Selasa, 05 Januari 2016

Perkembangan Masa Kanak-Kanak Awal



A. Pengertian Perkembangan

        Objek piskologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Para ahli psikologi juga tertarik akan masalah seberapa jauhkah perkembangan manusia tadi di pengaruhi oleh perkembangan masyarakatnya ( Van den Berg, 1989: Muchow, 1962). Mengenal hal yang terakhir ini akan sering kita jumpai kembali dalam tulisan ini, namun perhatian psikologi perkembangan yang utama tertuju pada perkembangan manusianya sebagai person. Masyarakat merupakan tempat berkembangnya person tadi.

Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali ( Werner, 1969). Dalam “pertumbuhan” ada sementara ahli psikologi yang tidak membedakan antara perkembangan dan pertumbuhan; bahkan ada yang lebih mengutamakan pertumbuhan. Hal ini mungkin untuk menunjukkan bahwa orang yang berkembang tadi bertambah kemampuannya dalam berbagai hal, lebih mengalami diferensiasi dan pada tingkat yang lebih tinggi, lebih mengalami integrasi. Dalam tulisan ini, maka istilah pertumbuhan khusus dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dn fungsi fisik yang murni. Menurut banyak ahli psikologi dna para penulis sendiri, maka istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul.
Pertumbuhan fisik memang mempengaruhi perkembangan psikis, mislanya bertambahnya fungsi otak memungkinkan anak dapat tertawa, berjalan, berbicara, dan sebagainya. Mampu untuk berfungsi dalam suatu nivo yang lebih tinggi karena pengaruh pengetahuan, disebut pemasakan. Misalnya sebelum pendidikan kebersihan dapat dimuali, maka urat daging pembuangan harus selesai pertumbuhannya, harus sudah masak terlebih dahulu. Meskipun dapat dikatakan mengenai belajar berjalan, namun harus ada pemasakan beberapa fungsi lebih dahulu, sebelum belajarnya ttadi mungkin dilaksanakan.
Perkembangan juga berkaitan dengan belajar khususnya mengenai isi proses perkembangan: apa yang berkembang berkaitan dengan perilaku belajar. Disamping itu juga bagaimana hal sesuatu dipelajari, misalnya apakah melalui memorisasi (menghafalkan) atau mengerti hubungan, ikut menentukan perkembangan (Knoers, 1985). Dengana demikian perkembangan dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi pada tinggkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pemasakan dan belajar. Terjadilah suatu organisasi atau struktur tingkah laku yang lebih tinggi.
Pengertian lebih tinggi berarti bahwa tingkah laku tadi mempunyai lebih banyak diferensiasi, yaitu bahwa tingkah laku tersebut tidak hanya lebih luas, melainkan mengandung kemungkinan yang lebih banyak. Pengertian organisasi atau struktur berarti bahwa diantara tingkah laku tadi ada saling berhubungan yang bersifat khas dan menunjukkan kekhususan seseorang pada suatu tingkat umur tertentu. Suatu definisi yang relevan dikemukakan oleh Monks sebagai berikut: “Perkembangan psikologis merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi aktual dan terwujud. Umur kalender disini bukan merupakan suatu variable yang bebas, melainkan merupakan suatu dimensi waktu untuk mengatur bahan-bahan (data) yang ada”.

B. Perkembangan Masa Anak-anak Awal

Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan anak ( Young Children) dalam uraian selanjutnya digunakan kata “anak-anak” yang menunjuk pada pengertian anak yang masih kanak-kanak. Masa kanak-kanak sering kali dianggap tidak ada akhirnya sewaktu mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yakni pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi melainkan “orang-orang dewasa”. Masa kanak-kanak dimulai setelah melaewati masa bayi yang penuh ketergantungan yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Setelah anak matang secara seksual, maka ia disebut remaja.

Selama periode yang panjang ini secara kasar sebelas tahun wanita dan dua belas tahun untuk pria terjadilah sejumlah perubahan yang mencolok bagi secara fisik maupun psikologis. Karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai hal-hal tertentu pada usia tertentu itu berbeda daripada usia yang lain, maka anak pada awal masa kanak-kanak agak berbeda dengan anak pada akhir periode ini.
Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi lagi menjadi dua periode yang berbeda awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur 2-6 tahun. Dan periode akhir dari 6-tiba saatnya anak matang secara seksual.dengan demikian awal masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa bayi usia dimana ketergantungan secara praktis sudah dilewati, diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir disekitar usia masuk sekolah dasar.
Garis pemisah antara awal dan akhir, masa kanak-kanak penting karena dua alasan berikut. Pertama, pemisahan ini khususnya digunakan untuk anak-anak yang belum mencapai usia wajib belajar diperlakukan sangat berbeda dari anak yang sudah masuk sekolah. Perlakuaan yang diterima anak-anak dan harapan kelompok social yang mempengaruhi perlakuan apa yang akan diberikan menentukan dimana garis pemisah itu harus ditegaskan.
Alasan kedua mengapa begitu penting garis pemisah antara awal dan akhir masa kanak-kanak pada usia enam tahun itu adalah efek dari factor-faktor social, bukan oleh factor-faktor fisik. Relative hanya terdapat sedikit perbedaan dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak-anak antara sebelum dan sesudah usia 6 tahun. Misalnya anak-anak usia 5 tahun tidak berbeda secara nyata dari mereka yang berusia 7 tahun.
Sebaiknya, didalam kebudayaan secara hukum menuntut bahwa anak-anak harus mulai mengikuti pendidikan formal pada usia 6 tahun, tekanan dan harapan social memegang peranan penting dalam menentukan perbedaan antara anak-anak yang belum dan yang sudah tiba masanya memasuki pendidikan sekolah. Kalau usia formal sekolah setahun sebelumnya berarti garis pemisah antara awal dan akhir masa kanak-kank dalah lima tahun, kalau setahun sesudahnya, berarti garis pemisahnya 7 tahun.
Tekanan dan harapan baru yang mengikuti usia formal sekolah menyebabkan perubahan pola perilaku, minat dna nilai. Akibatnya, anak-anak menjadi manusia yang “berbeda” dari sebelumnya. Perbedaan ini menyangkut aspek psikologis, bukan psikoma sehingga pemisahan dalam rentang usia yang panjang ini menjadi dua bagian, yakni mas aawal dan akhir kanak-kanak dapat dibenarkan.

a.  Ciri-ciri awal masa kanak-kanak

Salah satu ciri tertentu masa bayi merupakan cirri khas yang membedakannya dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, demikian pula halnya dengan cirri tertentu dari periode awal masa kanak-kanak. Ciri ini tercermin dalam sebutan yang biasanya diberikan oleh para orangtua, pendidik, dan ahli psikologi.
b.   Sebutan yang digunakan orangtua
Sebagian besar orangtua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik masa bayi.
Alasan mengapa masalah perilaku lebih sering terjadi diawal masa kanak ialah karena anak muda sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yanag pada umumnya kurang berhasil. Lagi pula, anak yang lebih muda sering kali bandel, keras kepala tidak menurut negativistis dan melawan. Sering kali marah tanpa alasan. Pada malam hari terganggu oleh mimpi buruk dan pada siang hari ada rasa takut yang tidak rasional, dan merasa cemburu.
Karena berbagai masalah tersebut, maka bagi orangtua pda umumnya masa awal kanak-kanak tampaknya merupakan usia yang kurang menarik dibandingan masa bayi.ketergantungan bayi yang sangat mengundang kasih saying para orangtua dan kakak-kakaknya, sekarang berubah, anak tidak mau ditolong dan cenderung menolak ungkapan kasih sayang mereka. Lagi pula hanya beberapa orang anak yang lebih muda saja yang manis seperti bayi, sehingga membuat anak dalam periode ini kurang menarik.
Sering kali orangtua menganggap masa awal anak-anak sebagai usia mainan karena anak muda menghabiskan sebagian waktu juga bermain dengan mainannya.
c.  Keterampilan khusus awal masa kanak-kanak
Keterampilan yang dipelajari anak muda belia bergantung sebagian pada kesiapan kematangan terutama pada kesempatan yang diberikan untuk mempelajari bimbingan yang diperoleh dalam menguasai keterampilan ini secara cepat dan efisien. Telah dilaporkan bahwa anak dari lingkungan yang buruk umumnya lebih cepat dan lebih banyak menguasai keterampilan dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari lingkungan yang lebih baik. hal ini tidak disebabkan karena ia lebih cepat matang melainkan karena orangtuanya terlampau sibuk sehingga tidak sempat menjaga terus menerus bila mana tidak diperlukan lagi (19,27,30).
d.  Keterampilan umum ini dapat dibagi kedalam dua kelompok besar yaitu keterampilan tangan dan keterampilan kaki.
a.      Keterampilan tangan
Keterampilan tangan adalah keterampialn dlam makan dan berpakaian sendiri yang dimulai pada masa bayi disempurnakan dalam awal masa kanak-kanak. Kemajuan terbesar dalam keterampilan berpakaian umumnya antara usia 1,5 dan 3,5 tahun menyisir rambut dan mandi merupakan keterampilan yang mudah dilakukan dalam periode ini. Pada saat anak-anak mencapai usia taman kanak-kanak, mereka sudah harus dapat mandi dan berpakaian sendiri, mengikat tali sepatu dna menyisir rambut dengan sedikit bantuan atau tanppa bantuan sama sekali.
Antara usia 5 dan 6 tahun sebagian besar anak-anak sudah pandai melempar dan menangkap bola. Mereka dapat menggunakan gunting, dapat membentuk tanah liat, membuat kue-kue dan menjahit. Dengan crayon, pensil, dan cat anak-anak dapat mewarnai gambar, menggambar atau mengecat gambarnya sendiri dan dapat menggambar orang.
b.      Keterampilan kaki
Keterampilan kaki adalah sekali anak dapat berjalan, ia mengalihkan perhatian untuk mempelajari gerakan-gerakan yang menggunakan kaki. Pada usia 5 atau 6 tahun, ia belajar melompat dna berlari cepat. Mereka juga sudah dapat memanjat. Antara usia tiga dan empat, naik sepeda roda tiga dan berenang dapat dipelajari. Keterampilan kaki lain yang dikuasai anak-anak adalah lompat tali, keseimbangan tubuh dlam berjalan diatas dinding atau pagar, sepatu roda, bermain sepatu es dan menari.
e.   Kemajuan berbicara dalam awal masa kanak-kanak
Pada saat anak-anak berusia dua tahun, kebanyakan bentuk-bentuk komunikasi prabicara yang tadinya sangat bermanfaat dalam masa bayi telah ditinggalkan. Anak-anak tidak lagi mengoceh dan tangis mereka sudah sangat berkurang. Ia mungkin menggunakan isyarat, terutama sebagai pelengkap bagi pembicaraan untuk menekankan arti kata-kata yang diucapkan dan bukan sebagai pengganti bicara. Tetapi anak-anak terus berkomunikasi dengan orang-orang lain dengan ungkapan-ungkapan emosi yang secara keseluruhan lebih diterima secara social dna tidak terlalu dianggap “seperti bayi” daripada bentuk-bentuk prabicara lainnya.
Selama masa awal kanak-kanak, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan karena dua hal. Pertama, belajar berbicara meruakan sarana pokok dalam sosialisasi. Anak-anak yang lebih mudah berkomunikasi dengan teman sebaya, lebih mudah diterima sebagai anggota kelompok daripada anak yang kemampuan berkomunikasinya terbatas. Anak-anak yang mengikuti kegiatan prasekolah akan mengalami rintangan baik dalam hal social maupun pendidikan kecuali bila ia pandai bicara seperti teman-teman sekelasnya. 
Kedua, belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Anak-anak yang tidka dapat mengemukakan keinginan dan kebutuhannya, atau yang tidak dapat berusaha agar dimengerti oranglain cenderung diperlukan sebagai bayi dan tidak berhasil memperoleh kemandirian yang diinginkan.
Untuk meningkatkan komunikasi, anak-anak terus menguasai dua tugas pokok yang merupakan unsure penting dalam belajar berbicara seperti telah ditunjukkan dalam bab terdahulu. Pertama mereka harus meningkatkan kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain. Kedua mereka harus meningkatkan kemampuan berbicaranya sehingga dapat dimengerti oranglain.
f.   Emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak
1.      Amarah
Penyebab amarah yang palinng umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, menggeretak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
2.      Takut
Pembiasaan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut. Seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio dan televisi dan film-film dengan unsur yang mekutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik. Kemudia menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar, dan bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang menakutkan.


3.      Cemburu
Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih kepada orang lain didalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Anak yang lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau menunjukkan dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, seperti mengompol, pur-pura sakit atau menjadi nakal. Perilaku ini semua bertujuan untuk menarik perhatian.
4.      Ingin tahu
Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik kemudia sebagai akibat dari tekanan social dan hukuman ia bereaksi dengan bertanya.
5.      Iri hati
Anak-anak sering iri hari mengenai kemampuan ataubarang yang dimiliki orang lain. Iri hati ini diungkapkan dengan berbagai macam cara, yang paling umum adalah mengeluh tentang barangnya sendiri. Dengan mengunkapkan keinginan untuk memiliki barang seperti dimiliki oranglain. Atau dengan mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati.
6.      Gembira
Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapakan, bencana yang rian, membohongi oranglain dan berhasil melakukan tugas yang dianggap suit. Anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, atau memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.
7.      Sedih
Anak-anak merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dicintai atau yang dianggap penting bagi dirinya, apakah itu orang, binatang atau benda mati seperti mainan. Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.

8.      Kasih sayang
Anak-anak mencintai orang, binatang atau benda yang menyenangkannya. Ia mengungkapkan kasih saying secara lisan bila sudah besar tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk dan mencium objek kasih sayangnya.
g.  Pola perilaku social dan tidak social pada masa kanak-kanak awal
a.      Pola social
1.      Meniru
Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi.
2.      Persaingan
Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain sudah tampak pada usia empat tahun. Ini di mulai dari rumah dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak diluar rumah.
3.      Kerjasama
Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain.
4.      Simpati
Karena simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan emosi orang lain maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum tiga tahun. semakin banyak kontak bermain semakin cepat simpati akan berkembang.
5.      Empati
Seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang-orang lain tetapi di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tepat orang lain. Relative hanya sedikit anak yang dappat melakukan hal ini sampai masa anak-anak awal berakhir.

6.      Hubungan social
Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak dukungan dari teman-teman menjadi lebih penting daripada persetujuan orang-orang dewasa. Anak bertanggapan bahwa perilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara untuk memperoleh dukungan dari teman-teman sebaya.
7.      Membagi
Dari pegalaman bersama orang-oorang lain, anak megetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan social adalah dengan membagi miliknya terutama mainan untuk anak-anak lain. Lambat laun sifat mementingkan diri sendiri berubah menjadi sifat murah hati.
8.      Perilaku akrab
Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan yang hangat , erat, dan persona dengan orang lain berangsur-angsur memberikan kasih saying kepada orang di luar rumah, seperti guru taman indria atau benda-benda mati seperti mainan kegemarannya atau bahkan selimut benda-benda ini di sebut objek kesayangan.
b.      Pola tidak social
1.      Negativisme
Negativisme atau melawan otoritas orang dewasa, mencapai puncaknya antara usia tiga dan empat tahun dan kemudian menurun. Perlawanan fisik lambat laun berubah fisik menjadi perlawanan verbal dan pura-pura tidak mendengar atau tidak mengerti permintaan orang dewasa.
2.      Agresif
Perilaku agresif meningkatkan antara usia dua dan empat tahun dan kemudian menurun. Serangan-serangan fisik mulai diganti dengan serangan-serangan verbal dalam bentuk memaki-maki atau menyalahkan orang lain.



3.      Perilaku berkuasa
Perilaku berkuasa atau merajai mulai sekitar usia tiga tahun dan semakin meniingkat dengan bertambah banyaknya  kesempatan untuk kontak social . anak perempuan cenderung lebih merajai daripada anak laki-laki.
4.      Memikirkan diri sendiri
Karena cakrawala social anak terutama terbatas dirumah, maka anak sering kali memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri. Dengan meluasnya cakrawala lambat laun perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi perilaku murah hati masih sangat sedikit.
5.      Mementingkan diri sendiri
Seperti halnya perilaku memikirkan diri sendiri, perilaku mementingkan diri sendiri lambat laun diganti oleh minat dan perhatian kepad orang –orang lain. Cepatnya perubahan ini bergantung pada banyaknya kontak dengan orang-orang di luar rumah dan berapa besar keinginan mereka untuk diterima oleh teman-teman.
6.      Merusak
Ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak benda-benda disekitarnya, tidak perduli miliknya sendiri atau milik orang lain. Semakin hebat amarahnya, semakin luas tindakan merusaknya.
7.      Pertentangan seks
Sampai empat tahun anak laki-laki dan prempuan bermain bersama-sama dengan baik. Setelah itu anak laki-laki mengalami tekanan sosial yang tidak menghendaki aktivitas bermain yang dianggap sebagai “benci”. Banyak anak laki-laki yang berperilaku agresif yang melawan anak perempuan.
8.       Prasangka
Sebagian besar anak prasekolah lebih suka bermain dengan teman-teman yang berasal dari ras yang sama, tetapi mereka jarang menolak bermain dengan anak-anak ras lain. Prasangka sosial timbul pertama-tama dari prasangka agama atau sosial ekonomi, tetapi lebih lambat dari prasangka seks.

h. Bentuk perilaku Awal dalam berbagai Situasi Sosial
            Bentuk perilaku sosial yang paling penting untuk penyesuaian sosial yang berhasil tampak dan mulai berkembang dalam periode ini. Dalam tahun-tahun pertama masa kanak-kanak bentuk penyesuaian sosial ini belum sedemikian berkembang sehingga belum memungkinkan anak selalu untuk berhasil dalam bergaul dengan teman-temannya. Namun periode ini merupakan tahap perkembangan yang kritis karena pada masa inilah dasar sikap sosial dan pola perilaku sosial dibentuk.

i.  Pola bermain awal masa kanak-kanak
1.      Bermain dengan mainan
Pada permulaan masa awal kanak-kanak, bermain dengan mainan merupakan bentuk yang dominan. Minat bermain dengan mainan mulai agak berkurang pada akhir awal masa kanak-kanak pada saat anak tidak lagi dapat membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat-sifat hidup seperti yang dikhayalkan sebelumnya.
2.      Dramatiasi
Sekitar usia tiga tahun dramatiasi terdiri dari permainan dengan meniru pengalaman-pengalaman hidup, kemudian anak-anak bermain permainan pura-pura dengan teman-temannya seperti polisi dan perampok, indian-indian atau penjaga toko, berdasarkan cerita-cerita yang dibacakan kepada mereka atau berdasarkan acara-acara film dan televisi yang mereka lihat.
3.      Konstruksi
Anak-anak membuat bentuk-bentuk dengan balok-balok, pasir, lumpur, tanah liat, manik-manik, cat, pasta, gunting, dan krayon. Sebagian besar konstruksi yang dibuat merupakan tiruan dari apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari atau dari layar televisi dan bioskop.
4.      Permainan
Dalam tahun keempat anak mulai lebih menyukai permainan yang dimainkan bersama teman-teman sebaya daripada dengan orang-orang dewasa. Permainan ini dapat terdiri dari beberapa permainan dan melibatkan beberapa peraturan permainan yang menguji keterampilan seperti melempar dan menangkap bola juga populer.
5.      Membaca
Anak-anak senang dibacakan dan melihat gambar-gambar dari buku. Yang sangat menarik adalah dongeng-dongeng, nyanyian anak-anak, cerita-cerita tentang hewan dan kejadian sehari-hari.
6.      Film, radio, dan televisi
Anak-anak jarang melihat bioskop, tetapi ia senang film kartun, film tentang binatang dan film rumah tentang anggota-anggota keluarga. Anak-anak juga senang mendengarkan radio, tetapi lebih senang melihat televisi.ia senang melihat acara anak-anak yang lebih besar dan juga acara untuk anak-anak prasekolah. Ia mengalami situasi rumah yang aman sehingga biasanya tidak merasa takut kalau ada unsur-unsur yang menakutkan dalam acara televisi tersebut.

j.  Perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak
            Perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam tingat yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelektual anak-anak belum mencapai titik dimana ia dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang benar dan salah. Ia juga tidak mempunyai dorongan untuk mengikuti peraturan-peraturan karena tidak mengerti manfaatnya sebagai anggota kelompok sosial.

k.  Kategori konsep umum yang berkembang selama masa awal kanak-kanak
1.      Kehidupan
Anak-anak cenderung memberikan sifat yang hidup keada benda-benda mati seperti boneka dan boneka hewan. Orang dewasa mendorong hal ini dengan menunjukkan persamaan antara benda hidup dan benda mati seperti bentuk awan yang menyerupai anjing atau kuda.
2.      Kematian
Anak-anak cenderung menghubungkan kematian dengan sesuatu yang pergi tetapi biasanya tidak dapat mengerti apa makna kematian.
3.      Fungsi tubuh
Anak-anak sebagi kelompok mempunyai konsep mengenai fungsi tubuh dan kelahiran yang kurang tepat. Hal ini berlaku sampai anak masuk sekolah meskipun pada saatnya kesalahan konsep ini akan diperbaiki melalui pelajaran mengenai kesehatan dan pendidikan seks.

4.      Ruang
Anak usia empat tahun dapt menaksir jarak yang dekat secara tepat tetapi kemampuan untuk menaksir jarak yang jauh belum berkembang sampai masa akhir kanak-kanak.
5.      Berat
Sebelum anak-anak belajar bahwa beda-benda yang berada mempunyai berat yang berbeda, jarang terjadi bahwa sebelum usia sekolah, anak-anak memperkirakan berat benda sesuai dengan besarnya benda.
6.      Bilangan
Anak-anak yang mengikuti taman indria atau taman kanak-kanak biasanya mengerti bilangan sampai lima. Konsep mengenai bilangan di atas 5 masih sangat samra-samar.
7.      Waktu
Anak-anak belum mengerti tentang lamanya waktu, misalnya berapa lamanya satu jam itu. mereka juga belum dapat memperkirakan waktu menurut kegiatan-kegiatan mereka sendiri. Kebanyakan anak usia empat atau lima tahun mengerti tentang hari-hari dalam satu minggu dan pada usia enam tahun mengerti bulan, tahun, dan musim.
8.      Diri sendiri
Pada usia tiga tahun kebanyakan anak-anak mengerti jenis kelamin, nama lengkap dan nama berbagai anggota tubuhnya. Pada saat ia mulai bermain dengan anak-anak lain. Konsep diri mulai mencakup fakta mengenai kemampuan dan rasnya namun belum mencakup tingkat sosial ekonominya.
9.      Kesadaran sosial
Sebelum awal masa kanak-kanak berakhir, kebanyakan anak-anak dapat membentuk pendapat tentang orang lain, apakah seseorang itu “baik” atau “jahat”, “pandai” atau “bodoh” misalnya.
10.  Keindahan
Kebanyakan anak muda lebih menyukai musik dengan nada atau irama yang pasti dan ia senang dengan bentuk-bentuk yang sederhana, warna-warna yang cerah dan mencolok.
11.  Kelucuan
Yang sering dianggap lucu adalah wajah-wajah lucu adalah wajah-wajah lucu yang dibuatnya sendiri atau orang lain, perilaku yang kurang dapat diterima secara sosial dan kelakar mengenai binatang piaraan. Permainan kata-kata juga dianggap lucu.

l. JENIS DISIPLIN YANG DIGUNAKAN PADA AWAL MASA KANAK-KANAK
Ø  Disiplin Otoriter
Ini merupakan bentuk disiplin tredisional dan yang berdasarkan pada ungkapan kuno yang mengatakan bahwa “menghemat cambukan berarti memanjakan anak.” Dalam disiplin yang bersifat otoriter, orang tua dan pengasuh yang lain menetapkan peraturan-peraturan dan memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi peraturan-peraturan tersebut. Tidak ada usaha untuk menjelaskan pada anak, mengapa ia harus patuh dan padanya ia tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat tentang adil tidaknya peraturan-peraturanatau apakah peraturan-peraturan itu masuk akal atau tidak. Kalau anak itu tidak mengikuti peraturan, ia akan dihukum yang sering kali kejam dan keras dan yang dianggap sebagai cara untuk mencegah pelanggaran peraturan dimasa mendatang. Alasan mengapa pelanggaran oleh anak tidak pernah peraturan oleh anak tidak pernah dipertimbangkan adalah bahwa ia mengetahui peraturan itu dan sengaja melanggarnya, juga tidak perlu diberikan hadiah karena telah mematuhi peraturan. Hal ini dianggap sebagai kewajibannya dan tiap pemberian hadiah dipandang dapat mendorong anak untuk mengharapkan sogokan agar melakukan sesuatu yang diwajibkan masyarakat.
Ø  Disiplin yang lemah
Disiplin yang lemah berkembang sebagai proses terhadap disiplin otoriter yang dialami oleh banyak orang dewasa dalam masa kanak-kanaknya. Filsafat yang mendasari teknik disiplin ini adalah bahwa melalui akibat dari perbuatannya sendiri anak akan belajar bagaimana berperilaku secara social. Dengan demikian anak tidak diajarkan peraturan-peraturan, ia tidak dihukum karena sengaja melanggar peraturan, juga tidak ada hadiah bagi anak yang berperilaku social baik. Banyak orang dewasa saat ini yang cendurung meninggalkan bentuk disiplin itu karena tidak berhasil memenuhi tiga unsure penting dari disiplin.
Ø  Disiplin Demokratis
Kecenderungan untuk menyenangi disiplin yang berdasarkan prinsip-prinsip demokratis sekarang meningkat. Prinsip demikian menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa peraturan-peraturan dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap bbahwa peraturan itu tidak adil. Sekali pun anak masih sangat muda tetapi daripadanya tidak diharapkan perilaku patuh yang buta-butaan. Diusahakan agar anak  mengerti apa arti peraturan-peraturan dan mengapa kelompok social mengharapkan anak mematuhi peraturan-peratura itu. Dalam disiplin yang demokratis hukuman “disesuaikan dengan kejahatan” dalam arti diusahakan agar hukuman yang diberikan berhubungan dengan kesalahan perbuatannya, tidak lagi diberi hukuman badan. Penghargaan terhadap usaha-usaha untuk menyesuaikan dengan harapan social yang tercakup dalam peraturan-peraturan diperlihatkan melalui pemberian hadiah terutama dalam bentuk pujian dan pengakuan social.
m.  PENGARUH DISIPLIN PADA ANAK-ANAK
Ø  Pengaruh pada Perilaku
Anak yang orang tuanya lemah akan mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak-hak orang lain, agresif dan tidak social. Anak yang mengalami disiplin yang keras, otoriter, akan sangat patuh bila dihadapkan orang-orang dewasa, namun agresif dalam hubungannya dengan  teman-teman sebayanya. Anak yang dibesarkan dibawah disipin yang demokratis belajar mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain.
Ø  Pengaruh pada Sikap
Anak yang orang tuanya melaksanakan disiplin otoriter maupun disiplin yang lemah cenderung membenci orang-orang yang berkuasa. Anak yang mengalami disiplin yang otoriter merasa diperlakukan tidak adil; anak yang orang tuanya lemah merasa bahwa orang tua seharusnya memperingatkan bahwa tidak semua orang dewasa mau menerima perilaku yang tidak disiplin. Disiplin yang tidak demokratis dapat menyebabkan kemarahan sementara tetapi bukan kebencian. Sikap-sikap yang terbentuk sebagai akibat dari metode pendidikan anak cenderung menetap dan bersifat umum, tertuju kepada semua orang yang berkuasa.
Ø  Pengaruh pada Kepribadian
Semakin banyak hukuman fisik digunakan, semakin anak cenderung menadi cemberut, karena kepala dan negativistic. Ini mengakibatkan penyesuaian pribadi dan social yang buruk, yang juga merupakan cirri khas dari anak yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah. Anak yang dibesarkan dibawah disiplin yang demokratis akan mempunyai penyesuaian pribadi dan penyesuaian social yang terbaik.
n.  BEBERAPA KONDISI PENTING YANG MENDUKUNG KEBAHAGIAN DALAM AWAL MASA KANAK-KANAK
·         Kesehatan yang baik yang memungkinkan anak menikamati apapun yang ia lakukan dan berhasil dalam melakukannya.
·         Lingkungan yang merangsang dimana anak memperoleh kesempatan untuk menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin.
·         Perilakunya yang kekanak-kanakan dan menggangu diterima oleh orang tua dan bimbingan orang tua dalam belajar berprilaku secara social.
·         Kebijaksanaan dalam menegakkan disiplin yang terencana dan dilaksanakan secara konsisten. Dengan demikian anak mengerti apa yang diharapkan dari padanya dan mencegah anak merasa bahwa ia dihukum secara tidak adil.
·         Mengembangkan ekspresi-ekspresi kasih saying yang wajar, seperti yang menunjukkan rasa bangga terhadap prestasi anak dan meluangkan waktu bersama anak, melakukan hal-hal yang ingin dilakukan.
·         Harapan-harapan yang realistis, sesuai dengan kemampuan anak sehingga anak memperoleh kesempatan yang wajar untuk meraih sukses, dan dengan demikian mendorong konsep diri yang baik.
·         Mengembankan ekspresi-ekspresi kasih saying yang wajar, seperti menunjukkan rasa bangga terhadap prestasi anak dan meluangkan waktu bersama anak, melakukan hal-hal yang ingin dilakukan.
·         Harapan-harapan yang realistis, sesuai dengan kemampuan anak sehingga anak memperoleh kesempatan yang wajar untuk meraih sukses, dan dengan demikian mendorong konsep diri yang baik.
·         Mendorong kreativitas dalam bermain dan mendalami cemooh atau kritik yang tidak perlu yang dapat mengurangi semangat anak untuk mencoba kreatif.
·         Diterima oleh saudara-saudara kandung dan teman bermain sehingga anak dapat mengembagkan sikap yang baik terhadap berbagai kegiatan social. Ini dapat didorong oleh bimbingan dalam hal bagaimana menyesuaikan dengan orang lain dan oleh adanya panutan yang baik dirumah untuk ditiru.
·         Suasana gembira dan bahagia diruma sehingga anak akan berusaha untuk mempertahankan suasana ini.
·         Prestasi dalam kegiatan yang penting bagi anak dan dihargai oleh kelompok dengan siapa anak mengidentifikasikan diri.



C. Jenis-jenis Perkembangan Pada Masa Anak-anak Awal
a. Perkembangan fisik
Umur 2-6 tahun  adalah anak usia dini (early childhood) atau tahun-tahun prasekolah atau masa menjalani  Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), baik formal maupun nonformal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengebangan yang di tujukan kepada sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Memang, hingga kini masih banyak anak-anak Indonesia yang memasuki PAUD karena aneka alasan dan keterjangkauan. Kegiatan itu dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan nrohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Di dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak(TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformalberbentuk kelompok bermain(KB), Taman Penitipan Anak(TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Seperti bayi dan balita, anak-anak prasekolahtumbuh dengan cepat,baik secara fisik maupun  kognitif. Dengan perubahan yang cepat itu, bukan tidak mungkin seorang yang tadinya gemuk pendek dan hamper tidak dapat berbicara tiba-tiba menjadi seorang anak yang lebih tinggi dan ramping yang mampu berbicara secara baik dan lancer. Terutama terlihat pada anak usia dini adalah kenyataan bahwa perkembangannya benar-benar terintegrasi baik secara biologis, psikologis, maupun perubahan social yang terjadi saat ini (serta sepanjang sisa masa hidup) yang saling terkait..
Meskipun perkembangan fisik pada anak-anak prasekolah sangat dramatis, perkembangan itu cenderung lebih lambat dan lebih stabildibandingkan dengan masa bayi. Beberapa pengaruh penting pada perkembangan fisik selama masa prasekolah adalah perubahan kemampuan otak, keterampilan motorik kasar dan halus, serta kesehatan anak.


a.      Perubahan fisik
Ketika masih bayi anak-anak begitu banyak berlemak. Pada usia ini, anak-anak mulai kehilangan lemak bayi atau kegemukan mereka, yaitu sekitar usia 3 tahun. Anak balita segera tumbuh lebih ramping dan lebih atletis. Badan dan kaki anak tumbuh, sementara bentuk otot-otot perut berubah dan mengalami pengetatan. Pada tahap awal kehidupan, anak laki-laki cenderung memiliki masa otot lebih dibandingkan dengan perempuan. Proporsi fisik anak-anak prasekolah juga terus berubah, dengan besar kepala mereka yang masih tidak proporsional, tapi kurang begitu tampak dibandingkan dengan pada masa balita.tinggi dan berat badan anak pada usia 2-6 tahun, seperti juga ketika mereka sudah dewasa berbeda tergantung pada status social ekonomi,gizi, kesehatan dan factor keturunan.
b.      Perkembangan otak
Perkembangan otak dan system saraf pada anak usia dini juga terus berlangsung dramatis. Otak dan system syaraf anak-anak berkembang lebih baik, disertai dengan perkembangan perilaku dan kognitif yang lebih kompleks. Otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu belahan otak kanan dan otak kiri yang bersifat lateral. Lateralisasai mengacu pada lokalisasi berbagai macam fungsi, kompetensi dan keterampilan dalam salah satu atau kedua belahan otak. Secara khusus, bahasa, menulis, logika,dan keterampilan matematika tampaknya terletak di belahan otak kiri; sedangkan kreativita, fantasi artistik, dan keterampilan music tampaknya terletak di belahan otak kanan. Meskipun belahan mungkin memiliki fungsi yang terpisah, masa otak ini hamper selalu mengkoordinasikan fungsi dan bekerjasama.
Kedua belahan otak berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Belahan otak kiri berkembang lebih penuh pada anak usia dini (umur 2-6 tahun) dan belahan otak kanan lebih lengkap dalam pengembangan masa kanak-kanak tengah (usia 7hingga 11 tahun ). Otak kiri mendominasi awal  perkembangan dan lebih lama. Inilah yang mungkin bisa menjelaskan mengapa anak-anak mampu mengakuisisi bahasa sangat dini dan cepat. Aspek lain dari perkembangan otak adalah kidal atau preferensi untuk menggunakan satu tangan lebih dominan daripada yang lain atau handedness. Kapasitas tangan tampaknya sangat dibentuk leh masa kanak-kanak menengah.
Sekitar 90 persen dari populasi umum adalaah” kidal”atau preferensi menggunakan satu tangan leih dominan dari pada yang lain, sedangkan sisanya adalah orang yang tidak menunjukkan preferensi satu tangan lebih dominan dibandingkan dengan yang lain atau ambidextrous. Orang disebut ambidextrous jika dia tidak menunjukkan preferensi kekuatan tangan yang satu di atas kekuatan tangan yang satu diatas kekuatan tangan yang lain. Biasanya, ambidextrous dikaitkan dengan dominasi otak kiri dan handedness dengan dominasi otak kanan.
c.       Keterampilan motorik
Keterampilan motorik (motor skills) terdiri dari dua jenis, yaitu keterampilan motorik kasar(gross motor skills) dan keterampilan motorik halus (fine motor skills). Keterampilan motorik adalah kemampuan fisik atau keterampilan motorik kasar yang meliputi berjalan, melompat, meloncat, berputar, melempar, menyeimbangkan, dan menari yang melibatkan penggunaan gerakan tubuh besar. Keterampilan motorik halus meliputi menggambar, menulis dan mengikat tali sepatu, dan aktivitas yang melibatkan penggunaan gerakan tubuh kecil. Kedua keterampilan motorik kasar dan halus berkembang dan di sempurnakan pada anak usia dini. Namun demikian, keterampilan motorik halus berkembang dan di sempurnakan pada anak usia dini. Namun demikian, keterampilan motorik halus berkembang lebih lambat pada anak-anak prasekolah.
Jika kita membandingkan kemampuan berjalan anak pada usia 2 tahun dan 6 tahun, misalnya, mungkin kita akan melihat keterampilan berjalan itu tidaklah berbeda. Tentu saja, perbedaan ini lebih mencolok ketika membandingkan dua tahun memiliki kesulitan menangkap konsep sebelum mulai mencoba atau menyelesaikan tugas.
Teori belajar observasional (observational learning theory) yang di kembangkan oleh Albert Bandura dapat diterapkan pada pembelajaran keterampilan motorik kasar dan halus bagi anak prasekolah . bandura menyatakan bahwa setelah anak-anak secara biologis mampu belajar perilaku tertentu, mereka harus melakukan hal berikut dalam rangka untuk mengembangkan keterampilan barunya:
a)      Mengamati perilaku orang lain,
b)     Membentuk citra mental dari perilaku itu,
c)      Meniru perilaku tersebut,
d)     Praktik perilaku, dan
e)      Termotivasi untuk mengulangi perilaku tersebut.
Dengan kata lain, anak-anak harus siap, memiliki kesempatan yang memadai, dan tertarik untuk mengembangkan keterampilan motorik. Dengan cirri ini anak akan menjadi kompeten pada keterampilan-keterampilan yang ingin atau akan di akuisisi.
d.      Kesehatan
Anak-anak prasekolah umumnya cukup sehat, tetapi mungkin sebagian mengalami masalah-masalah medis. Penyakit ringan khas yang biasanya di derita berlangsung tidak lebih dari 14 hari, termasuk pilek, batuk, dan sakit perut. Penyakit pernapasan paling umum di derita oleh anak-anak pada usia ini karena paru-paru mereka memang masih rentan. Kebanyakan penyakit anak biasanya tidak memerlukan perhatian dokter atau perawat. Selain itu, penyakit ringan dapat membantu anak-anak  untuk belajar menghadapi keterampilan, khususnya bagaimana menghadapi keterampilan, khususnya bagaimana menghadapi ketidaknyamanan fisik dan marabahaya.
Penyakit ringan juga dapat membantu anak-anak belajar empati atau belajar cara memahami ketidaknyamanan dan penderitaan orang lain. Sebaliknya, penyakit utama dari anak usia dini, yang parah dan berlangsung lebih lama dari 14 hari , termasuk influenza, radang paru-paru, kanker, dan lain-lain. Selain masalah fisik, anak-anak menderita penyakit jangka panjang memiliki hambatan psikologis yang signifikan untuk mengatasinya, termasuk memperlambat perkembangan, kecemasan, dan rasa sakit. Selain itu, anak-anak yang menderita sakit harus belajar mengatasi stress dirumah tangga, depresi dan potensi kerugian perawat mereka.
b.  Perkembangan Kognitif
Usia prasekolah memberikan contoh luar biasa bagaimana anak-anak memainkan peran aktif dalam pengembangan kognitif mereka sendiri, khususnya dalam upaya memahami, menjelaskan mengorganisasikan, memanipulasi, membangun, dan memprediksi. Anak-anak muda juga melihat pola dalam objek dan peristiwa dunia dan kemudian berusaha mengatur pola-pola untuk menjelaskan dunia itu. Pada saat yang sama, anak-anak prasekolah memiliki keterbatasan kognitif. Anak-anak prasekolah mengalami kesulitan mengendalikan perhatian mereka sendiri dan fungsi memori, bingung dalam menampilkan diri, dangkal dengan realitas, dan fokus pada satu aspek pengalamanpada suatu waktu. Anak-anak prasekolah cenderung membuat kesalahan lintas budaya yang sama karena kemampuan kognitif yang belum matang.
            Menurut Piaget perkembangan kognitif terjadi antara umur 2 dan 7 tahun sebagai tahap praoperasional. Pada tahap ini, anak-anak meningkatkan penggunaan bahasa dan symbol lainnya, mereka meniru perilaku dan permainan orang dewasa. Anak-anak mengembangakan daya tarik dengan bahasa atau kata-kata  baik dan buruk . anak-anak juga memainkan permainan membuat percaya: menggunakan kotak kosong sebagai mobil, bermain dalam keluarga dengan saudara, dan memelihara persahabatan imajiner. Piaget juga menggambarkan tahap praoperasional dalam hal apa yang anak-anak tidak bisa lakukan.
            Setelah melewati masa praoperasional, anak memasuki fase operasional. Piaget menggunakan istilah operasional untuk mengacu pada kemampuan reversible, bahwa anak-anak belum berkembang. Dengan revesible, piaget menyebut tindakan mental atau fisik yang bisa berulang atau menggunakan cara lain yang mirip, yang berarti bahwa mereka dapat menggunakan dilebih dari satu cara atau arah. Menambahkan (3+3 = 6) dan mengurangkan (6-3 = 3) adalah contoh dari tindakan revesible. Anak-anak pada tahap ini, menurut pendapat piaget, membuat pemikiran magis berdasarkan kemampuan dan persepsi indra mereka sendiri dan mudah disesatkan. Anak-anak terlibat dalam pemikiran magis, misalnya, ketika berbicara dengan orang tua mereka melalui telepon dan kemudian meminta hadiah, mengharapkan untuk memperoleh hadiah melalui pembicaraan telepon itu.
            Piaget percaya bahwa kemampuan kognitif anak-anak prasekolah dibatasi oleh egosentrisme aau ketidakmampuan untuk membedakan antara titik pandang mereka sendiri dan sudut pandang orang lain. Kapasitas egosentris jelas pada semua tahap perkembangan kognitif, tetapi egosentrisme sangat jeas pada tahun-tahun prasekolah. Anak-anak kecil akhirnya mengatasi bentuk egosentrisme awal ketika belajar bahwa orang lain memiliki pandangan perasaan, dan keinginan yang berbeda. Kemudian, anak-anak bisa menafsirkan motif orang lain dan menggunakan mereka untuk berkomunikasi saling member interpretasi dank arena itu lebih efektif dengan orang lain.
            Akhirnya, anak-anak prasekolah belajar untuk menyesuaikan irama vocal merek, nada, dan keceptan untuk mencocokannya dengan para pendengar. Karena aktivitas komunikasi saling membutuhkan antar pihak dan anak-anak prasekolah masih egosentris, mereka dapat terjerumus ke dalam pidato ekosentris (nonmutual), bahkan melahirkan masa frustasi. Dengan kata lain, anak-anak (dan orang dewasa) dapat mundur ke pola perilaku sebelumnya ketika sumber daya kognitif mereka stress dan kewalahan.
            Piaget menunjukkan bahwa anak-anak belum menguasai klasifikasi atau kemampuan mengelompokkan agar sesuai dengan fitur. Juga mereka belum menguasai serial keteraturan (serial ordering) atau kemampuan mengelompokkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang logis. Piaaget juga percaya bahwa anak-anak tidak dapat memahami konservasi (conservation) atau konsep bahwa sifat fisik dan penampilan tetap konstan dan akhirnya mengubah bentuk. Anak-anak kecil memiliki pemahaman bahwa zat yang sama-sama cair dituangkan kedalam wadah dengan berbagai bentuk, tetap sama. Menurut Piaget, ketika anak-anak mengembangkan kemmapuan kognitif untuk konservasi atau pelestarian (sekitar usia tujuh tahun), anak-anak pindah ketahap pengembangan berikutnya, yaitu operasi konkret.
            Penelitian saat ini menunjukkan bahwa anak-anak tidak seperti apa yang dikemukakan oleh piaget sebagai fase operasional, magis, atau egsentris. Dalam mempelajari penggunaan simbol-simbol anak-anak berfikir representasi. Renne Baillargeon dalam penilitiannya menemukan bahwa anak-anak prasekolah seusia 2,5 tahun dapat menerapkan berfikir mental reversible. Penelitian Baillargeon melibatkan percobaan berikut: dua objek bantal merah besar dan bantal merah miniatur disembunyikan diruangan besar dan sebuah replica miniature ruangan, masing-masing ditampilkan; dimana bantal miniature disembunyikan diruang miniature; ternyata seorang anak menempatkan bantal besar yang sesuai di ruang besar. Baillargeon menyarankan bahwa kemampuan tersebut adalah indikasi pemikirn simbolis, dimana objek tidka hanya merupakan objek itu sendiri, melain juga terkait dengan objek lain.
            Berbeda dengan teori Piaget mengenai egosentrisme masa kanak-kanak, studi yang sama menunjukkan bahwa anak-anak dapat dan melakukan sesuatu berkaitan dengna kerangka acuan oranglain. Anak berusia dua atau tiga tahun, misalnya, telah menunjukkan kemampuan untuk memodifikasi lisan mereka dalam upaya berkomunikasi dengan lebih jelas dengan anak-anak muda. Peneliti John Flavell menyarankan bahwa kemajuan anak prasekolah melalui dua tahap empati atau berbagi perspektif. Pada tingkat pertama, sekitaar usia 2 sampai 3 tahun, anak memahami bahwa orang lain memiliki pengalaman mereka sendiri. Pada tingkat kedua, sekitar umur empat sampai lima, anak-anak menafsirkan oengalaman oranglain, termasuk fikiran dn perasaan mereka. Pergeseran dalam perspektif ini adlah indikasi perubahan kognitif: pada tingkat pertama, anak berfokus pada penamilan, pada tingkat kedua pada realitas saat mereka memahaminya. Oleh karena itu, anak-anak muda mengembangkan kognisi social (social cognition) atau mengetahui dunia social mereka, namun mungkin belum menghasilkan pemahaman.
            Khusus anak berusia 5 tahun, tertarik pada bagaimana fikiran mereka dn fikiran orang lain bekerja. Anak-anak akhirnya membentuk sebuah teori fikiran (theory of mind), kesadaran, dan pemahaman tentang state of thinking lain serta tindakan yang menyertainya. Anak-anak kemudia dapat memprediksi bagaimana oranglain akan berfikir dan bereaksi, terutama berdasarkan pengalaman mereka sendiri di dunianya. Berdasarkan hasil penelitian ini, khusus anak yang berusia 2 sampai 5 tahun jelas menunjukkan bahwa piaget salah mengasumsikan bahwa anak-anak praoperasional hanya berfikiran secara harfiah. Bahkan, anak-anak dapat berfikir logis memproyeksikan diri sendiri ke dalam situasi oranglain, dna menafsirkan lingkungannya. Jadi, untuk sementara kualitas kognitif tahap praoperasional versi piaget mungkin berlkau bagi beberapa atau bahkan banyak anak, sifat-sifat ini tidak berlaku untuk semua anak.
a.      Ingatan
            Memori adalah kemampuan untuk menyandikan, mempertahankan, dna mengingat kembali informasi yang diperoleh dari waktu ke waktu. Anak-anak harus belajar mengkodekan objek, orang, dan tempat-tempat; kemudian bisa mengingatnya dengan memori jangka panjang. Anak-anak kecil bisa mengingat seperti halnya anak-anak lain, dan orang dewasa. Selain itu, anak-anak ini lebih baik daripada sekedar pengakuan mengingat memori. Para peneliti menduga beberapa kemungkinan penyebab perkembangan ini. Salah stu penjelasan yang relevan adalah bahwa anak-anak praseklah mungkin kekurangan dalam aspek tertentu dari perkembangan otak yang diperlukan untuk kemampuan memori dibandingkan dengan orang dewasa. Bahwa anak-anak prasekolah tidak memiliki kemampuan numerik yang sama dan jenis pengalaman menarik pada pengolahan informasi sebagaimana dimiliki oleh orang dewasa. Mereka cenderung kurang perhatian selektif (selective attention), yang berarti ia lebih mudah terganggu. Pada sisi lain anak-anak tidak memiliki kualitas dan kkuantitas yang sama, serta strategi mnemonic efektif sebagai orang dewasa.
            Anak-anak prasekolah menunjukkan minat yang intens dalam belajar keterampilan dan mengembangkan inisiatif. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang melekat tentang dunianya, yang menuntut kebutuhan untuk belajr sebqanyak dan secepat mungkin. Bebrapa anak muda mungkin menjadi frustasi ketika beajar tidak terjadi secepataau seefisien yang diinginkan. Ketika situasi belajar terstruktur anak-anak mungkin berhasil menetapkan tujuan cukup terjangkau dan memberikan bimbingan dna dukungan mereka bis sngat matang dalam kemmapuan memproses informasi.
b.      Bahasa
            Kemmapuan bahsa juga terus mengalami perbaikan selama anak uisa dini. Bhasa merupakan hasil dari ekmampuaan seorang anak untuk menggunakan dan memaknai symbol-simbol, sesuai dengan tingkat penalaran mereka. Jadi, seagai otak mnusia mengembangkan dan memperoleh kapasitas untuk berfikir representasional, anak-anak juga memperoleh dan memperbaiki kemmapuan bahasa. Beberapa peneliti, seperti Roger Brown, telah mengukur perkembangan bahasa dengan jumlah rata-rata kata dalam kalimat yang dikuasai oleh anak. Semakin banyak anak menggunakan kata-kata dalam kalimat, semakin canggih perkembangan bahsa anak. Brown berkesimpulan bahwa bahasa berkembang secara bertahap berurutan: ujaran, frasa dengan nada, kalimat sederhana dan kalimat kompleks. Menurut Brown sintaks dasar tidak sepenuhnya disadari oleh anak sampai sekitar usia 10 tahun.
            Pada fase prsekolah anak-anak belajar banyak kata-kata baru. Orangtua, saudara, teman sebaya, guru, dan media memberikan kesempatan bagi anak-anak prasekolah untuk meningkatkan kosa-kata mereka. Dengan demikian makin muncul keyakinan bahwa perolehan bahasa terjadi dalam konteks social dna budaya. Tentu saja, guru orangtua, dan ornag dewasa lainnya harus mengajari anak-anak bagaimna berfikir dan bertindak dengan cara yang diterima secara social. Anak-anak belajar tentang masyarakat sekaligus belajar tentang bahsa atau sebaliknya. Nilai-niai, norma, folkways (aturan perilaku informal yang dapat diterima), dan adat istiadat (aturan formal dari perilaku yang dapat diterima) yang dikirim oleh orang tua dan orang lain menunjukkan bagaimana penggunaan kata-kata.
            Dibanyak negara, bebrapa anak muda adalah bilingual, atau dapat berbicara lebih dari satu bahasa. Anak-anak belajar dua bhasa secara bersamaan, biasanya sebagai akibat dari tumbuh dengn orangtua yang berbicara dua bahasa bahasa kedua di rumah. Banyak dari anak-anak bilingual dapat berbicara lancer dengan dua bhasa pada usia empat tahun. Beberapa anak belajar berbicara dialek etnis atau variasi bahasa, sebelum mereka belajar bahasa inggris standar. Memang, ketika berbicara mengenai dialek etnis merebak perdebatan mengenai apakah dialek etnis harus dianggap atau tidak sama dengan niai untuk bahasa konvensional.
            Sebagai contoh, beberapa guru percaya bahwa dialek seperti Ebonics (bahasa inggris warga kulit hitam) dan Spanglish (bahasa inggris Spanyol) harus diajarkan di kelas bahasa inggris amerika teradisional banyak guru yang khawatir bahwa Ebonics dan Spanglish menempatkan anak-anak beresiko tidak menguasi bahas Inggris standar yang pada gilirannya menempatkan mereka pada posisi yang kurang menguntungkan dalam mempersiapkan untuk kuliah dan dunia\ kerja.
c.  Perkembangan Psikososial
1.            Konsep Diri dan Perkembangan Kognitif
Self Concept adalah gambaran total dari diri kita. Self concept itu sendiri adalah sesuatu yang kita percayai mengenai siapa kita atau dengan kata lain adalah gambaran total dari kemampuan kita dan sifat-sifat kita. Self concept adalah gambaran deskripsi dan evaluasi mental dari kemampuan dan sifat seseorang.
Perasaan mengenai self concept itu sendiri juga memiliki aspek-aspek sosial : anak-anak menganggap self-image mereka itu sebagai penilaian orang lain terhadap mereka. Gambaran diri menjadi sebuah fokus pada masa kanak-kanak sebagaimana anak-anak mengembangkan kewaspadaan diri mereka. Self-concept menjadi lebih jelas ketika mereka memiliki kemampuan kognitif dan peningkatan dalam tugas perkembangan mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa.
a.      Changes in Self Defenition : The 5 to 7 shifts        
Perkembangan self-concept terjadi seiring dengan perubahan pada self-defenition, yaitu serangkaian karakteristik dimana anak-anak menggambarkan diri mereka sendiri.
Pada umur antara 5 sampai 7 tahun, pernyataan mengenai gambaran diri pada anak-anak itu termasuk pada tahap single representation, yaitu tahap pertama dari teori Piaget dimana anak-anak menggambarkan diri mereka secara individual, satu dimensi, dan terpotong-potong dan tidak memiliki kaitan ciri-ciri pada setap pernyataannya. Hal ini terjadi karena anak-anak masih memiliki kapasitas memory yang terbatas sehingga dia tidak dapat membedakan setiap aspek dirinya pada suatu waktu. Dan dia tidak dapat membedakan antara Real self yaitu dirinya sendiri, dan ideal self yaitu bagaimana seharusnya dirinya itu. Pada umur sekitar 5 atau 6 tahun, anak-anak mulai bisa menrangkaikan setiap kalimat dengan sebuah hubungan yang ada pada dirinya. Tahap ini disebut dengan representational mappings yaitu hubungan yang logis antara gambaran dirinya. Dan tahap yang ketiga adalah representational systems yang merupakan tahap pada masa kanak-kanak tengah, dimana anak-anak mulai mengintegrasikan berbagai fitur-fitur spesifik pada dirinya menjadi sebuah hal yang umum yang merupakan konsep multidimensi.
Contohnya seperti “Saya bermain dengan baik di hoki, tetapi saya tidak terlalu cocok di aritmatika”.
b.      Cultural Differences in Self Description
Penelitian mengatakan bahwa budaya mempengaruhi konsep diri anak-anak. Orangtua mengajarkan melalui pembicaraan sehari-hari, ide-ide budaya, dan kepercayaan tentang bagaimana mendefenisikan diri. Contohnya, orang tua Cina cenderung meningkatkan aspek interdependent yang mana merupakan perilaku yang pantas dan memiliki sense of belonging yang tinggi terhadap komunitas. Orangtua Amerika Eropa cenderung meningkatkan aspek Independent yang mana merupakan sisi individualitas, ekspresi diri, dan self-esteem. Perbedaan nilai-nilai budaya itu mempengaruhi anak-anak untuk menerima diri mereka sendiri dalam setiap budaya. Studi banding terhadap 180 anak prasekolah Eropa Amerika dan Cina, anak TK dan anak kelas 2 Sekolah Dasar (Wang, 2004) menemukan bahwa anak-anak menyerap gaya budaya yang berbeda tentang self-defenition pada usia 3 sampai 4 tahun, dan berkembang seiring usia. Anak-anak Eropa Amerika cenderung mendeskripsikan mereka dalam hal atribut pribadi dan kepercayaan, sebagaimana anak Cina lebih membicarakan tentang kategori sosial dan lebih berhubungan dengan orang lain.
  Harga Diri (Self-Esteem)
Harga diri adalah penilaian yang dibuat seseorang tentang kelayakan dirinya yang didasari oleh kemampuan kognitif yang tumbuh untuk menjelaskan diri seseorang.
         Perubahan Perkembangan dalam Harga Diri
Dalam sebuah studi di Belgia (Verschueren, Buyck, dan Marcoen, 2001), para periset mengukur representasi diri anak usia 5 tahun dengan menggunakan dua pengukuran yaitu :
1.      Self Perception Profile for Children (persepsi spesifik mengenai penampilan)
2.      Puppet Interview (interview dengan menggunakan boneka)
         Ketergantungan Harga Diri : Pola “Ketidakberdayaan”
Anak yang memiliki harga diri yang tinggi memiliki motivasi diri untuk sukses, sedangkan anak yang memiliki harga diri yang rendah akan memiliki emosi yang negatif dan cenderung pasrah pada keadaan dimana mereka menemukan kesulitan. Pola “ketidakberdayaan” ini tergantung oleh pola asuh dan keadaan lingkungan. Misalnya dalam menegur anak kita harus menggunakan kata-kata yang tidak menyakitkan.


  Pemahaman dan Pengaturan Emosi
Pada masa awal kanak-kanak, memahami dan mengatur emosi dapat membantu kompetensi sosial anak. Hal ini sangat berpengaruh dalam mengatur perilaku dan persaan mereka bahkan akan mempengaruhi tipe permainan yang akan mereka  mainkan. Hubungan dalam keluarga sangat mempengaruhi perkembangan pemahaman emosi. Pada masa awal kanak-kanak ini mereka mampu memahami bahwa emosi berrkaitan dengan pengalaman dan keinginan meskipun demikian mereka belum memiliki pemahaman yang penuh mengenai emosi seperti kebanggaan dan mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan emosi yang bertentangan.
  Emosi yang Diarahkan pada  Diri Sendiri
Emosi yang diarahkan pada diri sendiri itu seperti rasa bersalah, rasa bangga, aib dan menerima perilaku yang ditetapkan orangtua. Anak pada usia 4 sampai 5 tahun tidak akan mengetahui dan menyadari akan rasa bangga atau malu, sedangkan anak yang berusia 5 sampai 6 tahun akan mengetahui bahwa orang disekitar mereka  merasakan bangga atau malu terhadap tindakkan mereka. Anak yang berumur 6 sampai 7 tahun juga akan dapat merasakan malu atau bangga terhadap diri mereka sendiri meskipun tanpa adanya penilaian secara langsung dari orang lain.
    Emosi-Emosi yang Bersamaan
Anak kecil akan merasa kebingungan untuk memahami perasaan mereka dalam mengalami reaksi emosi yang berbeda pada saat bersamaan. Perbedaan dalam memahami emosi ini terjadi pada anak usia 3 tahun. Anak pada usia 3 tahun dapat membedakan ekspresi senang dan ekspresi sedih.
  ERIKSON : INITIATIVE VS GUILT
Inisiatif vs rasa bersalah merupakan tahap ketiga dalam perkembangan psikososial. Pada tahap ini jika anak dalam melakukan sesuatu dan diberi tanggapan yang positif dari orang disekitarnya maka inisiatif akan muncul, tetapi jika anak melakukan sesuatu hal dan mendapat respon negatif dari orang sekitar maka rasa bersalah akan muncul.
c. GENDER
Gender identity adalah kesadaran seseorang akan jiwa mereka kearah perempuan atau kelaku-lakian. Gender merupakan aspek penting dalam mengembangkan konsep diri.
1.      Perbedaan Gender
Perbedaan gender berbeda dengan perbedaan jenis kelamin. Perbedaan gender merupakan perbedaan psikososial antara laki-laki dan perempuan, sedangkan perbedaan jenis kelamin merupakan perbedaan fisik antara pria dan wanita. Perbedaan utama pada gender berada pada perilaku yang lebih agresif dari anak laki-laki ketimbang anak perempuan. Secara psikososial anak perempuan lebih bersifat empatik dan suka menolong. Pada masa kanak-kanak awal, dan juga pada masa praremaja dan remaja, anak perempuan cenderung mengggunakan bahasa yang lebih responsif daripada anak laki-laki.
Skore test kecerdasan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antar gender. Namun, dalam hal kemampuan spesifik  anak pereempuan cenderung lebih baik dalam kemampuan verbal, sedangkan laki-laki cenderung lebih baik dalam hal penalaran sains.
Sebagai batita anak laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan yang sama untuk melakukan perilaku-perilaku tertentu seperti memukul,mengigit, tantrum, dan memiliki kemungkingan untuk menunjukkan tempramen yang “sulit”. Tapi, perilaku ini akan bertahan sampai masa remaja, ketika anak perempuan lebih rentan mengalami kecemasan dan depresi. Hal yang paling penting adalah bahwa perbedaan gender ini hanya valid pada kelompok besar anak.

2.      Berbagai Sudut Pandang Perkembangan Gender
Perbedaan gender disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman dan pengharapan sosial yang ditemui anak laki-laki dan perempuan sejak mereka lahir. Pengalaman-pengalaman ini berhubungan dengan tiga aspek identitas gender :
1.    Peran Gender (gender roles) : peran kepribadian yang dianggap sesuai oleh suatu budaya terhadap laki-laki atau perempuan.
2.    Penipean Gender (gender typing) : proses dilekatkannya peran gender terhadap anak-anak. Biasanya terjadi pada masa awal kanak-kanak dan setiap anak-anak memiliki peran gender yang berbeda.
3.    Stereotip Gender (gender stereotypes) : Tanggapan yang sudah melekat tentang perbedaan prilaku peran pria dan wanita. Misalnya, semua perempuan dianggap pasif dan bergantung, sedangkan semua laki-laki dianggap agresif dan mandiri.
Empat sudut pandang perkembangan gender :
1.      Pendekatan Biologis
Faktanya pada usia 5tahun, otak anak laki-laki lebih besar sepuluh persen dibandingkan anak perempuan, hal ini disebabkan karena anak laki-laki memiliki gray matter yang lebih banyak pada korteks serebrum, sedangkan anak perempuan memiliki kepadatan neuron yang lebih tinggi. Perbedaan ini berhubungan dengan kelancaran bahasa, karena anak perempuan memiliki corpus callosum  yang lebih besar, koordinasi yang lebih baik antara otak kiri dan otak kanan mungkin dapat menjelaskan kenapa anak perempuan memiliki kemampuan verbal yang lebih tinggi.
2.    Pendekatan Psikoanalisis
Pada usia empat tahun biasanya anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar yang menyebabkan anak-anak lebih sering bertanya. Proses ini menurut Freud adalah proses identifikasi (identification).  Identifikasi dalam teori aliran Freud merupakan proses dimana anak mengadopsi sekumpulan karakteristik keyakinan, sikap, nilai, dan prilaku dari orangtua dengan jenis kelamin yang sama. Tahap ini merupakan perkembangan kepribadian yang penting pada masa kanak-kanak awal.
3.    Pendekatan Kognitif
Dalam teori ini pembentukan gender seorang anak dilakukan berdasarkan pencarian aktif dari si anak akan petunjuk mengenai gender dalam dunia sosial mereka. Menurut Kohlberg, gender yang diperoleh tergantung pada konstanta gender atau sering disebut konstanta kategori jenis kelamin. Konstanta gender merupakan kesadaran anak bahwa jenis kelaminnya akan selalu tetap. Konstanta gender tumbuh dalam tiga tahap: identitas, stabilitas, dan konsistensi  gender.
4.    Pendekatan Berdasarkan Sosialisasi
Dalam teori pendekatan sosialisasi, anak memperoleh peran gender dari pengamatan mereka terhadap orangtua, guru, teman sebaya, dan institusi masyarakat. Pembentukan peran gender diperoleh dari :
            a.    Pengaruh keluarga
            b.    Pengaruh teman sebaya
            c.    Pengaruh budaya
d. BERMAIN : Urusan pada Masa Kanak-Kanak Awal
Bermain merupakan hal yang penting bagi anak karena melalui bermain, dapat merangsang indera anak, belajar menggunakan otot-otot mereka, mengoordinasikan gerakan dan penglihatan, memperoleh penguasaan tubuh, dan memperoleh keterampilan baru.
1.      Tingkat Kognitif dari Permainan
Piaget mengidentifikasikan tiga permainan, yaitu :
1.    Permainan fungsional (functional play) dimana melibatkan pergerakan otot yang berulang-ulang secara aktif.
2.    Permainan konstruktif (contructive play) dimana menggunakan benda untuk membuat rumah-rumahan atau krayon untuk menggambar.
3.    Permainan pura-pura (pretend play) dimana melibatkan orang-orang atau situasi khayalan. Biasanya permainan ini juga disebut permainan khayalan, drama, atau imajinatif.
2.      Dimensi Sosial Bermain
Tokoh : Mildred B. Parten (1932). Tipe permainan awal : bermain paling tidak sosial menjadi yang paling sosial.
1.    Unoccupied Behavior (prilaku tidak terlibat)
Anak tidak ikut bermain, anak hanya mengamati semua dengan ketertarikan sementara.
2.    Onlooker Behavior (prilaku sebagai penonton)
Anak tidak ikut bermain, hanya mengamati anak-anak yang sedang bermain, berbicara, bertanya, dan memberi saran kepada pemain. Terfokus akan pengamatan terhadap anak-anak yang bermain, bukan apapu yang dianggapnya menarik.
3.    Solitary Independent Play (bermain sendiri dan mandiri)
Anak bermain sendiri dengan permainannya yang berbeda dengan anak-anak disekitarnya dan tidak berkeinginan untuk bergabung dengan anak-anak yang lain.
4.    Parallel Play (bermain secara paralel)
Anak bermain sendiri tapi diantara anak-anak lain yang sedang bermain.  Mainan yang digunakan serupa dengan yang digunakan anak lain, tetapi tidak berkeinginan bermain dengan cara yang sama dan tidak berusaha untuk mempengaruhi permainan anak lain.
5.    Associative Play (bermain dengan anak lain)
Membicarakan tentang permainannya, pinjam-meminjam mainan, saling mengikuti dan mengontrol para pemain. Mereka bermsain bersama, tetapi tidak ada tujuan dan peraturan peran setiap oemain dan cenderung bermain sesuka hati. Tujuan bermain adalah untuk bersama dengan anak lain dan bukan pada aktivitas itu sendiri
6.    Cooperative Or Organized Supplementary Play
Bermain dalam gruop teratur untuk satu tujuan yag sama, beberapa anak mengontrol permainan dan memberi petunjuk. Setiap anak memiliki peran yang berbeda dan saling melengkapi.
Pada awalnya, Parten beranggapan bahwa perkembangan dan petumbuhan seorang anak akan mempengaruhi cara bermain anak. Semakin berkembang dan bertumbuh maka anak itu akan bermain semakin interaktif dan kooperatif.
a.    Reticent Play (keengganan bermain) disebabkan oleh rasa malu. Anak bermain disekitar anak lain yang sedang bermain, mengelilingi pemain tanpa tujuan. Hal tersebut sebagai awalan sebelum bermain dengan permainan anak lain. Anak cenderung disenangi dan memiliki masalah prilaku yang relatif lebih sedikit.
b.    Imaginative Play (bermasin imajinatif) merupakan tipe bermain pada anak usia prasekolah yang lebih sosial. Anak-anak pura-pura sendiri dan membuat suatu permainan drama yang melibatkan anak lain. Contohnya, anak bermain dengan permianannya sendiri, dia memainkan peran mainan yang satu dengan yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar