau imajinatif.
2.
Dimensi Sosial Bermain
Tokoh : Mildred
B. Parten (1932). Tipe permainan awal : bermain paling tidak sosial menjadi
yang paling sosial.
1.
Unoccupied Behavior (prilaku tidak terlibat)
Anak tidak ikut
bermain, anak hanya mengamati semua dengan ketertarikan sementara.
2.
Onlooker Behavior (prilaku sebagai penonton)
Anak tidak ikut
bermain, hanya mengamati anak-anak yang sedang bermain, berbicara, bertanya,
dan memberi saran kepada pemain. Terfokus akan pengamatan terhadap anak-anak
yang bermain, bukan apapu yang dianggapnya menarik.
3.
Solitary Independent Play (bermain sendiri dan mandiri)
Anak bermain
sendiri dengan permainannya yang berbeda dengan anak-anak disekitarnya dan
tidak berkeinginan untuk bergabung dengan anak-anak yang lain.
4.
Parallel Play (bermain secara paralel)
Anak bermain
sendiri tapi diantara anak-anak lain yang sedang bermain. Mainan yang
digunakan serupa dengan yang digunakan anak lain, tetapi tidak berkeinginan
bermain dengan cara yang sama dan tidak berusaha untuk mempengaruhi permainan
anak lain.
5.
Associative Play (bermain dengan anak lain)
Membicarakan
tentang permainannya, pinjam-meminjam mainan, saling mengikuti dan mengontrol
para pemain. Mereka bermsain bersama, tetapi tidak ada tujuan dan peraturan
peran setiap oemain dan cenderung bermain sesuka hati. Tujuan bermain adalah
untuk bersama dengan anak lain dan bukan pada aktivitas itu sendiri
6.
Cooperative Or Organized Supplementary Play
Bermain dalam
gruop teratur untuk satu tujuan yag sama, beberapa anak mengontrol permainan
dan memberi petunjuk. Setiap anak memiliki peran yang berbeda dan saling
melengkapi.
Pada
awalnya, Parten beranggapan bahwa perkembangan dan petumbuhan seorang anak akan
mempengaruhi cara bermain anak. Semakin berkembang dan bertumbuh maka anak itu
akan bermain semakin interaktif dan kooperatif.
a.
Reticent Play (keengganan bermain) disebabkan oleh rasa malu. Anak
bermain disekitar anak lain yang sedang bermain, mengelilingi pemain tanpa
tujuan. Hal tersebut sebagai awalan sebelum bermain dengan permainan anak lain.
Anak cenderung disenangi dan memiliki masalah prilaku yang relatif lebih
sedikit.
b.
Imaginative Play (bermasin imajinatif) merupakan tipe bermain pada anak
usia prasekolah yang lebih sosial. Anak-anak pura-pura sendiri dan membuat
suatu permainan drama yang melibatkan anak lain. Contohnya, anak bermain dengan
permianannya sendiri, dia memainkan peran mainan yang satu dengan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar